LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM II
“REPRODUKSI
TUMBUHAN”
OLEH
:
NAMA :
RISMA VIVI AMALIA
NIM :
08111004037
KELOMPOK : VII
(TUJUH)
ASISTEN : DENTI
PUSPITA SARI
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Berdasarkan
letak bakal bijinya, tumbuhan berbiji atau sperrnatofita dibedakan menjadi dua
divisi, yaitu Gymnospermae
(tumbuhan biji terbuka) yaitu kelompok tumbuhan yang bakal bijinya tidak
terlindungi oleh daun buah, tetapi menempel pada daun buah, dan Angiospermae (tumbuhan berbiji
tertutup) yaitu tumbuhan yang bakal bijinya tersimpan didalam daun buah (Campbell 2000: 178).
Jumlah anggota kelompok tumbuhan angiospermae
adalah yang paling besar dibandingkan dengan kelompok tumbuhan lain. Besar
dalam arti jumlah individunya maupun jumlah spesiesnya. Hampir semua tempat
sekitar tempat tinggal manusia terdapat tumbuhan berbiji tertutup. Bentuk tubuhnya sangat beranekaragam, mulai dari
yang berukuran mini, semak, perdu, hingga pohon. Tumbuhan berbiji tertutup
memilki ciri-ciri morfologi. Organ tubuh seperti akar, batang, dan daunnya telah dapat
dibedakan dengan jelas. Disampinng itu, tumbuhhan ini telah memiliki bunga
sesungguhnya. Yang artinya telah memiliki kelopak, mahkota bunga, benang sari
dan putik, bentuk daunnya putih, lebar
dan memiliki susunan urat daun
beranekaragam, ada yang menyirip, ada yang menjari, ada juga yang sejajar
melengkung (Anonim 2012: 1).
Di dunia ini dikenal begitu banyak tumbuhan yang
beraneka ragam bentuk, sehingga untuk mempelajarinya sebagai kelompok
organisme, perlu diklasifikasikan lebih dahulu. Jika sekelompok tumbuhan
diamati dengan cermat, akan tampak bahwa di antara tumbuhan tersebut terdapat
berbagai tingkat kesamaan. Beberapa tumbuhan sangat mirip satu sama lain
sehingga sukar dibedakan, sedangkan yang lainnya jelas sangat berbeda. Anggota
suatu kelompok akan lebih mirip satu sama lain daripada dengan anggota kelompok
lain (Prawirohartono 2004: 178).
Tumbuhan ini berkembang biak
secara kawin dengan alat perkembangbiakan yang terdapat pada bunga, terdiri atas alat kelamin jantan berupa benang sari dan alat kelamin betina berupa
putik. Pembuahannya merupakan pembuahan ganda, yang artinnya sekali proses
pembuahan terjadi dua hasil, yaitu
peleburan antara sel telur dan spermatozoid yang menghasilkan embrio atau
lembaga. Peleburan antar inti kandung lembaga dan spermatozoid menghasilkan
putik lembaga dan endosperma. Selang waktu antara penyerbukan dan pembuahan
relatif singkat karena lembaga atau embrionya
tersimpan dalam bakal biji. Bakal biji ini terlindungi oleh daun buah
sahingga bakal biji tidak tampak dari luar (Suwasono 2002: 57).
Sama
seperti mahluk hidup lain, tumbuhan juga bereproduksi untuk mempertahankan
kelangsungan spesiesnya. Tumbuhan berbunga melakukan reproduksi dengan cara
membentuk biji. Biji terbentuk dengan jalan reproduksi seksual yaitu
bergabungnya sel kelamin jantan dari serbuk sari dengan sel kelamin betina dari
bakal buah (Prawirohartono 2004: 178).
Tumbuhan
biji tertutup (Angiospermae) atau disebut juga tumbuhan berbunga (Antophyta)
merupakan tunbuhan yang mendominasi permukaan bumi pada masa sekarang ini,
dapat ditemui didaratan dan habitat semi aquatik. Ciri spesifik tumbuhan
berbunga adalah memiliki struktur reproduksi yang berupa bunga. Secara umum
bunga tersusun atas bagian-bagian sebagai berikut : Kelopak dan mahkota bunga
yang mandul (non reproduktif), benang sari (mikrosporofil) dan daun buah atau
carpel (makrosporofil) yang bersifat subur (reproduktif). Tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae) merupakan golongan
tumbuhan dengan tingkat perkembangan filogenik tertinggi. Ciri khas utmbuhan
ini adalah adanya suatu organ yang disebut biji (sperma) (Suwasono 2002: 57).
Bentuk tubuhnya sangat
beranekaragam, mulai dari yang berukuran mini, semak, perdu, hingga pohon.
Tumbuhan berbiji tertutup memilki ciri-ciri morfologi. Organ tubuh seperti akar, batang, dan daunnya telah dapat
dibedakan dengan jelas. Disampinng itu, tumbuhhan ini telah memiliki bunga
sesungguhnya. Yang artinya telah memiliki kelopak, mahkota bunga, benang sari
dan putik, bentuk daunnya putih, lebar
dan memiliki susunan urat daun
beranekaragam, ada yang menyirip, ada yang menjari, ada juga yang sejajar
melengkung (Anonim 2012: 1).
