Senin, 19 Januari 2015

Laporan Biologi Umum II 2012

LAPORAN  PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM II
“REPRODUKSI TUMBUHAN”


Unsri.jpg

OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK : VII (TUJUH)
ASISTEN       : DENTI PUSPITA SARI







LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
  Berdasarkan letak bakal bijinya, tumbuhan berbiji atau sperrnatofita dibedakan menjadi dua divisi, yaitu Gymnospermae (tumbuhan biji terbuka) yaitu kelompok tumbuhan yang bakal bijinya tidak terlindungi oleh daun buah, tetapi menempel pada daun buah, dan Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) yaitu tumbuhan yang bakal bijinya tersimpan didalam daun buah (Campbell 2000: 178).
  Jumlah anggota kelompok tumbuhan angiospermae adalah yang paling besar dibandingkan dengan kelompok tumbuhan lain. Besar dalam arti jumlah individunya maupun jumlah spesiesnya. Hampir semua tempat sekitar tempat tinggal manusia terdapat tumbuhan berbiji tertutup.  Bentuk tubuhnya sangat beranekaragam, mulai dari yang berukuran mini, semak, perdu, hingga pohon. Tumbuhan berbiji tertutup memilki ciri-ciri morfologi. Organ tubuh seperti  akar, batang, dan daunnya telah dapat dibedakan dengan jelas. Disampinng itu, tumbuhhan ini telah memiliki bunga sesungguhnya. Yang artinya telah memiliki kelopak, mahkota bunga, benang sari dan putik, bentuk  daunnya putih, lebar dan memiliki susunan urat  daun beranekaragam, ada yang menyirip, ada yang menjari, ada juga yang sejajar melengkung (Anonim 2012: 1).
Di dunia ini dikenal begitu banyak tumbuhan yang beraneka ragam bentuk, sehingga untuk mempelajarinya sebagai kelompok organisme, perlu diklasifikasikan lebih dahulu. Jika sekelompok tumbuhan diamati dengan cermat, akan tampak bahwa di antara tumbuhan tersebut terdapat berbagai tingkat kesamaan. Beberapa tumbuhan sangat mirip satu sama lain sehingga sukar dibedakan, sedangkan yang lainnya jelas sangat berbeda. Anggota suatu kelompok akan lebih mirip satu sama lain daripada dengan anggota kelompok lain (Prawirohartono 2004: 178).
Tumbuhan ini berkembang biak secara kawin dengan alat perkembangbiakan yang terdapat pada bunga,  terdiri atas alat kelamin jantan berupa  benang sari dan alat kelamin betina berupa putik. Pembuahannya merupakan pembuahan ganda, yang artinnya sekali proses pembuahan terjadi dua hasil,  yaitu peleburan antara sel telur dan spermatozoid yang menghasilkan embrio atau lembaga. Peleburan antar inti kandung lembaga dan spermatozoid menghasilkan putik lembaga dan endosperma. Selang waktu antara penyerbukan dan pembuahan relatif singkat karena lembaga atau embrionya  tersimpan dalam bakal biji. Bakal biji ini terlindungi oleh daun buah sahingga bakal biji tidak tampak dari luar         (Suwasono 2002: 57).
Sama seperti mahluk hidup lain, tumbuhan juga bereproduksi untuk mempertahankan kelangsungan spesiesnya. Tumbuhan berbunga melakukan reproduksi dengan cara membentuk biji. Biji terbentuk dengan jalan reproduksi seksual yaitu bergabungnya sel kelamin jantan dari serbuk sari dengan sel kelamin betina dari bakal buah (Prawirohartono 2004: 178).
Tumbuhan biji tertutup (Angiospermae) atau disebut juga tumbuhan berbunga (Antophyta) merupakan tunbuhan yang mendominasi permukaan bumi pada masa sekarang ini, dapat ditemui didaratan dan habitat semi aquatik. Ciri spesifik tumbuhan berbunga adalah memiliki struktur reproduksi yang berupa bunga. Secara umum bunga tersusun atas bagian-bagian sebagai berikut : Kelopak dan mahkota bunga yang mandul (non reproduktif), benang sari (mikrosporofil) dan daun buah atau carpel (makrosporofil) yang bersifat subur (reproduktif). Tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae) merupakan golongan tumbuhan dengan tingkat perkembangan filogenik tertinggi. Ciri khas utmbuhan ini adalah adanya suatu organ yang disebut biji (sperma) (Suwasono 2002: 57).
Bentuk tubuhnya sangat beranekaragam, mulai dari yang berukuran mini, semak, perdu, hingga pohon. Tumbuhan berbiji tertutup memilki ciri-ciri morfologi. Organ tubuh seperti  akar, batang, dan daunnya telah dapat dibedakan dengan jelas. Disampinng itu, tumbuhhan ini telah memiliki bunga sesungguhnya. Yang artinya telah memiliki kelopak, mahkota bunga, benang sari dan putik, bentuk  daunnya putih, lebar dan memiliki susunan urat  daun beranekaragam, ada yang menyirip, ada yang menjari, ada juga yang sejajar melengkung (Anonim 2012: 1).

1.2.Tujuan Praktikum
               Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari dan mengenal system reproduksi pada tumbuhan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bidang genetika yang mempersoalkan konsep-konsep populasi dikenal sebagai genetika populasi. Genetika populasi ialah cabang dari genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi, yang menguraikan secara matematik akibat dari keturunan pada tingkat populasi. Adapun populasi ialah suatu kelompok dari satu macam organisme, dan dari situ dapat diambil cuplikan (sample). Semua makhluk merupakan suatu masyarakat sebagi hasil dari perkawinan antara spesies dan mempunyai lengkang gen yang sama. Lengkang gen (gene pool) adalah jumlah dari semua alel yang berlainan atau keterangan genetic dalam anggota dari populasi yagn membiak secara kawin. Gen-gen dalam lengkang mempunyai hubungan dengan alel lainnya dan dengan lingkungan dimana makhluk-makhluk itu berada (Afandi 1995: 74).
 Perkembangbiakan secara alami atau reproduksi vegetatif secara alami adalah berkembang biaknya tumbuhan tanpa bantuan tangan manusia untuk terjadi pembuahan anakan tanaman baru. Contohnya adalah Umbi Lapis,umbi batang, geragih, akar tunggal, spora, tunas, tunas adventif, hormogenium, pembelahan sel. Flora atau tumbuh-tumbuhan sama halnya dengan binatang dan manusia sama-sama melakukan kegiatan berkembang biak dengan tujuan untuk menghindari kepunahan pada spesies atau rasnya. Kegiatan berkembang biak atau beranak ini pada tumbuhan dapat dilakukan secara tidak kawin atau tanpa melalui perkawinan antara sel kelamin jantan betina atau kepala putik dengan benang sari (Prawirohartono 2004: 178).
Umbi lapis adalah tumbuhnya tunas pada sela-sela lapisan umbi. Contohnya seperti bawang merah, selanjutnya  Umbi Batang, Umbi batang adalah batang yang beralih fungsi sebagai tempat penimbunan makanan dengan calon tunas-tunas kecil yang berada di sekitarnya yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Contoh seperti jagung dan ketela rambak (Suwasono 2002: 57).
 Geragih adalah batang yang menjalar secara terus-menerus di mana pada ruas batang dapat muncul tunas-tunas baru. Misalnya seperti tanaman rumput teki, arbei, kangkung, dan lain sebagainya. Adapun cara lain yaitu Akar Tunggal, Akar tunggal adalah tunas yang muncul pada batang tumbuhan yang tumbuh secara mendatar di tanah. Contohnya seperti keladi, alang-alang (Prawirohartono 2004: 178).
Tunas adalah tumbuhan anakan yang muncul di samping tumbuhan induknya. Contohnya yakni seperti pohon pisang, bambu, tebu, dan lain sebagainya.  Selanjutnya Tunas adventif adalah tunas yang tumbuh pada bagian-bagian tertentu seperti pada akar, daun, dsb. Contoh tanaman bertunas adventif adalah seperti pohon cemara, kesemek, sukun. Hormegenium adalah perkembangbiakan yang terjadi pada tumbuhan ganggang berbentuk benang dengan cara memutus benang yang ada. Pada benang yang terputus nantinya kana tumbuh individu baru. Lalu yang terakhir adalah Pembelahan Sel .
Pembelahan sel adalah perkembangbiakan pada tumbuhan bersel satu (Campbell 2002: 16).
Reproduksi vegetatif secara Buatan adalah berkembang biaknya tumbuhan tanpa bantuan campur tangan manusia. Antara lain dengan cara cangkok, merunduk, stek (dengan menggunakan potongan-potongan batang atau cabang, terutama pada daerah berbuku – buku), mengenten, dan okulasi. Metode Mencangkok adalah suatu cara mengembang biakkan tumbuhan dengan jalan menguliti batang yang ada lalu bungkus dengan tanah agar akarnya tumbuh. Jika akar sudah muncul akar yang kokoh, maka batang tersebut sudah bisa dipotong dan ditanam di tempat lain  (Prawirohartono 2004: 178).
Menyambung / Mengenten, Mengenten adalah perkembang biakan buatan yang biasanya dilakukan pada tumbuhan sejenis buah-buahan atau ketela pohon demi mendapatkan kualitas buat yang baik. Dan Okulasi, yaitu melalui proses yang sama seperti mengenten tetapi hanya menggunakan mata tunasnya saja. Kelopak (calyx) terdiri dari daun-daub kelopak ( sepal ) (Campbell 2001: 96).
Kelopak terdapat pada bagian terluar dari bunga., menyelubungi bagian bunga lainnya, pada umumnya berwarna hijau, berfungsi untuk melindungi kuncup. Mahkota (corolla) terdiri dari daun mahkota ( petal ), bagian ini biasanya memiliki tekstur warna yang menarik. Warna mahkota sangat bervariasi dari warna–warna tunggal, kombinasi warna-warna pelangi ataupun berwarna hitam putih. Kergaman tekstur dan warna mehkotaditujukan untk menarik perhatian serangga penyerbuk (Suwasono 2002: 57).
Disebelah dalam mahkota terdapat benang sari (stamen) yang terdiri atas tangkai sari (filament) yang mendukung kotak sari (anter). Benang sari merupakan alat kelamin jantan yang menhasilkan serbuk sari (polen). Polen dibentuk dan disimpan di dalam kotak sari. Bagian paling dalam dari bunga adalah putik (gynoecium). Putik terbentuk sebagai hasil pelekatan daun-daun buah (carpel). Putik dapat terdiri dari satu atau beberapa daun buah. Putik terdiri atas tiga bagian, yaitu: Bagian paling bawah biasanya membangkak disebut bakal buah (ovari) yang mengandung bakal biji (ovul). Bagian tengah, berupa tangkai yang ramping disebbut dengan tangkai putik (style), Bagian paling ujung disebut dengan kepala putik (stigma), pada permukaan stigma ini butir-butir serbuk sari dari bunga yang sama atau bunga-bunga lain yang dibawa oleh angin ataupun serangga ditangkap pada peristiwa penyerbukan (Campbell 2000: 178).
 Bentuk stigma sangat beragam, ada yang kecil, ada yang runcing, sedikit menggembung atau bercabang-cabang membentuk lengan-lengan. Setelah penyerbukan, butir serbuk sari yang menempel pada stigma berkecambah. Pembuahan pada gymnospermae, Dalam membahas pembuahan pada gymnospermae diambil contoh Pinus merkusii. Pada tumbuhan berdaun jarum ini, gamet jantan dan gamet betina dihasilkan dalam konus (strobilus). conifer bersifat heterospora, artinya mengahsilkan mikrospora (gamet betina) dan makrospora (gamet jantan). Mikrospora akan tumbuh menjadi dua sporangia didalam tiap mikrosporofil konus jantan, sedangkan megaspore tubuh menjadi dua megasporangia (ovulum) di tiap megasporofil  konus betina . ukuran konus jantan lebih kecil dibandingkan konis betina           (Prawirohartono 2004: 178).
Konus jantan melepaskan mikrospora (serbuk sari) yang bersayap satu pasang yang kemudian akan diterbangkan ke konus betina dan mikrospora akan menempel pada tetes penyerbukan. Membentuk tabung serbuk sari, sela tabung bergerak ke tabung serbuk sari yang menuju bakal buah (ovari), sementara itu sel gametofit membelah secara mitosis menghasilkan dua sel sperma. Saat tabung pollen mencapai ovul, ujung tabung menembus kantung embrio melalui mikropil, kemudian melepaskan kedua sel sperma. Satu sel sperma membuahi sel telur membentuk zigot yang bersifat diploid (2n). Lengkang gen (gene pool) adalah jumlah dari semua alel yang berlainan atau keterangan genetic dalam anggota dari populasi yagn membiak secara kawin. Gen-gen dalam lengkang mempunyai hubungan dengan alel lainnya dan dengan lingkungan dimana makhluk-makhluk itu berada (Campbell 2000: 178).
Pembuahan pada gymnospermae, Dalam membahas pembuahan pada gymnospermae diambil contoh Pinus merkusii. Pada tumbuhan berdaun jarum ini, gamet jantan dan gamet betina dihasilkan dalam konus (strobilus)  (Prawirohartono 2004: 178).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum`at, tanggal 17 Februari 2012, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan
                        Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah silet. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Alamanda sp, Caesalpinia pulcherima, Canna sp., Carica papaya, Hibiscus rosasinensis, Pinus mercusii, dan Vanda sp.