1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum ini
bertujuan untuk mempelajari dan mengenal system reproduksi pada tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bidang genetika yang mempersoalkan konsep-konsep populasi dikenal sebagai
genetika populasi. Genetika populasi ialah cabang dari genetika yang
mempelajari gen-gen dalam populasi, yang menguraikan secara matematik akibat
dari keturunan pada tingkat populasi. Adapun populasi ialah suatu kelompok dari
satu macam organisme, dan dari situ dapat diambil cuplikan (sample). Semua
makhluk merupakan suatu masyarakat sebagi hasil dari perkawinan antara spesies
dan mempunyai lengkang gen yang sama. Lengkang gen (gene pool) adalah
jumlah dari semua alel yang berlainan atau keterangan genetic dalam anggota
dari populasi yagn membiak secara kawin. Gen-gen dalam lengkang mempunyai
hubungan dengan alel lainnya dan dengan lingkungan dimana makhluk-makhluk itu
berada (Afandi 1995: 74).
Perkembangbiakan secara alami atau
reproduksi vegetatif secara alami adalah berkembang biaknya tumbuhan tanpa
bantuan tangan manusia untuk terjadi pembuahan anakan tanaman baru. Contohnya
adalah Umbi Lapis,umbi batang, geragih, akar tunggal, spora, tunas, tunas
adventif, hormogenium, pembelahan sel. Flora atau tumbuh-tumbuhan sama halnya
dengan binatang dan manusia sama-sama melakukan kegiatan berkembang biak dengan
tujuan untuk menghindari kepunahan pada spesies atau rasnya. Kegiatan
berkembang biak atau beranak ini pada tumbuhan dapat dilakukan secara tidak
kawin atau tanpa melalui perkawinan antara sel kelamin jantan betina atau kepala
putik dengan benang sari (Prawirohartono 2004: 178).
Umbi lapis adalah tumbuhnya tunas pada sela-sela lapisan
umbi. Contohnya seperti bawang merah, selanjutnya Umbi Batang, Umbi batang adalah batang yang
beralih fungsi sebagai tempat penimbunan makanan dengan calon tunas-tunas kecil
yang berada di sekitarnya yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Contoh seperti
jagung dan ketela rambak (Suwasono 2002: 57).
Geragih adalah batang
yang menjalar secara terus-menerus di mana pada ruas batang dapat muncul
tunas-tunas baru. Misalnya seperti tanaman rumput teki, arbei, kangkung, dan
lain sebagainya. Adapun cara lain yaitu Akar Tunggal, Akar tunggal adalah tunas
yang muncul pada batang tumbuhan yang tumbuh secara mendatar di tanah. Contohnya
seperti keladi, alang-alang (Prawirohartono 2004:
178).
Tunas adalah tumbuhan anakan yang muncul di samping tumbuhan
induknya. Contohnya yakni seperti pohon pisang, bambu, tebu, dan lain
sebagainya. Selanjutnya Tunas adventif
adalah tunas yang tumbuh pada bagian-bagian tertentu seperti pada akar, daun,
dsb. Contoh tanaman bertunas adventif adalah seperti pohon cemara, kesemek,
sukun. Hormegenium adalah perkembangbiakan yang terjadi pada tumbuhan ganggang
berbentuk benang dengan cara memutus benang yang ada. Pada benang yang terputus
nantinya kana tumbuh individu baru. Lalu yang terakhir adalah Pembelahan Sel .
Pembelahan sel adalah perkembangbiakan pada tumbuhan bersel satu (Campbell 2002: 16).
Pembelahan sel adalah perkembangbiakan pada tumbuhan bersel satu (Campbell 2002: 16).
Reproduksi vegetatif secara Buatan adalah berkembang biaknya
tumbuhan tanpa bantuan campur tangan manusia. Antara lain dengan cara cangkok,
merunduk, stek (dengan menggunakan potongan-potongan batang
atau cabang, terutama pada daerah berbuku – buku), mengenten, dan okulasi. Metode
Mencangkok adalah suatu cara mengembang biakkan tumbuhan dengan jalan menguliti
batang yang ada lalu bungkus dengan tanah agar akarnya tumbuh. Jika akar sudah
muncul akar yang kokoh, maka batang tersebut sudah bisa dipotong dan ditanam di
tempat lain (Prawirohartono 2004: 178).
Menyambung / Mengenten, Mengenten adalah perkembang biakan
buatan yang biasanya dilakukan pada tumbuhan sejenis buah-buahan atau ketela
pohon demi mendapatkan kualitas buat yang baik. Dan Okulasi, yaitu melalui
proses yang sama seperti mengenten tetapi hanya menggunakan mata tunasnya saja.
Kelopak (calyx) terdiri dari
daun-daub kelopak ( sepal ) (Campbell 2001: 96).
Kelopak terdapat pada bagian terluar dari bunga., menyelubungi
bagian bunga lainnya, pada umumnya berwarna hijau, berfungsi untuk melindungi
kuncup. Mahkota (corolla) terdiri
dari daun mahkota ( petal ), bagian
ini biasanya memiliki tekstur warna yang menarik. Warna mahkota sangat
bervariasi dari warna–warna tunggal, kombinasi warna-warna pelangi ataupun
berwarna hitam putih. Kergaman tekstur dan warna mehkotaditujukan untk menarik
perhatian serangga penyerbuk (Suwasono 2002: 57).
Disebelah dalam mahkota terdapat benang sari (stamen) yang
terdiri atas tangkai sari (filament) yang mendukung kotak sari (anter). Benang
sari merupakan alat kelamin jantan yang menhasilkan serbuk sari (polen). Polen
dibentuk dan disimpan di dalam kotak sari. Bagian paling dalam dari bunga
adalah putik (gynoecium). Putik terbentuk sebagai hasil pelekatan daun-daun
buah (carpel). Putik dapat terdiri dari satu atau beberapa daun buah. Putik terdiri
atas tiga bagian, yaitu: Bagian paling bawah biasanya membangkak disebut bakal
buah (ovari) yang mengandung bakal biji (ovul). Bagian tengah, berupa tangkai
yang ramping disebbut dengan tangkai putik (style), Bagian paling ujung disebut
dengan kepala putik (stigma), pada permukaan stigma ini butir-butir serbuk sari
dari bunga yang sama atau bunga-bunga lain yang dibawa oleh angin ataupun serangga
ditangkap pada peristiwa penyerbukan (Campbell 2000:
178).
Bentuk stigma sangat
beragam, ada yang kecil, ada yang runcing, sedikit menggembung atau
bercabang-cabang membentuk lengan-lengan. Setelah penyerbukan, butir serbuk
sari yang menempel pada stigma berkecambah. Pembuahan pada gymnospermae, Dalam membahas pembuahan pada gymnospermae diambil
contoh Pinus merkusii. Pada tumbuhan
berdaun jarum ini, gamet jantan dan gamet betina dihasilkan dalam konus
(strobilus). conifer bersifat heterospora, artinya mengahsilkan mikrospora
(gamet betina) dan makrospora (gamet jantan). Mikrospora akan tumbuh menjadi
dua sporangia didalam tiap mikrosporofil konus jantan, sedangkan megaspore
tubuh menjadi dua megasporangia (ovulum) di tiap megasporofil konus betina . ukuran konus jantan lebih
kecil dibandingkan konis betina (Prawirohartono 2004:
178).
Konus jantan melepaskan mikrospora (serbuk sari) yang
bersayap satu pasang yang kemudian akan diterbangkan ke konus betina dan
mikrospora akan menempel pada tetes penyerbukan. Membentuk tabung serbuk sari,
sela tabung bergerak ke tabung serbuk sari yang menuju bakal buah (ovari),
sementara itu sel gametofit membelah secara mitosis menghasilkan dua sel
sperma. Saat tabung pollen mencapai ovul, ujung tabung menembus kantung embrio
melalui mikropil, kemudian melepaskan kedua sel sperma. Satu sel sperma
membuahi sel telur membentuk zigot yang bersifat diploid (2n). Lengkang gen (gene
pool) adalah jumlah dari semua alel yang berlainan atau keterangan genetic
dalam anggota dari populasi yagn membiak secara kawin. Gen-gen dalam lengkang
mempunyai hubungan dengan alel lainnya dan dengan lingkungan dimana
makhluk-makhluk itu berada (Campbell 2000: 178).
Pembuahan pada gymnospermae,
Dalam membahas pembuahan pada gymnospermae diambil contoh Pinus merkusii. Pada tumbuhan berdaun
jarum ini, gamet jantan dan gamet betina dihasilkan dalam konus
(strobilus) (Prawirohartono 2004: 178).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum`at, tanggal
17 Februari 2012, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat di
Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas sriwijaya
, Indralaya.
3.2 Alat dan
Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah silet. Sedangkan bahan yang dibutuhkan
adalah Alamanda sp, Caesalpinia pulcherima, Canna sp., Carica papaya, Hibiscus rosasinensis,
Pinus mercusii, dan Vanda sp.
3.3 Cara Kerja
Dipisahkan
bahan yang dibawa sesuai dengan jenisnya (angiospermae dan gymnospermae),
kemudian diamati dan digambarkan dengan disertai dengan keterangan
bagian-bagiannya baik bagian dalam maupun bagian luarnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Alamanda sp.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class :
Dicotyledoneae
Ordo : Apocynales
Family : Apocynaceae
Genus : Alamanda
Spesies : Alamanda sp.
Nama : Bunga Alamanda
Keterangan gambar
1. Corolla
2. Calyx
3. Petal
4. Stigma
5. Stilus
6. Pediculus
b. Caesalpinia
pulcherima
Klasifikasi
Regnum :
Plantae
Divisio :
Spermatophyta
Class :
Dicotyledoneae
Ordo :
Rosales
Family :
Cesalpiniaceae
Genus :
Caesalpinia
Spesies : Caesalpinia pulcherima
Nama : Bunga merak
Keterangan gambar :
1. Filamen
2. Stigma
3. Anther
4. Stylus
5. Ovarium
6. Ovum
7. Petal
8.Gema
c. Canna sp.