3.3 Cara Kerja
                        Dipisahkan bahan yang dibawa sesuai dengan jenisnya (angiospermae dan gymnospermae), kemudian diamati dan digambarkan dengan disertai dengan keterangan bagian-bagiannya baik bagian dalam maupun bagian luarnya.













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
      a. Alamanda sp.

Klasifikasi
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Class                : Dicotyledoneae
Ordo                : Apocynales
Family             : Apocynaceae
Genus              : Alamanda
Spesies            : Alamanda sp.
Nama               : Bunga Alamanda









Keterangan gambar

1. Corolla
2. Calyx
3. Petal           
4. Stigma
5. Stilus
6. Pediculus




b. Caesalpinia pulcherima                                                                           

Klasifikasi
Regnum           : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Class                : Dicotyledoneae
Ordo                : Rosales
Family             : Cesalpiniaceae
Genus              : Caesalpinia
Spesies            : Caesalpinia pulcherima       
Nama               : Bunga merak











Keterangan gambar  :


1. Filamen
2. Stigma
3. Anther
4. Stylus



5. Ovarium
6. Ovum
7. Petal
8.Gema


c. Canna sp.

Klasifikasi
Regnum           : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Class                : Liliopsida
Ordo                : Zingiberales
Family             : Cannaceae
Genus              : Canna
Spesies            : Canna Sp.
Nama               : Bunga Tasbih











Keterangan gambar  :


1. Corolla
2. Petal
3. Ovulum
4. Ovari


5. Calyx
6. Pediculus
7. Sepal
8. Anters




d. Carica papaya

Klasifikasi
Regnum           : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Class                : Monocotyledoneae
Ordo                : Caricales
Family             : Caricaceae
Genus              : Carica
Spesies            : Carica papaya
Nama               : Bunga pepaya













Keterangan gambar  :


1. Pediculus
2. petal
3. Stilus
4. Ovarium



5. Stigma
6. Calyx
7. Carpel


 e. Hibiscus rosasinensis

Klasifikasi
Regnum           : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Class                : Magnoliopsida
Ordo                : Malvales
Family             : Malvaceae
Genus              : Hibiscus
Spesies            : Hibiscus rosasinensis
Nama               : Bunga sepatu














Keterangan gambar  :


1. Stylus
2. Anters
3. Calyx
4. Cepal
5. Stigma
6. Filamen
7. Stamen


f. Pinus mercusii

Klasifikasi
Regnum           : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Class                : Gymnospermae
Ordo                : Pinales
Family             : Pinaceae
Genus              : Pinus
Spesies            : Pinus mercusii
Nama               : Pinus











Keterangan gambar  :
1. Nodus
2. Lamina







g. Vanda sp.

Klasifikasi
Regnum           : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Class                : Monocotyledoneae
Ordo                : Orchidales
Family             : Orchidaceae
Genus              : Vanda
Spesies            : Vanda Sp.
Nama               : Bunga anggrek







Keterangan gambar  :
1. Corolla
2. Gema
3. Petal
4. Peduiculus









4.2  Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil berupa dua cara yang amat berbeda dalam membentuk keturunan diantara makhluk hidup. Menurut Kimball (1990: 338), bahwa satu diantaranya adalah reproduksi seksual. Individu yang baru terbentuk karena tergabungnya informasi secara turun-temurun yang disumbangkan oleh dua sel berlainan, biasanya mewakili dua induk yang berbeda. Pada kebanyakan organisme sel-sel ini adalah gamet-gamet. Metode lainnya dalam reproduksi itu melibatkan satu induk saja. Dalam hal ini, disebut reproduksi aseksual, keturunannya itu terbentuk tanpa peleburan dua gamet. Banyak tumbuhan melakukan kedua cara tersebut. Seperti yang akan kita lihat, setiap cara ada keuntungannya.
 Berdasarkan letak bakal bijinya, tumbuhan berbiji atau sperrnatofita dibedakan menjadi dua divisi, yaitu Gymnospermae (tumbuhan biji terbuka) yaitu kelompok tumbuhan yang bakal bijinya tidak terlindungi oleh daun buah, tetapi menempel pada daun buah, dan Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) yaitu tumbuhan yang bakal bijinya tersimpan didalam daun buah. Menurut                 Yayat (2003: 11), bahwa tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae) merupakan golongan tumbuhan dengan tingkat perkembangan filogenik tertinggi. Ciri khas utmbuhan ini adalah adanya suatu organ yang disebut biji (sperma). Merupakan alat perkembangbiakan. Gymnospermae merupakan tumbuhan yang memiliki pembuluh xylem dan floem.
Gymnospermae atau tumbuhan berbiji terbuka mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut : Umumunya tumbuhan ini merupakan tumbuhan berkayu, berupa pepohonan atau perdu, sistem perakarannya adalah serabut, batangnya tumbuh berkayu dan tegak, banyak cabang atau tidak bercabang sama sekali. Menurut Slamet (2004: 133), bahwa bekas tempat melekatnya daun sebagai noda-noda, daunnya kecil, tebal atau berbentuk seperti jarum, alat perkebang biakkannya tidak bisa disebut bunga, tetapi strobilus. Strobilus jantan dan betina umunya terpisah. Strobilus betina dapat disejajarkan dengan makrosporofil pada tumbuhan paku, sedangkan strobilus jantan dapat disejajarkan dengan mikrosporofil tumbuhan paku.
Pada gymnospermae misalnya Pinus merkusii, tumbuhan berdaun jarum ini, gamet jantan dan gamet betina dihasilkan dalam konus (strobilus).                 Menurut Laila (2006: 85), bahwa conifer bersifat heterospora, artinya mengahsilkan mikrospora (gamet betina) dan makrospora (gamet jantan). Mikrospora akan tumbuh menjadi dua sporangia didalam tiap mikrosporofil konus jantan, sedangkan megaspore tubuh menjadi dua megasporangia (ovulum) di tiap megasporofil  konus betina . ukuran konus jantan lebih kecil dibandingkan konis betina. Konus jantan melepaskan mikrospora (serbuk sari) yang bersayap satu pasang yang kemudian akan diterbangkan ke konus betina dan mikrospora akan menempel pada tetes penyerbukan.
  Pada Pinus merkusii, strobilus jantan ditandai dengan banyaknya mikrosporofil bertangkai yang tersusun dalam satu spiral dengan dua kantong sari. Menurut Tjiptrosoepomo (2002: 24), bahwa strobilus betina ditandai dengan banyaknya sisik-sisik penutup yang tersusun dalam spiral. Pada ketiak sisik penutup terdapat satu sisik biji dengan pada sisi atasnya dua bakal biji mikropilnya menghadap ke sumbu.
Dalam membahas pembuahan pada gymnospermae conifer bersifat heterospora, artinya menghasilkan mikrospora (gamet betina) dan makrospora (gamet jantan). Menurut Laila (2006: 85), bahwa mikrospora akan tumbuh menjadi dua sporangia didalam tiap mikrosporofil konus jantan, sedangkan megaspore tubuh menjadi dua megasporangia (ovulum) di tiap megasporofil  konus betina.Konus jantan melepaskan mikrospora (serbuk sari) yang bersayap satu pasang yang kemudian akan diterbangkan ke konus betina dan mikrospora akan menempel pada tetes penyerbukan.
Angiospermae (tumbuhan biji tertutup) atau disebut juga tumbuhan berbunga (Antophyta) merupakan tunbuhan yang mendominasi permukaan bumi pada masa sekarang ini, dapat ditemui didaratan dan habitat semi aquatik. Menurut Lavaless (1999: 115), bahwa ciri spesifik tumbuhan berbunga adalah memiliki struktur reproduksi yang berupa bunga. Secara umum bunga tersusun atas bagian-bagian sebagai berikut : Kelopak dan mahkota bunga yang mandul (non reproduktif), benang sari (mikrosporofil) dan daun buah atau carpel (makrosporofil) yang bersifat subur (reproduktif).


BAB V
KESIMPULAN

            Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Reproduksi tumbuhan di bagi menjadi reproduksi vegetatif dan reproduksi generatif pada angiospermae dan gymnospermae.
2.      Angiospermae mempunyai biji yang terbungkus oleh daun buah, meliputi tumbuhan berkeping satu (monokotil) dan berkeping dua (dikotil).
3.      Pada tumbuhan biji tertutup telah memiliki bunga sejati, urat daun beranekaragam, biji terlindung daun buah, dan daun pipih dan lebar
4.      Pada Gymnospermae (tumbuhan biji terbuka) yaitu kelompok tumbuhan yang bakal bijinya tidak terlindungi oleh daun buah, tetapi menempel pada daun buah.
5.      Pada Gymnospermae Dihasilkan biji dengan satu atau dua kulit biji (integument).


















DAFTAR PUSTAKA
Afandi. 1995. Dasar Genetika. Jakarta : Erlangga : ii + 231 hlm.

Anonim. 2012 . Ensiklopedia Bebas Bahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki angiospermae.

Campbell. 2002. Biologi. Jakarta : Erlangga ii + 325 hlm.

Prawirohartono, Slamet. 1999. Biologi 3a. Jakarta : Bumi Aksara : ii + 147 hlm.

Suwasono, Heddy. 2000. Ekofisiologi Tanaman. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada :
ii + 275 hlm.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2002. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Bandung : Universitas Gajah Mada : 51 hlm.































ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “Reproduksi Pada Tumbuhan”. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari dan mengenal sistem reproduksi pada tumbuhan. Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum`at, tanggal 17 Februari 2012, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah silet, Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Alamanda sp, Caesalpinia pulcherima, Canna sp., Carica papaya,                       Hibiscus rosasinensis, Pinus mercusii, dan Vanda sp. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah setiap tumbuhan memiliki organ generrratif, sedangggkan Kesimpulan yang diperoleh adalah Reproduksi tumbuhan di bagi menjadi reproduksi vegetatif dan reproduksi generatif pada angiospermae dan gymnospermae.























LAMPIRAN
allamandacanna

           
    




Alamanda sp               Canna sp

                                                           




Carica papaya
Bunga Kembang Sepatu yang mekar



           


Phalaenopsis            Caesalpinia pilcherrima                                  Hibiscus rosasinensis
                   









          Pinus mercusii                                                             Vanda sp


LAPORAN  PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM II
“REPRODUKSI HEWAN”


Unsri.jpg

OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK : VII (TUJUH)
ASISTEN       : DENTI PUSPITA SARI








LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun. Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru (Fujaya 2004: 151).
Perkembangan hewan dapat dibedakan menjadi perkembangbiakan secara generatif dan secara vegetatif. Perkembangbiakan secara generatif ditandai dengan adanya peristiwa perkawinan, yaitu peleburan sel sel kelamin  atau gamet. Pada hewan tingkat tinggi, sel sel kelaminnya dapat dibedakan menjadi sel kelamin jantan atau spermatozoa dan sel kelamin betina atau sel ovum. Perkembangbiakan secara vegetatif tidak memerlukan sel kelamin dan terjadi pada hewan tingkat rendah. Adapun yang termasuk perkembang biakan secara vegetatif pada hewan antara lain pembelahan diri, pembelahan tunas, dan fragmentasi (Anonim 2012: 1).
Bagi hewan yang melakukan fertilisasi internal dilengkapi dengan adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme jantan ke betina. Pada vertebrata yang hidup di air melakukan fertilisasi di luar tubuh (fertilisasi eksternal), contoh ikan dan katak. Yang hidup di darat melakukan pembuahan di dalam tubuh (fertilisasi internal). Pada mamalia jantan, alat kelaminnya disebut penis pada reptil seperti cecak dan kadal menggunakan hemipenis (penis palsu), sedangkan pada bangsa burung misalnya bebek, untuk menyalurkan sperma menggunakan ujung kloaka (Campbell 2002: 163).
Pada hewan yang melakukan fertilisasi internal dikenal adanya 3 macam perkembangan embrio yaitu ovipar/bertelur yakni bila embrio berkembang di dalam telur. Misalnya  pada jenis-jenis burung dan ikan. Kemudian ovovivipar/bertelur dan beranak bila embrio berkembang di dalam telur yang di inkubasi dalam tubuh dengan sumber nutrisi berasal dari telur, misalnya pada beberapa jenis ikan hiu. Sedangkan yang terakhir yaitu Vivipar/beranak yakni bila embrio tumbuh dan berkembang di dalam uterus dan mendapat, nutrisi dari induknya melalui plasenya. Misalnya pada beberapa jenis mammalia (Fujaya 2004: 151).
Perkembangbiakan secara vegetatif pada hewan dapat dilakukan dengan cara pembelahan sel, pembentukan tunas, fagmentasi, partogenesis dan regenerasi. Perkembangbiakan dengan cara pembelahan sel dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu pembelahan binner, terjadi pada hewan bersel satu, contohnya Amoeba sp, Paramecium sp,Euglena sp. Pada pembelahan Binner, satu sel induk akan membelah menjadi dua sel anak. Pembelahan multipel adalah satu sel pembelahan sel induk menjadi beberapa anak sel. Contohnya terjadi pada Plasmodium sp. Perkembangbiakan dengan pembentukan tunas (budding) terjadi pada beberapa jenis hewan air, misalnya Hydra sp, ubur-ubur, dan koral. Pembelahan sel tersebut menyebabkan terbentuknya tunas yang masih tetap melekat pada induknya (Campbell 2002: 163).
Pada umumnya mammalia melahirkan anaknya dan kemudian menyusui anaknya sampai anaknya mandiri. Beberapa perkecualian, misalnya pada hewan paruh bebek (Platypus ), bertelur, setelah menetas anaknya baru disusui. Pada hewan berkantung (Marsupialia ), contoh kanguru, anaknya lahir muda (amat premature) kemudian merayap masuk, kantung induknya, mencari putting susu, kemudian menyusu dalam kantung sampai mandiri. Alat reproduksi mammalia jantan contoh pada manusia, yang berkaitan dengan produksi sperma terdiri dari sepasang kelenjar kelamin yang disebut testis yang disimpan dalam kantung disebut skrotum/kantung pelir. Alat reproduksi mammalia betina contoh pada manusia terdapat sepasang kelenjar kelamin yaitu ovarium yang berfungsi menghasilkan sel telur             (Fujaya 2004: 151).