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Family : Cannaceae
Genus : Canna
Spesies : Canna Sp.
Nama : Bunga Tasbih
Keterangan gambar :
1. Corolla
2. Petal
3. Ovulum
4. Ovari
5. Calyx
6. Pediculus
7. Sepal
8. Anters
d. Carica papaya
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class :
Monocotyledoneae
Ordo : Caricales
Family : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya
Nama : Bunga pepaya
Keterangan gambar :
1. Pediculus
2. petal
3. Stilus
4. Ovarium
5. Stigma
6. Calyx
7. Carpel
e. Hibiscus rosasinensis
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus rosasinensis
Nama : Bunga sepatu
Keterangan gambar :
1. Stylus
2. Anters
3. Calyx
4. Cepal
5. Stigma
6. Filamen
7. Stamen
f. Pinus mercusii
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Gymnospermae
Ordo : Pinales
Family : Pinaceae
Genus : Pinus
Spesies : Pinus mercusii
Nama : Pinus
Keterangan gambar :
1. Nodus
2. Lamina
g. Vanda sp.
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class :
Monocotyledoneae
Ordo : Orchidales
Family : Orchidaceae
Genus : Vanda
Spesies : Vanda Sp.
Nama : Bunga anggrek
Keterangan gambar :
1. Corolla
2. Gema
3. Petal
4. Peduiculus
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka
diperoleh hasil berupa dua cara yang amat berbeda dalam membentuk keturunan
diantara makhluk hidup. Menurut Kimball (1990: 338), bahwa satu diantaranya
adalah reproduksi seksual.
Individu yang baru terbentuk karena tergabungnya informasi secara turun-temurun
yang disumbangkan oleh dua sel berlainan, biasanya mewakili dua induk yang
berbeda. Pada kebanyakan organisme sel-sel ini adalah gamet-gamet. Metode
lainnya dalam reproduksi itu melibatkan satu induk saja. Dalam hal ini, disebut
reproduksi aseksual, keturunannya
itu terbentuk tanpa peleburan dua gamet. Banyak tumbuhan melakukan kedua cara
tersebut. Seperti yang akan kita lihat, setiap cara ada keuntungannya.
Berdasarkan
letak bakal bijinya, tumbuhan berbiji atau sperrnatofita dibedakan menjadi dua
divisi, yaitu Gymnospermae
(tumbuhan biji terbuka) yaitu kelompok tumbuhan yang bakal bijinya tidak
terlindungi oleh daun buah, tetapi menempel pada daun buah, dan Angiospermae (tumbuhan berbiji
tertutup) yaitu tumbuhan yang bakal bijinya tersimpan didalam daun buah.
Menurut Yayat (2003: 11),
bahwa tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae) merupakan golongan tumbuhan dengan
tingkat perkembangan filogenik tertinggi. Ciri khas utmbuhan ini adalah adanya
suatu organ yang disebut biji (sperma). Merupakan alat perkembangbiakan.
Gymnospermae merupakan tumbuhan yang memiliki pembuluh xylem dan floem.
Gymnospermae
atau tumbuhan berbiji terbuka mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut :
Umumunya tumbuhan ini merupakan tumbuhan berkayu, berupa pepohonan atau perdu,
sistem perakarannya adalah serabut, batangnya tumbuh berkayu dan tegak, banyak
cabang atau tidak bercabang sama sekali. Menurut Slamet (2004: 133), bahwa bekas
tempat melekatnya daun sebagai noda-noda, daunnya kecil, tebal atau berbentuk
seperti jarum, alat perkebang biakkannya tidak bisa disebut bunga, tetapi
strobilus. Strobilus jantan dan betina umunya terpisah. Strobilus betina dapat
disejajarkan dengan makrosporofil pada tumbuhan paku, sedangkan strobilus
jantan dapat disejajarkan dengan mikrosporofil tumbuhan paku.
Pada
gymnospermae misalnya Pinus merkusii, tumbuhan berdaun jarum
ini, gamet jantan dan gamet betina dihasilkan dalam konus (strobilus). Menurut Laila (2006: 85), bahwa
conifer bersifat heterospora, artinya mengahsilkan mikrospora (gamet betina)
dan makrospora (gamet jantan). Mikrospora akan tumbuh menjadi dua sporangia
didalam tiap mikrosporofil konus jantan, sedangkan megaspore tubuh menjadi dua
megasporangia (ovulum) di tiap megasporofil
konus betina . ukuran konus jantan lebih kecil dibandingkan konis
betina. Konus jantan melepaskan mikrospora (serbuk sari) yang bersayap satu
pasang yang kemudian akan diterbangkan ke konus betina dan mikrospora akan
menempel pada tetes penyerbukan.
Pada Pinus
merkusii, strobilus jantan ditandai dengan banyaknya mikrosporofil
bertangkai yang tersusun dalam satu spiral dengan dua kantong sari. Menurut Tjiptrosoepomo (2002: 24), bahwa strobilus betina ditandai dengan
banyaknya sisik-sisik penutup yang tersusun dalam spiral. Pada ketiak sisik
penutup terdapat satu sisik biji dengan pada sisi atasnya dua bakal biji mikropilnya
menghadap ke sumbu.
Dalam membahas pembuahan pada gymnospermae conifer
bersifat heterospora, artinya menghasilkan mikrospora (gamet betina) dan
makrospora (gamet jantan). Menurut Laila (2006: 85), bahwa mikrospora akan
tumbuh menjadi dua sporangia didalam tiap mikrosporofil konus jantan, sedangkan
megaspore tubuh menjadi dua megasporangia (ovulum) di tiap megasporofil konus betina.Konus jantan melepaskan
mikrospora (serbuk sari) yang bersayap satu pasang yang kemudian akan
diterbangkan ke konus betina dan mikrospora akan menempel pada tetes
penyerbukan.
Angiospermae (tumbuhan biji tertutup) atau disebut
juga tumbuhan berbunga (Antophyta) merupakan tunbuhan yang mendominasi
permukaan bumi pada masa sekarang ini, dapat ditemui didaratan dan habitat semi
aquatik. Menurut Lavaless (1999: 115), bahwa ciri spesifik tumbuhan berbunga
adalah memiliki struktur reproduksi yang berupa bunga. Secara umum bunga
tersusun atas bagian-bagian sebagai berikut : Kelopak dan mahkota bunga yang
mandul (non reproduktif), benang sari (mikrosporofil) dan daun buah atau carpel
(makrosporofil) yang bersifat subur (reproduktif).
BAB
V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan,
maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Reproduksi
tumbuhan di bagi menjadi reproduksi vegetatif dan reproduksi generatif pada
angiospermae dan gymnospermae.
2. Angiospermae mempunyai biji yang
terbungkus oleh daun buah, meliputi tumbuhan berkeping satu (monokotil) dan
berkeping dua (dikotil).
3. Pada tumbuhan biji tertutup telah memiliki
bunga sejati, urat daun beranekaragam, biji terlindung daun buah, dan daun
pipih dan lebar
4.
Pada Gymnospermae (tumbuhan biji terbuka) yaitu
kelompok tumbuhan yang bakal bijinya tidak terlindungi oleh daun buah, tetapi
menempel pada daun buah.
5.
Pada Gymnospermae Dihasilkan biji dengan satu atau
dua kulit biji (integument).
DAFTAR
PUSTAKA
Afandi. 1995. Dasar Genetika.
Jakarta : Erlangga : ii + 231 hlm.
Anonim. 2012 . Ensiklopedia
Bebas Bahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki angiospermae.
Campbell. 2002. Biologi. Jakarta
: Erlangga ii + 325 hlm.
Prawirohartono, Slamet. 1999. Biologi
3a. Jakarta : Bumi Aksara : ii + 147 hlm.
Suwasono, Heddy. 2000. Ekofisiologi
Tanaman. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada :
ii + 275 hlm.
Tjitrosoepomo, Gembong.
2002. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).
Bandung : Universitas Gajah Mada : 51 hlm.
ABSTRAK
Praktikum ini
berjudul “Reproduksi Pada Tumbuhan”. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari
dan mengenal sistem reproduksi pada tumbuhan. Praktikum ini dilaksanakan pada
hari jum`at, tanggal 17 Februari 2012, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 15.00
WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah silet,
Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Alamanda
sp, Caesalpinia pulcherima, Canna sp., Carica papaya, Hibiscus rosasinensis, Pinus
mercusii, dan Vanda sp. Hasil
yang diperoleh dalam praktikum ini adalah setiap tumbuhan memiliki organ
generrratif, sedangggkan Kesimpulan yang diperoleh adalah Reproduksi tumbuhan
di bagi menjadi reproduksi vegetatif dan reproduksi generatif pada angiospermae
dan gymnospermae.
LAMPIRAN
Alamanda sp Canna sp
Carica papaya
Caesalpinia
pilcherrima Hibiscus rosasinensis
Pinus mercusii
Vanda sp
LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM II
“REPRODUKSI
HEWAN”
OLEH
:
NAMA :
RISMA VIVI AMALIA
NIM :
08111004037
KELOMPOK : VII
(TUJUH)
ASISTEN : DENTI
PUSPITA SARI
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk
menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau
kelompoknya. Tidak setiap individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya
reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup dipermukaan
bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda,
tergantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi
tertentu setiap tahun. Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet
jantan dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang
selanjutnya berkembang menjadi generasi baru (Fujaya 2004: 151).
Perkembangan hewan dapat dibedakan menjadi perkembangbiakan
secara generatif dan secara vegetatif. Perkembangbiakan secara generatif
ditandai dengan adanya peristiwa perkawinan, yaitu peleburan sel sel
kelamin atau gamet. Pada hewan tingkat
tinggi, sel sel kelaminnya dapat dibedakan menjadi sel kelamin jantan atau
spermatozoa dan sel kelamin betina atau sel ovum. Perkembangbiakan secara
vegetatif tidak memerlukan sel kelamin dan terjadi pada hewan tingkat rendah.