1.2.Tujuan Praktikum
               Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari serta mengenal sistem reproduksi pada beberapa hewan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada hewan yang melakukan fertilisasi secara internal organ reproduksinya dilengkapi dengan adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme jantan ke betina. Peranan hewan jantan dalam hal reproduksi terutama adalah memproduksi sperma dan sejumlah kecil cairan untuk memungkinkan sel sperma meluncur menuju rahim (Anonim 2012: 2).
Reproduksi pada hewan hanya terjadi secara seksual dan aseksual atau bisa bergantian melakukan modus tersebut. Sistem reproduksi pada jantan terdiri dari testis yang dikelilingi tunika vaginalis dan selubung testis dan juga epididimis, duktus deferens, kelenjar aksesori (kelenjar vesikulosa, prostat dan bulbouretralis), uretra, dan juga penis yang dilindungi oleh propusium. Bila testis diambil dan diangkat dari skrotum dimana fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1 sampai 8 0C lebih dingin dibandingkan temperature rongga tubuh. Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh system otot rangkap yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin (Dellmann dan Brown 1992: 486).
Lapis viseralisnya (pembalut peritoneum pada testis dan epididimis) tetap ia bertaut pada kapsula testis dibawahnya, yakni tunika albuginea, lapis viseralis, tunika albuginea terdiri dari mesofel dan jaringan ikat yang melekat pada tunika yaitu tunika albuginea, Sedangkan sistem reproduksi pada betina terdiri dari ovarium bagian kiri dan kanan serta oviduktus, lazimnya uterus bikornua, reproduksi, serviks, vagina, vestibulum dan kelenjar yang berkaitan. Berperan dalam produksi dan transport ovum, transport yang lainnya yaitu spermatozoa, pembuahan dan akomodasi ovum yang telah dibuahi (conceptus) sampai lahir (partus). Dan gonad berbentuk penebalan memanjang disebut punggungnya gonad (gonadal ridges), terletak pada batas tepi ventrome epitel kubus atau pipih selapis, disebut epitel permukaan (Anonim 2012: 3).
Pada mamalia alat kelamin jantan terdiri atas sepasang testis, saluran deferen, vesikula seminalis, kelenjar prostata, uretra dan penis. Testis berjumlah sepasang, bentuknya bulat telur dan di bungkus oleh skrotum, Skortum berbentuk sebuah kantung yang membungkus testis. Testis tersusun oleh bentukan menyerupai cacing yang disebut epididimis yang merupakan wadah sperma. Epididimis mengeluarkan material yag mampu mempertahankan kehidupan sperma selama penyimpanan didalam testis. dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albugenia. Ukuran testis tergantung pada hewannya. Jika testis tidak turun ke skrotum disebut Cryptorchydism yang menyebabkan sterilitas. Lintasan antara rongga abdomen dan rongga skrotum disebut saluran inguinal (Dellmann dan Brown 1992: 486).
Pada mamalia, testis terletak di luar tubuh, dan dihubungkan dengan tubulus spermatikus dan terletak di dalam skrotum. Ini sesuai dengan fakta bahwa proses spermatogenesis pada mamalia akan lebih efisien dengan suhu lebih rendah dari suhu tubuh (< 37°C). Saluran reproduksi, tubulus mesonefrus berkembang menjadi duktus eferen kemudian akan menuju epididimis. Epididimis terletak di sekeliling testis. Epididimis anterior (kaput epididimis) lalu ke arah posteriorkorpuus dan kauds yang berbatasan dengan duktus deferen. Duktus wolf menjadi epididimis, duktus deferen, dan vesikula seminalis. Pada monotremata mirip dengan yang terdapat pada kura-kura, sedangkan untuk mamalia yang lebih tinggi, penis terletak di sebelah anterior skrotum. Penis adalah organ seksual jantan yang dibungkus oleh kulit yang disebut kalup (prepusium) (Anonim 2012: 3).
Lapisan dalam kalup disuplai dengan kelenjar keringat yang mengeluarkan smegma. Uretra pada hewan jantan adalah tabung mukoid yang memanjang mulai dari kandung kemih ke bagian depan penis. Pada hewan-hewan yang memiliki musim kawin penghasilan spermanya itu lebih kelihatan giat pada saat musim kawinnya tiba. Adapula penghasilan berlangsung terus-menerus sebelum musim kawin, lalu dicadangkan. Jika tiba musim kawin dikeluarkan sekaligus semuanya, sesuai dengan betina yang pada waktu itu mengeluarkan pula semua telurnya sekalinya dalam sekaligus. Pada eutheria (placentalia) jumlah sperma yang dihasilkan jutaan ekor setiap harinya oleh kedua belah testis. Sperma itu dicadangkan dalam duktus epididimis dan vas deferens. Kalau saatnya dikeluarkan sperma itu terendam dalam cairan yang dihasilkan olehnya             (Dellmann dan Brown 1992: 486).
Tubuli seminiferi (sedikit) dan kelenjar-kelenjar tambahan, yakni vesikula seminalis, bulbourethralis dan juga prostate. Cairan (plasma) bersama sperma yang dikandung disebut dengan mani. Pada Pisces, ketika masih muda sulit di bedakan antara hewan jantan dan betina, baik secara morfologi maupun anatomi. Organ reproduksi jantan dan betina pada waktu masih muda memiliki struktur yang sama dan disebut ganoda. Setelah dewasa organ reproduksi jantan pada ikan, dapat di bedakan organ genitalia masculine tampak berwarna putih susu dengan permukaan licin berisi spermatozoa. Testis berjumlah sepasang menggantung pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Berbentuk oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang, berwarna putih dan seringkali berlobus (Anonim 2012: 3).
Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit). Sepasang testis pada jantan tersebut akan mulai membesar pada saat musim memijah dan saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas deferens menuju celah atau lubang urogenital. Organ kopulatoris merupakan modifikasi sirip anal maupun sirip pelvis. Sirip pelvis pada elasmoranchi akan termodifikasi menjadi clasper. Pada teleostei sirip anal memanjang membentuk gonopodium (Dellmann dan Brown 1992: 486).
Zigot dengan potensi genetis yang baru dan dengan susunan sitoplasma yang baru siap untuk memulai pembuahannya dan pembentukannya individu yang multiseluler. Pada setiap hewan proses ini disebut dengan pembelahan atau cleavage, dimana sitoplasma dan nukleus dibagi-bagi menjadi pembelahan, pada pembelahan zigot ini tidak terjadi proses tumbuh sel anaknya makin lama makin kecil pembelahan tanpa tumbuh ini tercapai dengan absennya fase interfase antara 2 pembelahan dan pembelahan nukleus yang tidak kelihatannya pada katak. Periode pembelahan ini akan berakhir dengan terbentuknya blastula, suatu stadium dalam perkembangan hewan (Anonim 2012: 3).
Sistem Genitalia Jantan pada amphibi berupa sepasang testis, vasa eferentina dan cloaca. Testes berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium (berupa selubung tipis). testes adalah gonade yang menghasilkan spermatozoa. Di sebelah cranial testes di temukan adanya corpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen. Saluran reproduksi. tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara) (Dellmann dan Brown 1992: 486).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum`at, tanggal 24 Februari 2012, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya.

3.2.Alat dan Bahan
         Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki bedah, gunting bedah, jarum penusuk, killing jar dan pinset sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah kloroform, Cyprinus Carpio, Mus musculus, dan Rana sp.

3.3.Cara Kerja
         Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, Kemudian bahan dibius terlebih dahulu dengan kloroform, diletakkan semua bahan diatas baki bedah dan tusuk dengan menggunakan jarum penusuk. Dibedah bahan dengan menggunakan gunting bedah hingga bagian dalam terlihat dengan jelas. Setelah itu, diperhatikan dan digambarkan bagian system reproduksi hingga tiap tiap bahan. Lalu diberi keterangan.










 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
      Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
a.      Mus musculus
Keterangan gambar:

1.      Cor
2.      Gaster
3.      Pulmo
4.      Hepar
5.      Rektum

Klasifikasi :
Kingdom      : Animalia
                                                                                    Phylum         : Chordata
                                                                                    Class             : Mammalia
                                                                                    Ordo             : Rodentia
                                                                                    Famili           : Muriidae
                                                                                    Genus           : Mus
                                                                                          Spesies         : Mus musculus
Nama umum: Mencit








b.      Rana cancrivora
Keterangan Gambar :
1.      Badan lemak
2.      Oviduk
3.      Ovarium
4.      Ginjal
5.      Osteum Tuba
6.      Kloaka
7.      Kantong urine
8.      Testis
9.      Manus
10.  Femur


Klasifikasi  :
Kingdom       : Animalia
Phylum          : Chordata
Classis           : Amphibia
Ordo              : Anura
Famili            : Ranidae
Genus            : Rana
Spesies          : Rana cancrivora
Nama Umum: Katak










c.    Cyprinus carpio
Keterangan Gambar :
1.      Ovarium
2.      Testis
3.      Vas deferens
4.      Lubang urogenital
5.      Kidney
6.      Intestines
7.      Otak
8.      Jantung
9.      Ingsang
10.  Gelembung renang
11.  Testis
12.  Anus
13.  Usus
14.  Lambung
15.  Hati

Klasifikasi  :
Kingdom   : Animalia
Phylum      : Chordata
Classis       : Pisces
Ordo          : Ornithes
Famili        : Cyprinidae
Genus        : Cyprinus
Spesies      : Cyprinus carpio
Nama Umum: Ikan Mas