Adapun yang termasuk perkembang biakan secara vegetatif pada hewan antara lain
pembelahan diri, pembelahan tunas, dan fragmentasi (Anonim 2012: 1).
Bagi hewan yang melakukan fertilisasi internal dilengkapi
dengan adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan
sperma dari organisme jantan ke betina. Pada vertebrata yang hidup di air
melakukan fertilisasi di luar tubuh (fertilisasi eksternal), contoh ikan dan
katak. Yang hidup di darat melakukan pembuahan di dalam tubuh (fertilisasi
internal). Pada mamalia jantan, alat kelaminnya disebut penis pada reptil
seperti cecak dan kadal menggunakan hemipenis (penis palsu), sedangkan pada
bangsa burung misalnya bebek, untuk menyalurkan sperma menggunakan ujung kloaka
(Campbell 2002: 163).
Pada
hewan yang melakukan fertilisasi internal dikenal adanya 3 macam perkembangan
embrio yaitu ovipar/bertelur yakni bila embrio berkembang di dalam telur.
Misalnya pada jenis-jenis burung dan
ikan. Kemudian ovovivipar/bertelur dan beranak bila embrio berkembang di dalam
telur yang di inkubasi dalam tubuh dengan sumber nutrisi berasal dari telur,
misalnya pada beberapa jenis ikan hiu. Sedangkan yang terakhir yaitu
Vivipar/beranak yakni bila embrio tumbuh dan berkembang di dalam uterus dan
mendapat, nutrisi dari induknya melalui plasenya. Misalnya pada beberapa jenis
mammalia (Fujaya 2004: 151).
Perkembangbiakan secara vegetatif pada hewan dapat dilakukan
dengan cara pembelahan sel, pembentukan tunas, fagmentasi, partogenesis dan
regenerasi. Perkembangbiakan dengan cara pembelahan sel dapat dibedakan menjadi
2 macam yaitu pembelahan binner, terjadi pada hewan bersel satu, contohnya
Amoeba sp, Paramecium sp,Euglena sp. Pada pembelahan Binner, satu sel induk
akan membelah menjadi dua sel anak. Pembelahan multipel adalah satu sel
pembelahan sel induk menjadi beberapa anak sel. Contohnya terjadi pada Plasmodium
sp. Perkembangbiakan dengan pembentukan tunas (budding) terjadi pada beberapa
jenis hewan air, misalnya Hydra sp, ubur-ubur, dan koral. Pembelahan sel
tersebut menyebabkan terbentuknya tunas yang masih tetap melekat pada induknya
(Campbell 2002: 163).
Pada
umumnya mammalia melahirkan anaknya dan kemudian menyusui anaknya sampai
anaknya mandiri. Beberapa perkecualian, misalnya pada hewan paruh bebek
(Platypus ), bertelur, setelah menetas anaknya baru disusui. Pada hewan
berkantung (Marsupialia ), contoh kanguru, anaknya lahir muda (amat premature)
kemudian merayap masuk, kantung induknya, mencari putting susu, kemudian
menyusu dalam kantung sampai mandiri. Alat reproduksi mammalia jantan contoh
pada manusia, yang berkaitan dengan produksi sperma terdiri dari sepasang
kelenjar kelamin yang disebut testis yang disimpan dalam kantung disebut
skrotum/kantung pelir. Alat
reproduksi mammalia betina contoh pada manusia terdapat sepasang kelenjar
kelamin yaitu ovarium yang berfungsi menghasilkan sel telur (Fujaya 2004: 151).
1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum ini
bertujuan untuk mempelajari serta mengenal sistem reproduksi pada beberapa hewan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada hewan yang melakukan fertilisasi secara internal organ reproduksinya
dilengkapi dengan adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi
menyalurkan sperma dari organisme jantan ke betina. Peranan hewan jantan dalam
hal reproduksi terutama adalah memproduksi sperma dan sejumlah kecil cairan untuk
memungkinkan sel sperma meluncur menuju rahim (Anonim 2012: 2).
Reproduksi pada hewan hanya terjadi secara seksual dan aseksual atau bisa
bergantian melakukan modus tersebut. Sistem reproduksi pada jantan terdiri dari
testis yang dikelilingi tunika vaginalis dan selubung testis dan juga
epididimis, duktus deferens, kelenjar aksesori (kelenjar vesikulosa, prostat
dan bulbouretralis), uretra, dan juga penis yang dilindungi oleh propusium.
Bila testis diambil dan diangkat dari skrotum dimana fungsi utama skrotum
adalah untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1
sampai 8 0C lebih dingin dibandingkan temperature rongga tubuh.
Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh system otot
rangkap yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau
membiarkan testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin
(Dellmann dan Brown 1992: 486).
Lapis viseralisnya (pembalut peritoneum pada testis dan epididimis) tetap
ia bertaut pada kapsula testis dibawahnya, yakni tunika albuginea, lapis
viseralis, tunika albuginea terdiri dari mesofel dan jaringan ikat yang melekat
pada tunika yaitu tunika albuginea, Sedangkan sistem reproduksi pada betina
terdiri dari ovarium bagian kiri dan kanan serta oviduktus, lazimnya uterus
bikornua, reproduksi, serviks, vagina, vestibulum dan kelenjar yang berkaitan.