4.2  Pembahasan
Ada dua cara reproduksi pada hewan untuk berkembang biak, yaitu secara seksual dan aseksual. Secara seksual yaitu secara kawin dan memerlukan pasangan untuk melakukan pembuahan (secara kawin), Menurut Campbell (2000: 150), bahwa secara aseksual tidak memerlukan pasangan kawin. Kedua reproduksi ini memiliki keuntungan masing-masing. Salah satunya jika aseksual tidak memerlukan banyak energi untuk menghasilkan keturunan yang sama seperti induk, sedangkan seksual setengah dari induk sehingga menciptakan keragaman gen. Seperti yang dijelaskan Campbell dalam bukunya, Terdapat dua modus utama reproduksi hewan. Reproduksi aseksual (bahasa yunani “tanpa seks”) adalah pencipataan individu baru yang semua gennya berasal dari satu induk tanpa peleburan sel telur dan sperma.
Pada sebagian besar kasus, reproduksi aseksual secara keseluruhan mengandalkan pembelahan secara mitosis. Katak secara keseluruhan dikenal sebagai hewan amfibia, hewan yang menjalani sebagian hidupnya di air dan sebagian hidupnya di darat. Menurut Toelihere (1985 : 130), bahwa yang membedakan katak dari hewan vertebrata lain yaitu kulitnya yang berfungsi sebagai lapisan pelindung dan juga sebagai organ pernafasan. Katak jantan dan katak betina terkadang sukar untuk dibedakan, tetapi ada beberapa perbedaan yang dapat berguna untuk mengidentifikasi apakah seekor katak termasuk katak jantan atau katak betina.
Pada katak jantan, katak jantan mempunyai postur tubuh yang lebih ramping, sedangkan katak betina umumnya mempunyai postur tubuh yang lebih lebar dari katak jantan. Menurut Campbell (2000: 150), bahwa Pada mamalia, biasanya cenderung melakukan reproduksi seksual, karena pada hewan mamalia, untuk melakuakn reproduksi memerlukan pasangan kawin.  sedangkan untuk hewan-hewan kecil seperti amoeba dan lain-lain, dapat melakukan reproduksi secara aseksual. Reproduksi aseksual terbagi menjadi empat, masing-masing yaitu ada bertunas, membelah diri, regenerasi, dan phartenogenesis.
Contoh dari hewan yang melakukan reproduksi aseksual dengan bertunas adalah kelompok hewan Coelenterata (Hydra), hewan yang membelah diri adalah amoeba dan paramecium, contoh hewan yang beregenerasi adalah bintang laut, dan phartenogenesis adalah serangga. Sedangkan pada reproduksi seksual contohnya adalah Mus musculus dan lain-lain. Reproduksi seksual juga terjadi pada manusia.
Reproduksi seksual adalah penciptaan keturunan melalui peleburan gamet haploid untuk membentuk zigot (sel telur yang dibuahi), yang diploid. Menurut Campbell (2000: 150), bahwa gamet dibentuk melalui meiosis. Gamet betina, ovum (telur yang belum dibuahi), umumnya adalah sel yang relative lebih besar dan tidak motil. Reproduksi seksual meningkatkan keragaman genetik diantara keturunan dengan cara membangkitkan kombinasi unik gen yang diwariskan dari dua induk.
 Dengan menghasilkan keturunan yang mempunyaio fenotip yang beraneka ragam, reproduksi seksual biasa meningkatkan keberhasilan reproduksi induk ketika patogen atau faktor lingkungan lain berubah relatif cepat. cirri-ciri katak jantan yaitu Pada telapak kaki depan terdapat penebalan berwarna hitam. Menurut            Toelihere (1985 : 130), bahwa pada kulit leher bagian ventral terdapat warna agak merah kekuning-kuningan, warna tubuhnya pun lebih gelap dibandingkan dengan katak betina, ukuran katak jantan pun lebih kecil daripada katak betina yaitu 70 – 105 mm, lalu katak jantan memiliki kantung sperma. Sedangkan pada katak betina, mempunyai ukuran badan yang lebih lebar dibandingkan katak jantan yaitu 90 – 125mm,dan memiliki warna tubuh yang lebih cerah, bertelur, pada katak betins, memiliki kantung telur.
Ikan mas (Cyprinus carpio) termasuk golongan hewan yang bersifat ovipar, ikan tidak memiliki alat kawin. Menurut Campbell (2000: 150), bahwa sebagai cara berkembangbiak,beberapa jenis ikan meletakkan telur dan spermanya di dalam sarang atau celah. Ikan mas betina mempunyai sepasang ovarium (indung telur). Ovarium ikan merupakan kelenjar kelamin yang berfungsi untuk menghasilkan sel telur, dari ovarium sel telur keluar melalui oviduk atau saluran telur. Akhirnya  sel telur keluar melalui suatu lubang yang disebut Urogenital. Ikan mas jantan memiliki sepasang testes yang berwarna putih yang berfungsi menghasilkan sperma dialirkan menuju kesaluran  sperma yang disebut Vas deferens, sperma keluar melalui lubang Urogenital.
Semua mamalia pembuahannya bersifat internal. Baik mamalia jantan maupun mamalia betina telah memiliki alat kelamin luar. Menurut Toelihere (1985 : 130), bahwa Pada Mus musculus betina,  terjadi reproduksi seksual untuk membuahi telur yang ada dalam rahim mencit betina. Telur mamalia dihasilkan oleh ovarium. Telur ini hanya memiliki sedikit makanan, setelah telur dibuahi akan dihasilkan zigot.
BAB V
KESIMPULAN
            Dari  percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.        Reproduksi atau perkembangbiakan adalah kemampuan organisme untuk menghasilkan organisme baru yang sama dengan dirinya.
2.        Cara perkembangbiakan mahluk hidup dapat dibedakan menjadi dua, yakni perkembangbiakan vegetatif atau tidak kawin atau aseksual, dan perkembangbiakan secara kawin atau generatif atau seksual.
3.        Alat perkembangbiakan pada katak jantan terdiri atas, yakni sepasang testis, saluran sperma, dan kloaka, muara keluarnya urine, sperma, dan sisa pencernaan. Sedangkan alat perkembangbiakan katak betina terdiri atas, yakni ovarium, saluran telur, dan kloaka.
4.        Alat perkembangbiakan pada ikan jantan terdiri atas, yaitu sepasang testis; menghasilkan sel kelamin jantan, saluran sperma (vas deferens); saluran untuk mengalirkan sperma, dan lubang urogenetal; muara tempat keluarnya sperma dari urine. Alat kelamin betina terdiri atas, yakni sepasang ovarium; menghasilkan sel telur, saluran telur (oviduk), saluran keluarnya sel telur dari ovarium, dan lubang urogenetal; lubang/muara keluarnya telur.
5.        Alat perkembangbiakan mencit jantan, yakni testis, saluran sperma, dan penis. Sedangkan alat perkembangbiakan betina, yakni ovarium, saluran telur, uterus; tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio, plasenta; jaringan penghubung embrio dengan dinding uterus, berfungsi untuk menyalurkan makanan dan air dari induk ke embrio, dan vagina; saluran keluar dari bagian alat kelamin betina.







DAFTAR PUSTAKA

Campbell, R. 2003. Biologi. Jakarta : Erlangga : v + 404 hlm.
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.        iii + 716 hal.

Sumarwan. 2000. Biologi. Bandung : Erlangga : ii + 231 hlm.
Suwarno, Hadisusanto. 2006. Biologi. Klaten : Intan Pariwara : ii + 142 hlm.


















ABSTRAK
            Praktikum yang bejudul “Reproduksi Pada Hewan” Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari organ reproduksi pada beberapa jenis hewan. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 24 Februari 2012, pada pukul 013.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah baki bedah, gunting bedah, jarum penusuk, killing jar dan pinset sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Cyprinus Carpio, Mus musculus, dan Rana sp. Hasil yang diperoleh dalam praktikum iniadalah adanya perbedaan sistem reproduksi pada hewan jantan dan hewan betina, sedangggkan Kesimpulan yang diperoleh adalah organ reproduksi pada hewan terdiri atas uterus, tuba fallopi, skrotum, ovarium, vas deferens, gonad, duktus dan testis.



















LAMPIRAN

Tikus rumah, Mus musculus    250px-House_mouse
                                                               Mus musculus         

  
gonad2gonad1Katak jantan                                                    Katak betina

   
           
 LAPORAN  PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM II
“MENENTUKAN VARIASI UKURAN KACANG MERAH”


Unsri.jpg

OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK : VII (TUJUH)
ASISTEN       : DENTI PUSPITA SARI








LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup adalah berkembang biak. Adapun berbagai cara untuk berkembang biak yaitu secara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan secara vegetatif dapat ditemukan pada tumbuhan seperti system cangkok, stek, kultur jaringan, dll. Sedangkan perkembangbiakan secara generatif terdapat pada makhluk hidup yaitu tumbuhan, hewan dan manusia (Campbell 2000: 178).
Hewan merupakan makhluk hidup yang mampu beradaptasi di berbagai lingkungan. Mereka dapat hidup di laut, air tawar, kutub, dan padang pasir (gurun). Hewan ada yang hanya memakan hewan lainnya, ada yang parasit, ada yang memakan tumbuhan dan hewan, dan ada juga yang hanya memakan tumbuhan saja. Mereka menampilkan struktur, peran, dan aktivitas yang bervariasi. Mereka dapat ditemukan dalam ukuran, warna, dan bentuk tubuh yang mengagumkan              (Anonim 2012: 1).
Pada hewan, terdapat dua modus utama reproduksinya. Reproduksi seksual adalah penciptaan keturunan melalui gamet haploid untuk membentuk zigot (telur yang dibuahi), yang diploid. Gamet betina, ovum (telur yang belum dibuahi), umumnya adalah sel yang relatif besar dan tidak motil. Gamet jantan, spermatozoon, umumnya adalah sel yang kecil namun motil. Reproduksi seksual meningkatkan keragaman genetik diantara keturunan dengan cara membangkitkan kombinasi gen yang diwariskan dari dua induk. Dengan menghasilkan keturunan yang mempunyai fenotif beraneka ragam, reproduksi seksual bisa meningkatkan keberhasilan reproduksi induk ketika pathogen atau faktor lingkungan lain berubah relatif cepat (Campbell 2000: 178).
Reproduksi aseksual (bahasa Yunani, “tanpa seks”) adalah penciptaan individu baru yang semua gennya berasal dari satu induk tanpa peleburan telur dan sperma. Reproduksi aseksual secara keseluruhan mengendalkan pembelahan sel secara mitosis. Jenis reproduksi aseksual lain yang dapat ditemukan adalah fragmentasi, yaitu pematahan tubuh menjadi beberapa bagian dan beberapa atau semuanya berkembang menjadi individu yang dewasa dan lengkap  (Anonim 2012: 1).
Bagi hewan untuk dapat bereproduksi dengan cara ini, fragmentasi harus disertai dengan cara regenerasi, yaitu pertumbuhan kembali bagian tubuh yang hilang itu. Reproduksi melalui fragmentasi dan regenerasi terjadi pada banyak hewan spons, cnidaria, annelida, polikaeta, dan tunikata. Banyak hewan lain juga dapat menggantikan anggota tubuh yang hilang dengan cara regenerasi, misalnya sebagian besar binatang laut dapat menumbuhkan lengan baru ketika terluka atau patah, tetapi hal tersebut bukan merupakan reproduksi kerab tidak menghasilkan individu baru. Pada bintang laut dari genus Linekia, individu baru bias tumbuh dan berkembang dari sepotong lengan, jika diputuskan semuanya, secara aseksual dapat menghasilkan lima keturunan (Kimball 2000: 46).
Hewan dapat bereproduksi hanya secara seksual atau aseksual, atau dapat bergantian melakukan kedua modus tersebut. Pada afid (aphid, kutu daun), rotifera, dan crustacea air tawar Daphnia, setiap betina dapat menghasilkan dua jenis telur, tergantung pada kondisi lingkungan, misalnya waktu-waktu dalam setahun. Satu jenis telur dibuahi, tetapi jenis telur yang lain berkembang dengan cara parthenogenesis seringkali haploid, dan sel-selnya tidak mengalami meiosis dalam pembentukan telur-telur baru. Dalam kasus Daphnia, pergantian dari reproduksi aseksual sering kali berkaitan dengan musim. Reproduksi aseksual terjadi pada kondisi yang menguntungkan dan reproduksi seksual terjadi selama adanya cekaman lingkungan (Campbell 2000: 178).
Bilamana gamet-gamet (spora pada tumbuhan) terbentuk karena meiosis, pasangan-pasangan gen menjadi terpisah-pisah dan distribusikan satu-satu kepada setiap gamet atau spora (hukum Mendel tentang segregasi). Beberapa sifat dikendalikan secara aditif oleh lebih dari satu pasang alel. Pewarisan poligenik atau faktor yang berganda sedemikian itu merupakan kekhasan sifat, sebagai contoh, berat tubuh yang cenderung beragam dalam suatu cara yang sinambung dari suatu ekstrim kepada yang lain, dengan sebagian besar individunya mempunyai suatu fenotif diantara ekstrim-ekstrimnya (Anonim 2012: 2).

1.2.Tujuan Praktikum
               Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui variasi ukuran kacang merah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Para saintis sering kali menempatkan hewan pada satu dari dua kategori utama, yaitu invertebrate dan vertebrata. Pengklasifikasian demikian ditujukan untuk lebih memudahkan mempelajari hewan yang beraneka ragam. Invertebrata (bahasa Latin      in = tanpa dan vertebrata = tulang belakang) adalah kelompok hewan yang tidak memiliki endoskeleton atau kartilago. Merelka terdiri atas filum Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, dan Chordata. Perlu diketahui, sebagian kecil invertebrate ditempatkan ke dalam filum Chordata. Mereka biasa dikenal sebagai chordate invertebrate. Hal sebaliknya terjadi pada vertebrata. Kelompok hewan tersebut secara keseluruhan ditempatkan ke dalam filum Chordata dan subfilum Vertebrata (Campbell 2002: 16).
Kelompok hewan vertebrata meliputi ikan, amfibi, reptile, burung, dan mamalia. Pada pisces, ketika masih muda sulit dibedakan antara hewan jantan dan betina, baik secara morfologi maupun anatomi. Organ reproduksi jantan dan betina pada waktu masih muda memiliki struktur yang sama dan disebut ganoda. Setelah dewasa organ reproduksi jantan pada ikan, dapat di bedakan organ genitalia masculine tampak berwarna putih susu dengan permukaan licin berisi spermatozoa.
Testis berjumlah sepasang menggantung pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Berbentuk oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang, berwarna putih dan seringkali berlobus. Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit) (Prawirohartono 2004: 178).
Sepasang testis pada jantan tersebut akan mulai membesar pada saat musim memijah dan saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas deferens menuju celah atau lubang urogenital. Saluran reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus bagian anterior akan menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut dutus deferen. Baian posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, lalu dari sini akan terbentuk kantung sperma (Campbell 2002: 16).
Duktus deferen akan bermuara di kloaka. Pada Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan system reproduksi menuju kloaka secara terpisah. Organ kopulatoris merupakan modifikasi sirip anal maupun sirip pelvis. Sirip pelvis pada elasmoranchi akan termodifikasi menjadi clasper. Pada teleostei sirip anal memanjang membentuk gonopodium. Amphibi, sistem genitalia jantan pada amphibi berupa sepasang testis, vasa eferentina dan cloaca. Testes berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium (berupa selubung tipis).testes adalah gonade yang menghasilkan spermatozoa. Di sebelah kranial testes di temukan adanya corpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen (Prawirohartono 2004: 178).
Saluran reproduksi. tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya pada saat musim kawin saja. Vas aferen merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal (cranial ren) dan bermuara pada ductus mesonephridicus (saluran kencing). Di sebelah kaudal mengadakan pelebaran kecil di sebut vesicula seminalis yang menghasilkan kelenjar untuk kehidupan sperma. Di sini sel kelamin jantan di beri suatu getah dari dinding vesicular seminalis, akhirnya vesicula seminalis ini bermuara di dalam cloaka (Campbell 2002: 16).
Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai. Tidak memiliki organ kopulatoris karena fertilisasinya terjadi secara eksternal. Pada reptil, organ genitalia masculine terdiri atas testis yang berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah sepasang, terletak di dorsal rongga abdomen yang di gantung oleh mesorchium. Pada kadal dan ular, salah satu testis terletak lebih ke depan dari pada yang lain. Testis akan membesar saat musim kawin (Kimball 2000: 27).
Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat testis bergelung membentuk epididimis. Epididimis sebagai saluran yang sangat berkelok-kelok keluar dari testes di sebelah lateral testes. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen yang menghubungkan tubulus seminiferus testis dengan epididimis. Duktus wolf bagian posterior menjadi duktus deferen. Pada kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu dengan ureter dan memasuki kloaka melalui satu lubang, yaitu sinus urogenital yang pendek. Hemipenis merupakan sepasang alat capulatio yang berupa tonjolan di dinding cloaka (Campbell 2002: 16).
Hemipenis ini jika dalam keadaan istirahat akan melipat masuk ke dalam pangkal cauda dengan dinding ototnya di bagian luar, kemudian jika akan mengadakan copulation ditonjolkan keluar. Semua reptil selain spenodon memiliki organ kopulatoris, ular dan kadal mempunyai hemipenis, sedangkan pada buaya penis. Pada aves sistem genitalia jantan berupa testes, epididimis dan duktus deferens. Testis pada aves berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus renis bagian paling kranial.alat penggantung testes adalah mesorchium yang merupakan lipatan dari peritoneum. Pada musim kawin ukurannya membesar (Prawirohartono 2004: 178).
Di sinilah tempat untuk membuat dan menyimpan spermatozoa. Burung, yang mempunyai suhu tubuh yang tinggi, memiliki testis di dalam tubuhnya. Menurut teori para ahli, mereka menggunakan kantong udaranya untuk menjaga suhu optimal testis, namun pada penelitian berikutnya disebutkan bahwa testis burung berfungsi baik pada suhu tubuh. Saluran reproduksi, tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere (Campbell 2002: 16).
Di Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka. Epididimis berjumlah sepasang, berukuran kecil terletak pada sisi dorsal testis, epididimis ini adalah berupa saluran yang di lewati sperma dan menuju ke ductus deferens. Duktus deferens berjumlah sepasang (Prawirohartono 2004: 178).
Hukum Mendel II : “Pengelompokan secara bebas”. Dalam bahasa Inggris Independent assortment of genes. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi lemasing-masing kutub ketika meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yakni persilangan dari individu yang memiliki dua atau lebih karakter berbeda (Wildan 1986 : 74).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum`at, tanggal 2 Maret 2012, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya.

3.2.Alat dan Bahan
         Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah jangka sorong, kertas grafik, kantong plastik, kacang merah, spidol dan timbangan OHAUS sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Vigna Angularis.

3.3.Cara Kerja
Dibagi kertas grafik menjadi 30 bagian dengan spidol, panjang dibagi 10, lebar 5. diberi nomor pada tiap kotak mulai 1 samapi 30, kemudian diberi nomor pada kacang merah mulai dari 1 sampai 30. Panjang diukur dalam mm pada kotak diberi nomor yang sesuai, kemudian kacang yang telah diukur diletakkan pada kotak tadi kemudian 10 kacang dari nomor 1 sampai 10 ditimbang dan bertanya dicatat dalam gram pada kotak yang sesuai pada nomornya.










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
      Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
No.
Panjang
Berat (gr)
Panjang/Berat
1.
13
0.50
26
2.
13
0.41
31.7
3.
13


4.
15
0.49
30.6
5.
14


6.
13


7.
19


8.
14
0.50
28
9.
12
0.31
38.7
10.
12
0.48
25
11.
13


12.
13


13.
13


14.
14


15.
14


16.
13


17.
13
0.40
32.5
18.
13
0.40
32.5
19.
12
0.45
26.6
20.
13
0.35
37.1
21.
12
0.5
24
22.
13


23.
13


24.
13


25.
10.1


26.
15
0.49
30.6
27.
14


28.
14
0.50
28
29.
13


30.
15.2


31.
13.3
0.13
102.3
32.
14



  1. Panjang rata-rata (x)                            =  mm
Panjang minimum (x min)                   =  mm
Panjang maksimum                             = mm
  1. Berat rata-rata (b)                                = gr
Berat minimum (b min)                       = gr
Berat maksimum (b maks)                  = gr
  1. Panjang/berat rata-rata (y)                   = mm/gr
Panjang/berat minimum (y min)          = mm/gr
Panjang/berat maksimum (y maks)     = mm/gr
Ø  Tabel variasi panjang
Kelompok
Panjang (mm)
Jumlah
A
< 12,00

B
12,00 – 12,95

C
13,00 – 13,95

D
14,00 – 14,95

E
15,00 – 15,95

F
16,00 – 16,95

G
17 atau lebih



Ø  Tabel variasi berat
Kelompok
Berat (gr)
Jumlah
A
0,1 - 0,195

B
0,2 – 0,295

C
0,3 – 0,395

D
0,4 - 0,495

E
0,5 – 0,595

F
0,6 – 0,695

G
0,7 – 0,795



4.2  Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil berupa penimbangan perhitungan, dan analisa pada percobaan, menentukan variasi ukuran kacang merah (ercis) yang menggunahkan 60 variasi panjang  dan 10 variasi berat. Menurut Kimball (1990: 338), bahwa dapat disimpulkan adanya variasi sinambung suatu sifat dalam populasi (populasi kacang merah) jadinya dapat diterangkan dengan mengasumsikan bahwa yang mengendalihkan adalah beberapa pasang gen, yang efek – efeknya digabung bersama (teori tentang pewarisan poligenik). Hal ini menyatakan bahwa dua tipe ektstrim disilahkan, maka keturunannya bersifat intermediet. Bila dua tipe intermediet disilahkan, kebanyakan keturunannya intermediet juga, tetapi beberapa tipe ekstrim luas tipe dengan jumlah terbesar dalam kisaran tengah dan jumlah yang terkecil kasus tentang variasi kuantitatif pada mahluk hidup.
Pewarisan dalam suatu pasangan gen sama sekali tidak bergantung pada pewarisan lainnya (hukum penilain bebas). Menurut Campbell (2002: 229), bahwa Demikinan juga bila dua pasang gen yang bersangkutan terdapat pada kromosom terpisah atau agak berjauhan pada kromosom yang sama beberapa sifat secara aditif dikendalihkan oleh lebih dari satu pasang alwel pewaris poligen atau faktor berganda sedemikinan itu merupahkan kekhasan sifat yang menimbulkan variasi, sebagai contoh berat tubuh yang cenderung beragam dalam suatu cara yang sinambung dari suatu ekstrim kepada yang lain dengan sebagian besar individunya mempunyai satu fenotif diantara ekstrim – ekstrimnya.
Suatu organisme dengan sepasang alel yang indentik untuk sifat tertentu dinamahkan bersifat homozigot terdapat alelnya. Menurut Kimball (1990: 338), bahwa sebaliknya sesuatu dengan alel yang lain berbeda, sebagai heterozigot. Pdad heterozigot, satu sel dapat dinyatakan dengan meniadakan yang lainnya (dominasi) atau keduanya alel itu dapat berpengaruh terhadap pengaruhnya (dominasi tidak lengkap).
Arti dari perbandingan panjang atau berat yang harganya besar bila dibandingkan dengan yang harganya kecil dari 60 variasi panjang yang menghasilkan 7 sampel dan 10 variasi berat adalah pasangan alel dari yang harganmya besar merupakan alel homozigot terdapat pasangan alel yang dari harganya kecil adalah pasangan alel heterizigot. Menurut Campbell (2002: 229), bahwa perbandingan panjang atau harganya ada yang besar dan yang kecil. Kacang merah mempunyai variasi yang berbeda-beda, panjang yang dihasilkan dari setiap pengukuran yang dilakukan bahwa kacang merah tidak ada yang mempunyai ukuran yang sama persis, baik ukuran panjang, berat maupun warna dari setiap kacang merah ini. Setelah kacang merah ini diukur, kemudian dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang sesuai dengan ukurannya masing-masing.
Salah satu dari pengecualian ini berasal dari studi tentang pewarisan sifat-sifat yang kuantitatif berbeda-beda antara berbagai individu. Menurut         Kimball (1990: 338), bahwa Mendel membatasi penelitian pada sifat-sifat yang kuantitatif yang berbeda-beda antara berbagai individu. Mendel membatasi penelitian pada sifat-sifat yang berbeda-beda dalam cara kualitatif yang mudah dikenal nyata. Banyak sifat yang berkenaan dengan cara kuantitatif yang berlanjut diseluruh populasi. Beberapa variasi ini dapat diterangkan dengan perbedaan-perbedaan dalam diet dan mungkin faktor-faktor lain dalam lingkungan.
Ada beberapa alel dalam populasi menentukan varibilitas genetic populasi itu. Menurut Campbell (2002: 229), bahwa organisme-organisme yang bereproduksi secara aseksual cenderung memproduksi keturunan yang bervariasi secara genetik karena karena pilihan acak gen dalam benih menyusul meiosis dan fenomena rekombinasi. Varibilitas genetik dalam gamet-gamet yang bereproduksi secara aseksual sebenarnya mungkin lebih dipengaruhi oleh rekombinasi antara kromosom-kromosom daripada oleh berbagai mutasi.
Sifat fisiologis dan morfologuis dari keragaman biologi reproduksi menimbulkan suatu keragaman baik di dalam populasi ataupun menjelang terjadinya evolusi tanaman. Menurut Syamsuri (2003: 29), bahwa Setiap perubahan pada sifat reproduksi baik karena kerusakan lingkungan, perbaikan budidaya tanaman yang mengarah perbaikan kultifar menyebabkan keragaman dalam populasi. Dari hasil pengukuran, penimbangan, perhitungan, dan analisis yang telah dilakukan, Faktor lain yang mempengaruhi genetik adalah migrasi gen ke dalam atau ke luar populasi sekelompok individual dengan fenotif tertentu dan berbeda-beda, serta arus genetik secara acak.
BAB V
KESIMPULAN
            Dari  percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.        Kacang merah memiliki ukuran yang bervariasi.
2.        Keragaman genetik dalam bentuk variasi alel terjadi karena adanya mutasi.
3.        Rekombinasi genetik tergantung pada tingginya tingkat persilangan diantara individu yang berbeda secara genetik.
4.        Genetika populasi adalah cabang dari genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi.
5.        Untuk menentukan panjang rata – rata adalah jumlah panjang kacang dibagi dengan jumlah seluruh kacang.



















 DAFTAR PUSTAKA

Campbell, et al. 2001. Biologi Jilid II. Jakarta: Erlangga : v + 404 hlm.
Kimball. 2001. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga : v + 360 hlm.
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.        iii + 716 hal.

Sumarwan. 1997. Variasi Genetika. Yogyakarta: Yudhistira : ii + 231 hlm.
Suwarno, Hadisusanto. 2006. Biologi. Klaten : Intan Pariwara : ii + 142 hlm.

















ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “Menentukan Variasi Ukuran Kacang Merah”. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui variasi genetik pada kacang merah. Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum`at, tanggal 2 Maret 2012, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah jangka sorong, kertas grafik, kantong plastik, kacang merah, spidol dan timbangan OHAUS sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Vigna Angularis. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah keanekaragaman variasi ukuran kacang merah, sedangggkan Kesimpulan yang diperoleh adalah kacang merah memiliki berbagai variasi dan ukuran.


