Berperan dalam produksi dan transport ovum, transport yang lainnya yaitu
spermatozoa, pembuahan dan akomodasi ovum yang telah dibuahi (conceptus) sampai
lahir (partus). Dan gonad berbentuk penebalan memanjang disebut punggungnya
gonad (gonadal ridges), terletak pada batas tepi ventrome epitel kubus atau
pipih selapis, disebut epitel permukaan (Anonim 2012: 3).
Pada mamalia alat kelamin jantan terdiri atas sepasang testis, saluran
deferen, vesikula seminalis, kelenjar prostata, uretra dan penis. Testis
berjumlah sepasang, bentuknya bulat telur dan di bungkus oleh skrotum, Skortum
berbentuk sebuah kantung yang membungkus testis. Testis tersusun oleh bentukan
menyerupai cacing yang disebut epididimis yang merupakan wadah sperma.
Epididimis mengeluarkan material yag mampu mempertahankan kehidupan sperma
selama penyimpanan didalam testis. dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa,
tunika albugenia. Ukuran testis tergantung pada hewannya. Jika testis tidak
turun ke skrotum disebut Cryptorchydism yang menyebabkan sterilitas. Lintasan
antara rongga abdomen dan rongga skrotum disebut saluran inguinal (Dellmann dan
Brown 1992: 486).
Pada mamalia, testis terletak di luar tubuh, dan dihubungkan dengan
tubulus spermatikus dan terletak di dalam skrotum. Ini sesuai dengan fakta
bahwa proses spermatogenesis pada mamalia akan lebih efisien dengan suhu lebih
rendah dari suhu tubuh (< 37°C). Saluran reproduksi, tubulus mesonefrus berkembang
menjadi duktus eferen kemudian akan menuju epididimis. Epididimis terletak di
sekeliling testis. Epididimis anterior (kaput epididimis) lalu ke arah
posteriorkorpuus dan kauds yang berbatasan dengan duktus deferen. Duktus wolf
menjadi epididimis, duktus deferen, dan vesikula seminalis. Pada monotremata
mirip dengan yang terdapat pada kura-kura, sedangkan untuk mamalia yang lebih
tinggi, penis terletak di sebelah anterior skrotum. Penis adalah organ seksual
jantan yang dibungkus oleh kulit yang disebut kalup (prepusium) (Anonim 2012:
3).
Lapisan dalam kalup disuplai dengan kelenjar keringat yang mengeluarkan
smegma. Uretra pada hewan jantan adalah tabung mukoid yang memanjang mulai dari
kandung kemih ke bagian depan penis. Pada hewan-hewan yang memiliki musim kawin
penghasilan spermanya itu lebih kelihatan giat pada saat musim kawinnya tiba.
Adapula penghasilan berlangsung terus-menerus sebelum musim kawin, lalu
dicadangkan. Jika tiba musim kawin dikeluarkan sekaligus semuanya, sesuai
dengan betina yang pada waktu itu mengeluarkan pula semua telurnya sekalinya
dalam sekaligus. Pada eutheria (placentalia) jumlah sperma yang
dihasilkan jutaan ekor setiap harinya oleh kedua belah testis. Sperma itu
dicadangkan dalam duktus epididimis dan vas deferens. Kalau saatnya dikeluarkan
sperma itu terendam dalam cairan yang dihasilkan olehnya (Dellmann dan Brown 1992: 486).
Tubuli seminiferi (sedikit) dan kelenjar-kelenjar tambahan, yakni
vesikula seminalis, bulbourethralis dan juga prostate. Cairan (plasma) bersama
sperma yang dikandung disebut dengan mani. Pada Pisces, ketika masih muda sulit
di bedakan antara hewan jantan dan betina, baik secara morfologi maupun
anatomi. Organ reproduksi jantan dan betina pada waktu masih muda memiliki
struktur yang sama dan disebut ganoda. Setelah dewasa organ reproduksi jantan
pada ikan, dapat di bedakan organ genitalia masculine tampak berwarna putih
susu dengan permukaan licin berisi spermatozoa. Testis berjumlah sepasang
menggantung pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Berbentuk oval
dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang, berwarna putih dan
seringkali berlobus (Anonim 2012: 3).
Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta
dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit). Sepasang testis
pada jantan tersebut akan mulai membesar pada saat musim memijah dan saat
terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas deferens menuju
celah atau lubang urogenital. Organ kopulatoris merupakan modifikasi sirip anal
maupun sirip pelvis. Sirip pelvis pada elasmoranchi akan termodifikasi menjadi
clasper. Pada teleostei sirip anal memanjang membentuk gonopodium (Dellmann dan
Brown 1992: 486).
Zigot dengan potensi genetis yang baru dan dengan susunan sitoplasma yang
baru siap untuk memulai pembuahannya dan pembentukannya individu yang
multiseluler. Pada setiap hewan proses ini disebut dengan pembelahan atau
cleavage, dimana sitoplasma dan nukleus dibagi-bagi menjadi pembelahan, pada
pembelahan zigot ini tidak terjadi proses tumbuh sel anaknya makin lama makin
kecil pembelahan tanpa tumbuh ini tercapai dengan absennya fase interfase
antara 2 pembelahan dan pembelahan nukleus yang tidak kelihatannya pada katak.