KLASIFIKASI


Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Class                : Magnoliopsida
Ordo                : Fabales
Famili              : Fabaceae
Genus              : Vigna
Spesies            : Vigna angularis
Nama               : Kacang merah





















LAMPIRAN GAMBAR





Vigna angularis

LAPORAN  PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM II
“PREPARASI KROMOSOM BAWANG MERAH”


Unsri.jpg

OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK : VII (TUJUH)
ASISTEN       : DENTI PUSPITA SARI







LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
  Mitosis adalah pembelahan sel yang menghasilkan dua sel anakan dengan jumlah kromosom sama dengan jumlah kromosom induk, yaitu 2n (diploid). Pembelahan itu terjadi pada sel-sel penyusun tubuh sel (sel somatic). Karena jumlah kromosom sama dengan jumlah kromosom sel induk, maka potensi genetic yang dimiliki juga sama dengan mitosis terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan dan organ tubuh makhluk hidup. Pewarisan sifat induk kepada kedua sel anakan terjadi secara bertahap (Campbell 2000: 223).
Setiap sel dapat memperbanyak diri membentuk sel-sel yang baru melalui proses pembelahan pada mahluk hidup bersel satu. Pembelahan tersebut merupakan cara untuk berkembang biak. Pembelahan sel secara tak langsung adalah pembelahan sel melalui tahapan-tahapan tertentu. Tahapan-tahapan pembelahan itu diperlihatkan dengan penampakan yang berbeda-beda dari kromosom yang dikandungnya. Sebagaimana diketahui didalam inti sel terdapat benang-benang kromatin yaitu benang-benang yang dapat menyerap zat pewarna lebih banyak sehingga bila diamati dibawah mikroskop tampak lebih jelas. Ketika sel akan membelah diri benang-benang kromatin ini menebal dan memendek yang kemudian disebut kromosom (Syamsuri 2003: 35).
Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa kromosom merupakan benang pembawa sifat yang didalamnya terdapat gen. Karena jumlah kromosom sama dengan jumlah kromosom sel induk, maka potensi genetic yang dimiliki juga sama dengan mitosis terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan dan organ tubuh makhluk hidup. Pewarisan sifat induk kepada kedua sel anakan terjadi secara bertahap (Campbell 2000: 223).
Mitosis hanya merupakan satu bagian dari siklus sel. Sebenarnya, fase mitosis yang mencakup mitosis dan sitokenesis, biasanya merupakan bagian tersingkat dari siklus tersebut. Pembelahan sel mitosis yang berurutan bergantian dengan interfase yang jauh lebih lama, yang sering kali meliputi 90% dari siklus ini. Selama interfase inilah sel tumbuh dan menjalin kromosom dalam persiapan untuk pembelahan sel (Syamsuri 2003: 35).
Mitosis pada tumbuhan terjadi karena adanya sel yang mampu membelah yang disebut sel meristematik dan terdapat pada titik tumbuh. Sel tersebut misalnya terdapat pada ujung akar, batang dan kambium. Terjadinya dua sel anakan pada mitosis adalah karena sel meristematik tersebut membelah. Sedangkan sel induknya tidak jelas lagi identitasnya, karena berubah menjadi dua sel anakan yang sama sifatnya dengan sel induknya (Campbell 2000: 223).
Pada fase akhir pembelahan memiliki ciri-ciri di daerah kutib masing-masing terdapat benang kromosom yang berubah menjadi benang kromatin berupa satu set kromosom. Membrane nukleus terbentuk lagi. Nukleolus dapat diindera lagi. Kromosom tidak dapat diindera lagi. Pembelahan mitosis hanya sampai pada pembelahan kromosom, kemudian diikuti pembentukan sekat pemisah antara kedua inti yang terdapat di bidang ekuator, sehingga sel induk telah menghasilkan dua sel ankan yang disebut sitokenesis (Sulardi 2002: 17).
Fungsi pembelahan sel yaitu untuk reproduksi, misalnya pada amoeba, eukariotik bersel tunggal. Fungsi pembelahan sel lainnya yaitu untuk pertumbuhan dan perkembangan, misalnya pada organisme multiseluler. Selain itu pembelahan sel berfungsi untuk pembaharuan dan perbaikan jaringan, misalnya pada organisme multiseluler   dewasa,  contohnya  pada  pembelahan  sel  sumsum  tulang (Campbell 200: 221).
Jadi pembelahan mitosis adalah pembelahan yang menghasilkan dua sel anakan sama dengan jumlah kromosom sel induk yaitu 2n (diploid) pembelahan itu terjadi pada sel-sel meristematik. Karena jumlah kromosom sel anakan sama dengan kromosom sel induk maka, potensi genetik yang dimiliki juga sama. Pembelahan mitosis hanya sampai pembelahan kromosom, kemudian diikuti pembentukan sekat pemisah antara kedua inti yang terdapat dibidang ekuator. Sehingga sel induk telah menghasilkan 2 sel anakan yang disebut sitokenesis (Sulardi 2002: 20).

1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk belajar melakukan tahapan sederhana pembuatan preparat kromosom dan fase-fase pembelahan mitosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada dasarnya reproduksi pada tingkat sel adalah proses menghasilkan sel-sel baru, baik pada organisme satu sel atau banyak sel. Proses reproduksinya merupakan proses duplikasi diri dan pembelahan komponen genetik yang sama. Pembelahan sel yang lengkap meliputi dua proses yaitu pembelahan inti sel yang disebut kariokenesis, serta pembelahan sitoplasma disebut sitokenesis. Sel yang melakukan pembelahan disebut sel induk, sedangkan sel yang dihasilkan disebut sel anakan. Berdasarkan jumlah sel anakan yang diperoleh, terdapat dua macam pembelahan, yaitu pembelahan biner yang menghasilkan dua sel anakan.  Proses pembelahannya sel menjadi dua dimulai dari molekul DNA tunggal yang berupa benang panjang berupa lilitan (Campbell 200: 221).
Proses pembelahan molekul DNA tunggal ini diikuti dengan pembelahan kromosom dan terbentuknya membrane pemisah yang membentang di antara kedua kromosom tersebut. Pada organisme eukariot, proses pembelahan sel dimulai dari replikasi atau penggandaan DNA yang diikuti pembelahan gen dan kromosom. Pada organisme eukariot, pembelahan selnya ada dua macam, yaitu pembelahan mitosis dan pembelahan meiosis (Maryanto 2002: 16).
Kegiatan yang paling penting pada mitosis ini ialah prilaku rapi kromosom-kromosomnya. Karena segi ini demikian pentingnya dalam proses tersebut. Sehingga istilah mitosis bukan ketika kegiatan kromosom itu terjadi tanpa sitokinesis, artinya tanpa adanya pembelahan sel yang sebenarnya. Nukleus mengandung informasi yang berperan dalam perkembangan dan aktivitas sel. Bukti adanya mitosis menyatakan bahwa kromosom berperan dalam hal ini. Dari sini dapat dianggap bahwa mitosis merupakan alat duplikasi teratur (dalam fase S)  dan juga dalam pemisahan (pada anaphase) kromosom dan dengan hal itulah informasi kebakaan tersampaikan (Campbell 200: 221).
Mitosis ditemukan diantara tumbuhan secara universal, juga sel hewan berbelah dengan mitosis. Fase-fasenya sama dengan yang kita jumpai pada sel tumbuhan, dan perilaku kromosomnya sama saja. Akan tetapi ada dua perbedaan mencolok yang dapat diamati. Satu diantaranya ialah tumbuhnya aster. Banyak kejadian dalam mitosis bergantung pada gelendong mitotic yang mulai terbentuk dalam sitoplasma selama profase. Struktur ini terdiri atas serat yang dibuat dari mikrotubula dan protein yang bekaitan. Ketika gelendong mitotic tersusun, mikrotubula sitoskleton secara parsial terpisah, mungkin menyediakan materi yang digunakan untuk mebangun gelendongnya. Mikrotubula gelendong bertambah panjang dengan memasukkan lebih banyak subunit protein tubulin (Kimball 1998: 202).
Tersusunnya mikrotubula gelendong berawal di sentrosom yang disebut juga puta pengoperaian mikrotubul. Mitosis merupakan periode pembelahan sel yang berlangsung pada jaringan titik tumbuh (meristem), seperti pada ujung akar atau pucuk tanaman. Proses mitosis terjadi dalam empat fase, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Fase mitosis tersebut terjadi pada sel tumbuhan maupun hewan. Terdapat perbedaan mendasar antara mitosis pada hewan dan tumbuhan. Pada hewan terbentuk aster dan terbentuknya alur di ekuator pada membran sel pada saat telofase sehingga kedua sel anak menjadi terpisah. Dengan mitosis terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan dan organ tubuh makhluk hidup. Tujuan pembelahan mitosis adalah mewariskan semua sifat induk kepada kedua sel anaknya (Cambell 2002: 223).
Pewarisan sifat induk kepada kedua sel anaknya terjadi secara bertahap fase demi fase. Pada fase akhir pembelahan memiliki ciri-ciri di daerah kutub masing-masing terdapat benang kromosom yang berubah menjadi benang kromatin berupa satu set kromosom. Membrane nukleus terbentuk lagi. Nukleolus dapat diindera lagi. Kromosom tidak dapat diindera lagi. Pembelahan mitosis hanya sampai pada pembelahan kromosom, kemudian diikuti pembentukan sekat pemisah antara kedua inti yang terdapat di bidang ekuator, sehingga sel induk telah menghasilkan dua sel ankan yang disebut sitokenesis (Sulardi 2002: 17).
            Waktu dan laju dalam pembelahan sel dalam bagian tumbuhan atau hewan yang berbeda merupakan hal yang penting untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan yang normal. Frekuensi pembelahan sel berbeda-beda sesuai dengan tipe selnya. Perbedaan siklus sel ini disebabkan oleh pengaturan pada tingkat molekuler. Mekanisme pengaturan ini sangat menarik untuk pemahaman siklus sel normal (Campbell 2000: 222).   
            Mitosis dan meiosis merupakan bagian dari siklus sel dan hanya mencakup 5-10% dari siklus sel. Persentase waktu yang besar dalam siklus sel terjadi pada interfase. Interfase terdiri dari periode G1, S, dan G2. Pada periode G1 selain terjadi pembentukan senyawa-senyawa untuk replikasi DNA, juga terjadi replikasi organel sitoplasma sehingga sel tumbuh membesar, dan kemudian sel memasuki periode S yaitu fase terjadinya proses replikasi DNA. Setelah DNA bereplikasi, sel tumbuh (G2) mempersiapkan segala keperluan untuk pemisahan kromosom, dan selanjutnya diikuti oleh proses pembelahan inti (M) serta pembelahan sitoplasma (C). Selanjutnya sel hasil pembelahan memasuki pertumbuhan sel baru (G1). Mitosis merupakan pembelahan sel yang terjadi pada organisme eukariot (Kimball 2002: 195).
Pembelahan sel secara mitosis terjadi pada jaringan somatik. Dalam pembelahan mitosis ini, satu sel membelah menjadi dua sel yang sama persis. Pembelahan mitosis terdiri atas pembelahan inti dan pembelahan sitoplasma. Pembelahan mitosis ini di awali dengan pembelahan inti. Oleh karena itu, bila kita melihat kumpulan sel yang sedang membelah, mungkin kita akan menemukan satu atau beberapa sel yang mempunyai dua inti. Hal ini berarti sel telah selesai melakukan pembelahan inti tetapi belum melakukan penbelahan sitoplasma (Kimball 2002: 195).
Kromosom dapat dengan mudah diamati pada saat sel sedang aktif membelah dengan maneggunakan metode fiksasi dan pewarnaan sederhana. Bahan yang biasa digunakan dalam pengamatan mitosis adalah sel-sel ujung akar bawang merah (Allium ascalonicum), sedangkan pengamatan meiosis sering menggunakan kotak sari atau bakal biji tanaman lily. Bahan-bahan tersebut digunakan karena memiliki beberapa kelebihan yaitu komposisi dinding selnya yang tersusun atas senyawa-senyawa yang relatif mudah ditembus oleh larutan fiksatif dan pewarna, juga jumlah kromosomnya tidak terlalu banyak sehingga pengamatan terhadap masing-masing fase yang sedang berlangsung relatif mudah dilakukan. Salah satu metode Fiksasi yang dapat dilakukan adalah metode termodifikasi (Campbell 2002: 197).
Pada waktu dan laju dalam pembelahans el dalam bagian tumbuhan atau hewan yang berbeda merupakan hal yang penting untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan yang normal. Frekuensi pembelahan sel berbeda-beda sesuai dengan tipe selnya. Perbedaan siklus sel ini disebabkan oleh pengaturan pada tingkat molekuler. Mekanisme pengaturan ini sangat menarik untuk pemahaman siklus sel normal.  Oleh karena itu, bila kita melihat kumpulan sel yang sedang membelah, mungkin kita akan menemukan satu atau beberapa sel yang mempunyai dua inti (Kimball 2002 : 222).  
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum`at, tanggal 9 Maret 2012, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan
                                       Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah botol flakon, cawan petri, cutex, gelas arloji, mikroskop, silet. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Aceto-orcein 2 %, Akuades,  Allium cepa,  Asam asetat 45 %, HCl 1 N, dan Gliserin dan kertas tissue.

3.3 Cara Kerja
                        Diambil umbi Allium cepa yang akarnya 3-4 cm, akar yang telah tumbuh tersebut kemudian dipotong dengan silet pada bagian ujungnya sekitar 0,5-1 cm dan dimasukkan ke dalam botol flakon. Kemudian ujung akar tersebut dicuci, dibersihkan dengan akuades dan asam asetat 45 % selama 15 menit. Ujung-ujung akar tersebut kemudian diletakkan pada objek gelas dan bagian pinggrnya diserap dengan tissue. Selanjutnya ditetesi dengan gliserin. Preparat kemudian ditutup dengan gelas penutup dan diletakkan dengan cutex atau bisa juga dengan metode squash. Amati jumlah kromosom dan pembelahan mitosis bawang merah tersebut di bawah mikroskop dengan beberapa pembesaran.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel Mitosis Pada


NO.

FASE

GAMBAR

KETERANGAN
1.
Profase Awal





1.      Kromosom
2.      Nukleus
3.      Sentriol
4.      Sitoplasma
5.      Kromatid
2.
Profase Tengah





1.      Kromosom
2.      Sentriol
3.      Nukleus
4.      Kromatid

3.
Profase Akhir





1.      Kromosom
2.      Sentriol
3.      Nukleus
4.      Kromatid

4.
Metafase





1.      Kromosom
2.      Kromatid
3.      Sentromer
4.      Bidang equator
5.
Anafase Awal







1.      Kromosom
2.      Sentromer
3.      Kromatid
4.      Bidang equator
6.
Anafase Tengah







1.      Kromosom
2.      Sentromer
3.      Kromatid
4.      Bidang equator
7.
Anafase Akhir






1.      Kromosom
2.      Sentromer
3.      Kromatid
4.      Bidang equator
5.      Nukleus
8.
Telofase







1.      Kromosom
2.      Kromatin
3.      Nukleus
4.      Bidang equator
5.      Lekukan membran sel




4.2  Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil berupa fase mitosis terdiri dari : (1) fase interfase di mana kromosom tidak dapat dibedakan antara yang satu dengan yang lainnya, dan nukleus terlihat sebagai gumpalan padat. Ini merupakan tahap kromosom yang paling aktif dalam fungsi mekanisme fisiologisnya, (2) profase di mana kromosom mempersiapkan diri untuk melakukan proses pembelahan sel, dengan jalan melakukan penebalan dan pemendekan kromosom. Menurut Kimball (1990: 338), bahwa Kromatid (yang merupakan duplikasi setengah bagian memanjang kromosom, yang terjadi dari duplikasi), mulai terlihat. Pada tahap ini nukleolus (anak inti) yang bundar dan berwarna gelap juga kelihatan. Pada titik-titik tertentu kromosom tersebut saling berpasangan.
fase-fase mitosis antara lain fase interfase, profase, metafase, anafase, dan telofase. Menurut Yayat (2003: 11), bahwa dalam bukunya yang berjudul dasar genetika dan pemuliaan tanaman menyatakan bahwa fase mitosis terbagi menjadi lima antara lain : fase interfase, profase, metafase, anafase, dan telofase. Tahap Metafase, kromosom menyusun diri secara acak pada suatu bidang equator atau di tengah-tengah sel. Pada awal fase ini, membran nukleus dan nukleolus lenyap. Sentromer, suatu daerah vital bagi pergerakan kromosom, melekat pada serabut gelendong yang bertanggung jawab terhadap arah pergerakan kromosom selama pembelahan.
Pada fase anafase sentromer tadi membelah mengikuti panjang kromosom dan kromatid mulai bergerak pada serabut gelendong menuju ke kutub-kutub sel terdekatnya, dengan sentromer yang memimpin pergerakan tersbut. Setiap kromatid sekarang dipandang sebagai kromosom-kromosom yang baru. Menurut Slamet (2004: 133), bahwa Pada fase telofase kromosom baru telah menyelesaikan pergerakkannya menuju kutub dan mulai menyebar di dalam membran nukleus. Selama tahap ini berlangsung, suatu dinding sel baru mulai terbentuk di antara dua nukleus baru.
Proses pembelahan ini terjadi secara langsung dari satu menjadi dua, tetapi secara bertahap melalui beberapa fase yang berurutan secara teratur. Menurut Anonim (2011: 1), bahwa Tahap-tahap mitosis antara lain adalah : (1) interfase, merupakan fase terpanjang dalam siklus sel yakni kurang lebih 90 % dari siklus sel, (2) profase, merupakan fase yang paling lama dan membutuhkan energi terbesar, (3) metafase, merupakan fase yang diawali dengan prometafase dan pada fase ini membrane inti menghilang sempurna, metafase membutuhkan waktu 2-6 menit, (4) anafase, merupakan fase yang membutuhkan waktu 3-15 menit, (5) telofase, merupakan fase yang membutuhkan waktu 30-60 menit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan praktikum antara lain yaitu : kesalahan pada praktikan misalnya tidak memahami cara kerja, bagaimana kerja alat dan bahan, rusaknya alat seperti mikroskop sehingga kita tidak dapat melihat fase-fase yang terjadi pada mitosis yang terdiri dari fase interfase, profase, metafase, anafase, dan telofase, umur ujung akar bawang merah yang pendek baru beberapa hari sehingga tidak ditemukannya fase-fase yang diinginkan pada mitosis. Menurut Laila (2006: 85), bahwa faktor yang mempengaruhi proses mitosis yaitu proses mitosis mengungkapkan dua peristiwa penting. Pertama, kromosom (dengan demikian juga gen) berproduksi dan membelah, sehingga sel anak memgandung informasi genetik yang tepat sama dengan sel induk. Seiring dengan berlanjutnya pembelahan, sentromer-sentromer m Pada fase anafase sentromer tadi membelah mengikuti panjang kromosom dan kromatid mulai bergerak pada serabut gelendong menuju ke kutub-kutub sel terdekatnya,embelah sedemikian rupa sehingga banyaknya pada sel anak sama dengan banyaknya pada sel induk. Kedua, mitosis berperan penting dalam proses-proses biologis, seperti pertumbuhan, penggantian sel-sel yang rusak, dan perbaikan jaringan.
Digunakannya bawang merah karena di ujung akar  bawang merah mempunyai banyak sel meristematik yaitu sel-sel yang aktif membelah sehingga mudah mendapatkan fase-fase mitosis yang diinginkan yaitu fase interfase, profase, metafase, anafase, dan telofase. Menurut Tjiptrosoepomo (2002: 24), bahwa sel akar bawang merah yang baru berisi 16 kromosom 8. Pada praktikum ini digunakan bahan yaitu HCl dan aceto-orcein digunakan agar spesimen yang akan di praktikumkan akan terfiksasi dan menjadi lunak sehingga fase-fase mitosis mudah untuk diamati. faktor yang mempengaruhi proses mitosis yaitu proses mitosis mengungkapkan dua peristiwa penting.

BAB V
KESIMPULAN

            Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Fase interfase di mana kromosom tidak dapat dibedakan antara yang satu dengan yang lainnya, dan nukleus terlihat sebagai gumpalan padat.
2.      Profase di mana kromosom mempersiapkan diri untuk melakukan proses pembelahan sel, dengan jalan melakukan penebalan dan pemendekan kromosom.
3.      Metafase, kromosom menyusun diri secara acak pada suatu bidang equator atau di tengah-tengah sel. Pada fase anafase sentromer tadi membelah mengikuti panjang kromosom dan kromatid mulai bergerak pada serabut gelendong menuju ke kutub-kutub sel terdekatnya.
4.      Pada fase telofase kromosom baru telah menyelesaikan pergerakkannya menuju kutub dan mulai menyebar di dalam membran nukleus.
5.      Proses mitosis terbagi menjadi lima fase yaitu interfase, profase, metafase, anafase, dan telofase.















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Bawang Merah. Artikel. http//id.wikipedia.org//wiki//Bawang Merah.               06-04-2011. 20.00 WIB.

Campbell. 2000. Biologi terjemahan oleh manulu. Jakarta : Erlangga ii + 325 hlm.

Crowder. 1999. Genetika Tunbuhan. Yogyakarta. UGM : 488 hlm.

George. 2005. Biologi edisi kedua. Jakarta. Erlangga :364 hlm.

Kimball. 1983. Biologi Jilid 1. Jakarta. Erlangga : 333 hlm.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2002. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Bandung : Universitas Gajah Mada : 51 hlm.
























ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “Preparasi Kromosom Bawang Merah”. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari  tahapan sederhana pembuatan preparat kromosom dan mengenal fase-fase pembelahan mitosis. Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum`at, tanggal 9 Maret 2012, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah botol flakon, cawan petri, cutex, gelas arloji, mikroskop, silet. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Aceto-orcein 2 %, Akuades,  Allium cepa,  Asam asetat 45 %, HCl 1 N, dan Gliserin dan kertas tissue. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah preparat fase-fase pembelahan mitosis pada akar Alium cepa. sedangkan Kesimpulan yang diperoleh adalah mitosis terjadi dalam 5 fase yaitu interfase, profase, metafase, anafase, telofase.

































KLASIFIKASI


Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Class                : Liliopsida
Ordo                : Liliales
Famili              : Liliaceae
Genus              : Allium
Spesies            : Allium cepa
Nama               : Bawang merah











LAMPIRAN
Profase awal                                                    Profase akhir

                    


Anafase akhir                                                  Metafase akhir
                   
                 


mitosis 2

Fase-fase Mitosis. Artikel. http//id.wikipedia.org//wiki//.Fase-fase Mitosis.



               


                


                


                   


 LAPORAN  PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM II
“PENGARUH POLUSI DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIR”


Unsri.jpg

OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK : VII (TUJUH)
ASISTEN       : DENTI PUSPITA SARI







LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
  Polusi adalah sesuatu yang tidak diinginkan keberadaannya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai polusi. Mulai dari polusi udara, polusi suara hingga polusi air. Penyebab polusi air bermacam-macam, diantaranya polutan dari limbah hasil industri, pertanian, dan rumah tangga. Ada beberapa tipe polutan yang dapat masuk perairan, yaitu bahan-bahan yang mengandung bibit penyaki, bahan-bahan yang membutuhkan oksigen dalam proses penguraiannya, bahn-bahan organik dari indistri atau limbah pupuk pertanian, dan bahan-bahan yang tidak sedimen (endapan) (Campbell 2000: 178).                                                                     Masalah pencemaran merupakan masalah yng sangat populer di kalamgan masyarakat di seluruh permukaan bumi ini. Pencemaran yang terjadi tidak hanya bisa terjadi secara alami, tapi dapat juga terjadi karena ulah manusia. Lingkungan biasanya diartikan sebagai sesuatu yang ada di sekeliing kehidupan atau organisme. Lingkungan adalah kumpulan dari segala sesuatu yang membentuk kondisi dan akan memengaruhi secara langsung maupun tidak lngsung baik kepada kehidupan dalam bentuk individual maupun komunitas pada tempat tertentu (Kimball 2000: 453).
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki sumber daya perairan laut dan pesisir yang sangat luas, di samping memiliki perairan darat yang cukup banyak pula. Dengan sumber daya perairan yang luas maka Indonesia memiliki potensi sumber daya hayati yang banyak. Sementara pengelolaan sumber daya perairan yang ada di Indonesia belum optimal. Sebagai bagian dari komponen perairan maka untuk mempelajari hidrobiologi tidak dapat lepas dari ekologi perairan. Hidrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari semua yang hidup di air. Dengan perkataan lain hidrobiologi adalah bagian dari ilmu biologi yang harus memperhatikan organisme di air, sehingga dikatakan sebagai biologi perairan (Anonim 2012: 1).
Perairan menggenang (lentik) adalah suatu bentuk ekosistem perairan yang di dalamnya arus air tidak memegang peranan penting. Hal ini karena aliran air tidak begitu besar atau tidak mempengaruhi kehidupan organisme yang ada di dalamnya. Pada perairan ini faktor yang amat penting diperhatikan adalah pembagian wilayah air secara vertikal yang memiliki perbedaan sifat untuk tiap lapisannya, contoh jenis perairan ini adalah danau, rawa, situ, kolam dan perairan menggenang lainnya. Perairan menggenang di bagi dalam tiga lapisan utama yang didasari oleh ada tidaknya penetrasi cahaya matahari dan tumbuhan air, yaitu litoral, limnetik dan profundal (Jumin 2002: 106).          
Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh negara atau dalam lingkup yang kecil (masyarakat) adalah krisis air bersih. Krisis air bersih disebabkan karena adanya berbagai aktivitas antropogenik yang dilakukan oleh masyarakat yang tidak mengindahkan keadaan lingkungan sekitarnya, sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran air bersih. Polusi domestik atau pencemaran air ini akibat aktivitas rumah tangga, yang berupa sampah, sisa makanan, sabun, detergen dan tinja.  Bahan-bahan tersebut ada yang mudah diuraikan oleh mikroba dalam air menggunakan oksigen dan ada yang sulit (Soejipta 1993: 70).          
Air merupakan pelarut yang baik, sehingga air dialam tidak pernah murni akan tetapi selalu mengandung berbagai zat terlarut maupun zat tidak terlarut serta mengandung mikroorganisme atau jasad renik. Apabila kandungan berbagai zat maupun mikroorganisme yang terdapat di dalam air melebihi ambang batas yang diperbolehkan, kualitas air akan terganggu. Sehingga tidak bisa digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk air minum, mandi, mencuci atau bahkan keperluan yang lainnya. Air yang terganggu kualitasnya ini dikatakan sebagai air yang tercemar atau air yang terpolusi (Jumin 2002: 109).                           
Air di alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan        garam-garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau dipermukaan tanah. Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri pertambangan dan pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat. Jumlah zat padat yang terlarut ini dapat digunakan sebagai indikator  pencemaran air. Selain jumlah, jenis zat pencemar juga menentukan tingkat pencemaran (Campbell 2002: 40).

1.2.Tujuan Praktikum
               Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari dan mengenal system reproduksi    pada tumbuhan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat energy, dan atau komponen lain kedalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Jumlah air yang meninggalkan permukaan tanah dan badan air dalam bentuk uap, pada waktu tertentu selalu sama dengan jumlah air yang turun dari atmosfer dalam bentuk presipitrasi. Air yang jatuh kepermukaan tanah sebagian mengalir dipermukaan tanah menuju sungai, danau dan laut. Sebagian lagi akan meresap ke dalam tanah yang disebut dengan infiltrasi (Campbell 2002: 45).                     
Macam-macam pencemaran dapat dibedakan berdasarkan pada tempat terjadinya, macam bahan pencemarnya, dan tingkat pencemarannya. Sifat fisik dari air dapat berubah akibat fluktuasi suhu yakni air dalam bentuk cair, padat, uap atau gas. Ketika air akan berubah wujud menjadi es maka volumenya akan berubah menjadi naik yaitu sebesar 0,091 dari volume sebelumnya. Sifat air inilah yang membuat tanaman menjadi rusak. Kualitas fisik meliputi kekeruhan air yang dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan        bahan-bahan yang berasal dari buangan. Hal itu akan membuat air tercemar dan kualitas air bersih akan menurun (Hendrawan 2005: 5).                   
 Sumber limbah cair yang menyebabkan pencemaran terhadap air atau penurunan kualitas air bersih, diantaranya adalah limbah cair domestik, indistri, pertanian dan pertambangan. Limbah cair domestik terdiri dari air limbah yang berasal dari perumahan dan pusat perdagangan  maupun perkantoran, hotel, rumah sakit, tempat umum dan lalu lintas. Limbah Cair Industri adalah limbah yang berasal dari industri. Sifat-sifat air limbah industri relative bervariasi tergantung dari bahan baku yg di gunakan, pemakaian air dalam proses, dan bahan aditif yang digunakan selama proses produksi. Limbah Cair Pertanian berasal dari buangan air irigasi yg disalurkan kembali ke saluran drainase atau meresap ke dalam tanah.  Limbah pertambangan akan mempengaruhi tingkat kekeruhan BOD5, COD, pH, tetapi juga kadar kimia yg digunakan dalam proses penambangan (Supriharyono 2002: 38).           
Sumber utama pencemaran di lingkungan perairan, yaitu limbah industri, limbah pertanian dan limbah domestik. Limbah industri mempunyai kapasitas dan kuantitas limbah yang berbeda-beda untuk setiap jenis industri. Hal ini sesuai dengan kapasitas produksi, bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi dan efisiensi teknologi pengolahan limbah yang digunakan. Limbah industri pada umumnya bersifat lebih toksik daripada jenis limbah lainnya, terutama limbah industri logam, industri minyak, industri pertambangan, industri zat warna, dan lainnya. Limbah pertanian pada umumnya bersifat biodegradasi, kecuali untuk limbah pestisida yang sintetik dan relatif bersifat toksik. Limbah domestik pada umumnya bersifat lebih biodegradasi dibandingkan dengan jenis limbah lainnya dan dicirikan oleh kandungan BOD yang tinggi (Hendrawan 2005: 9).             
Pencemaran air yang telah terjadi secara alami, misalnya adanya jumlah logam-logam berat yang masuk dan menumpuk dalam tubuh manusia, logam berat ini dapat meracuni organ tubuh melalui pencernaan karena tubuh memakan tumbuh-tumbuhan yang mengandung logam berat meskipun diperlukan dalam jumlah yang kecil. Penumpukan logam-logam berat ini terjadi pada tumbuh-tumbuhan karena terkontaminasi oleh limbah industri. Untuk menanggulangi agar tidak terjadinya penumpukan logam-logam berat maka limbah industri hendaknya dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan. Pengolahan limbah terlebih dahulu sebelum dibuang akan mengurangi pencemaran terhadap air atau mengurangi mualitas air bersih               (Jumin 2002: 106).       
Pengaruh pencemaran terhadap organisme perairan berasal dari beberapa senyawa atau unsur kimia yang terkandung dalam suatu limbah terhadap kehidupan organisme perairan (algae, invertebrata, dan ikan). Pengaruh tersebut sangat bervariasi untuk setiap jenis limbah industri. Namun pada umumnya toksisitas limbah yang paling kronis bagi kehidupan organisme perairan adalah limbah industri logam, industri kimia, industri pertambangan, industri elektronik, industri tekstil dan industri kulit.  Pengaruh limbah domestik terhadap kehidupan organisme perairan juga sangat bervariasi. Umumnya toksisitas kronis bagi organisme perairan apabila bahan organik limbah tinggi, yaitu melampaui daya asimilasi perairan, sehingga tercipta kondisi yang anaerob. Pengaruhnya semakin sensitif bagi organisme yang lebih muda (Hendrawan 2005: 7).  
Sampah organik yang dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan bakteri untuk proses pembusukannya. Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau. Fosfat ini merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Jika tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses pembusukan yang menghabiskan persediaan oksigen. Selain itu, pemakaian pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari air. Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali ini menimbulkan dampak seperti yang diakibatkan pencemaran oleh deterjen (Suprihryono 2002: 40).                               
Pencemaran air akan menyebabkan berbagai persoalan atau masalah dalam kehidupan manusia. Akibat dari pencemaran air itu sendiri adalah air tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya dan jika  dimanfaatkan maka diperlukan pengolahan khusus yang menyebabkan peningkatan biaya pengoperasian dan pemeliharaan sungai, selain itu air yang tercemar akan menjadi penyebab timbulnya suatu penyakit. Adanya air limbah yang masuk ke dalam saluran drainase atau sungai akan mencemari air sungai tersebut. Pencemaran air mengakibatkan air sungai tidak lagi berfungsi sesuai peruntukkannya. Rantai makanan dalam air akan terganggu akibat adanya pencemaran air. Dengan banyaknya zat pencemaran yang ada di dalam air, menyebabkan menurunnya kadar oksigen di dalam air tersebut (Jumin 2002: 108).                                
Ada beberapa macam cara untuk menentukan adanya polusi dalam air, misalnya dengan mengukur tingkat kejernihan, suhu, pH, kandungan oksigen dan proses kimia lainnya untuk menguraikan bahan organik dalam air. Proses pemulihan air ada beberapa proses yaitu  proses pengenceran, pengendapan, penyaringan, kimiawi dan biokimia. Proses pengenceran adalah proses terjadinya pengurangan kadar kontaminan dalam air karena adanya penambahan jumlah air di dalamnya. Proses pengendapan adalah mengendapnya partikel padatan yang ada dalam air sungai karena gaya gravitasi bumi. Proses kimia yang terjadi biasanya di sebabkan karena adanya reaksi oksidasi, reduksi dari senyawa kimia yang ada dalam sungai. Proses penguraian bahan organik ini memerlukan oksigen terlarut dan mikroorganisme (Soetjipta 1993: 75).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at, 16 Maret 2012 pada pukul   13.00 WIB sampai dengan 15.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan  dalam praktikum ini adalah Alumunium foil,             botol selai, erlenmeyer 125 ml, karet gelang, larutan biru metilen 0,1%,         syingre 1 ml, dan spidol yang tahan air, sedangkan bahan yang digunakan adalah air danau atau air kolam, air sungai dan air sumur.

3.3 Cara Kerja
Disiapkan alat dan bahan yang dibawa. Kemudian masing-masing botol selai diberi label A, B, C dan D. Diisi masing-masing botol selai dengan bahan yang berbeda. Ditambahkan 0,5 ml biru metilen ke dalam tiap botol selai, digunakan syingre dengan jarum terendam dalam air dan jangan da gelembung udara. Ditutup dengan hat-hati keempat botol selai tersebut dan jangan sampai ada gelembung udara lalu disimpan botol selai. Kemudian diamati dan dicatat perubahan warna biru yang menjadi hilang.








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
            Dari praktikum yang telah dilaksanakan, didapat hasil sebagai berikut :
Table PH air yang di amati  :

No
Bahan
PH
1.
Air sungai
5
2.
Air sumur
6
3.
Air PAM
4,5
4.
Air kolam
5,5

Table Uji (test)

No
Sampel
Jumlah hari sampai hilangnya warna biru/ perubahaan yang terjadi
Kestabilan relative dalam persen
1.
Air pam
Pada Minggu ke 2/14 hari warna air masih berwarna biru terang
100
2.
Air kolam
Pada Minggu ke 2/14 hari warna air masih berwarna biru terang
100
3.
Air sumur
Pada Minggu ke 2/14 hari warna air berubah menjadi biru kehijau-hijauan
95
4.
Air sungai
Pada Minggu ke 2/14 hari warna air masih berwarna biru terang
100






Perbandingan Gambar warna air
Air PAM
Gambar warna air
Hari pertama
air pam.jpg
Mingu pertama
air pam 2.jpg
Minggu kedua
air pam 2.jpg





Air sungai
Gambar warna air
Hari pertama
air sungai.jpg
Minggu pertama
air sungai.jpg
Minggu kedua
^.~2851.jpg










Air sumur
Gambar warna air
Hari pertama
air sumur 1.jpg
Minggu pertama
air sumur 1.jpg
Minggu kedua
air sumur.jpg

Air kolam
Gambar warna air
Hari pertama
air kolam.jpg
Minggu pertama
air kolam 1.jpg
Minggu kedua
air kolam (2).jpg
4.2  Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh sumber pencemaran air adalah banyak penyebab pencemaran air tetapi secara   umum dapat dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Menurut Kimball (1990: 338), bahwa sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA (tempat Pembuangan Akhir Sampah), dan sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau atmosfer berupa hujan. Tanah dan air tanah mengandung mengandung sisa dari aktivitas pertanian seperti pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari aktivitas manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam.
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah. Menurut Sutrisno (1997: 128), bahwa secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping). Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah.
Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya Menurut Kimball (1990: 338), bahwa pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.
Pencemaran Suara adalah secara teknis kebisingan atau pencemaran suara bisa diartikan sebagai suara yang tidak diinginkan, Menurut Campbell (2000: 189), bahwa misalnya yang menghalangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit di telinga atau yang menghalangi gaya hidup. Kebisingan dalam kaitan dengan pencemaran suara yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Diantara pencemaran lingkungan yang lain, pencemaran suara atau polusi kebisingan atau noise polution dianggap istimewa dalam hal : (1) penilaian pribadi dan subjektif sangat menentukan untuk mengenali suara sebagai pencemaran kebisingan atau tidak, (2) kerusakannya setempat dan sporadis dibandingkan dengan pencemaran udara dan pencemaran air dan bising pesawat merupakan pengecualian. Menurut Kimball (1990: 338), bahwa polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari. Menurut Campbell (2000: 192), bahwa termasuk diantaranya adalah sanitasi. Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
BAB V
KESIMPULAN

            Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Polusi adalah pencemaran lingkungan atau masuknya mahluk hidup, zat energy, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan.
2.      Macam-macam polusi adalah pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah, dan pencemaran suara.
3.      Ciri-ciri air dikatakan bersih yaitu tidak berwarna,tidak berasa, dan tidak berbau.
4.      Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya.
5.       Ada bermacam-macam untuk menentukan adanya polusi air, misalnya dengan mengukur tingkat kejernihan,suhu, pH, kandungan oksigen oleh mikroba dan proses kimia lainnya untuk menguraikan bahan organik dalam air.























DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Pencemaran atau polusi. Diakses pada tanggal 12 Mei 2010,pukul
              10.15.http//www.Wikipedia/polusi/com.

Campbell.2000. Biologi Umum Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Supriyanti.2007. Pengaruh Polusi Domestik Terhadap Air. Bogor : IPB.

Suriawiria.2003. Badan Air.Bandung : Bumi Aksara.

Sutrisno. 1997. Tata Cara Pengelolahan Limbah. Jakarta : Erlangga.



































ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “Pengaruh Polusi Domestik Terhadap Kualitas Air”. Praktikum ini bertujuan untuk membandingkan kestabilan relatif dari air yang terpolusi dengan air yang bersih dengan menggunakan larutan metilen blue. Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum`at, tanggal 16 Maret 2012, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah erlenmeyer, sumbat karet, syringe, spidol. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air galon, air kolam, air PAM, air sumur, botol selai, metilen blue. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah ada bermacam-macam untuk menentukan adanya polusi air, misalnya dengan mengukur tingkat kejernihan,suhu, pH, kandungan oksigen oleh mikroba dan proses kimia lainnya untuk menguraikan bahan organik dalam air, sedangggkan Kesimpulan yang diperoleh adalah Polusi domestik atau pencemaran akibat aktivitas rumah tangga,berupa sampah,sisa makanan, sabun, deterjen dan tinja, bahan-bahan tadi mudah untuk diuraikan oleh mikroba dalam air menggunakan oksigen.




















LAMPIRAN GAMBAR


^.~2905.jpg ^.~2903.jpg
 

                                                                                                   





                                                                                                                           

                    Air PAM                                                       Air Sumur
^.~2851.jpg^.~2902.jpg                                                                     
               Air Kolam                                                      Air Sungai


Tidak ada komentar:

Posting Komentar