Periode pembelahan ini akan berakhir dengan terbentuknya blastula, suatu
stadium dalam perkembangan hewan (Anonim 2012: 3).
Sistem Genitalia Jantan pada amphibi berupa sepasang testis, vasa
eferentina dan cloaca. Testes berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh
mesorsium (berupa selubung tipis). testes adalah gonade yang menghasilkan
spermatozoa. Di sebelah cranial testes di temukan adanya corpus adiposum,
terletak di bagian posterior rongga abdomen. Saluran reproduksi. tubulus ginjal
akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus
mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan
membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara) (Dellmann
dan Brown 1992: 486).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum`at, tanggal
24 Februari 2012, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat di
Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas sriwijaya
, Indralaya.
3.2.Alat dan
Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah baki bedah, gunting bedah, jarum
penusuk, killing jar dan pinset sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah
kloroform, Cyprinus Carpio, Mus musculus, dan Rana sp.
3.3.Cara
Kerja
Disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan, Kemudian bahan dibius terlebih dahulu
dengan kloroform, diletakkan semua bahan diatas baki bedah dan tusuk dengan
menggunakan jarum penusuk. Dibedah bahan dengan menggunakan gunting bedah
hingga bagian dalam terlihat dengan jelas. Setelah itu, diperhatikan dan
digambarkan bagian system reproduksi hingga tiap tiap bahan. Lalu diberi
keterangan.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
a.
Mus musculus
Keterangan gambar:
1. Cor
2. Gaster
3. Pulmo
4. Hepar
5. Rektum
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muriidae
Genus : Mus
Spesies
: Mus musculus
Nama umum: Mencit
b.
Rana cancrivora
Keterangan Gambar :
1.
Badan lemak
2.
Oviduk
3.
Ovarium
4.
Ginjal
5.
Osteum Tuba
6.
Kloaka
7.
Kantong urine
8.
Testis
9.
Manus
10. Femur
Klasifikasi :
Kingdom :
Animalia
Phylum
: Chordata
Classis
: Amphibia
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Genus
: Rana
Spesies
: Rana cancrivora
Nama Umum: Katak
c. Cyprinus carpio
Keterangan Gambar :
1. Ovarium
2. Testis
3. Vas deferens
4. Lubang urogenital
5. Kidney
6. Intestines
7. Otak
8. Jantung
9. Ingsang
10. Gelembung renang
11. Testis
12. Anus
13. Usus
14. Lambung
15. Hati
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Pisces
Ordo : Ornithes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
Nama
Umum: Ikan Mas
4.2
Pembahasan
Ada dua cara reproduksi pada hewan untuk berkembang
biak, yaitu secara seksual dan aseksual. Secara seksual yaitu secara kawin dan
memerlukan pasangan untuk melakukan pembuahan (secara kawin), Menurut Campbell (2000: 150), bahwa secara aseksual
tidak memerlukan pasangan kawin. Kedua reproduksi ini memiliki keuntungan
masing-masing. Salah satunya jika aseksual tidak memerlukan banyak energi untuk
menghasilkan keturunan yang sama seperti induk, sedangkan seksual setengah dari
induk sehingga menciptakan keragaman gen. Seperti yang dijelaskan Campbell
dalam bukunya, Terdapat dua modus utama reproduksi hewan. Reproduksi aseksual
(bahasa yunani “tanpa seks”) adalah pencipataan individu baru yang semua gennya
berasal dari satu induk tanpa peleburan sel telur dan sperma.
Pada sebagian besar kasus, reproduksi aseksual secara
keseluruhan mengandalkan pembelahan secara mitosis. Katak secara keseluruhan
dikenal sebagai hewan amfibia, hewan yang menjalani sebagian hidupnya di air
dan sebagian hidupnya di darat. Menurut Toelihere (1985 : 130), bahwa yang
membedakan katak dari hewan vertebrata lain yaitu kulitnya yang berfungsi
sebagai lapisan pelindung dan juga sebagai organ pernafasan. Katak jantan dan
katak betina terkadang sukar untuk dibedakan, tetapi ada beberapa perbedaan
yang dapat berguna untuk mengidentifikasi apakah seekor katak termasuk katak
jantan atau katak betina.
Pada katak jantan, katak jantan mempunyai postur tubuh
yang lebih ramping, sedangkan katak betina umumnya mempunyai postur tubuh yang
lebih lebar dari katak jantan. Menurut Campbell
(2000: 150), bahwa Pada mamalia, biasanya cenderung melakukan reproduksi
seksual, karena pada hewan mamalia, untuk melakuakn reproduksi memerlukan
pasangan kawin. sedangkan untuk
hewan-hewan kecil seperti amoeba dan lain-lain, dapat melakukan reproduksi
secara aseksual. Reproduksi aseksual terbagi menjadi empat, masing-masing yaitu
ada bertunas, membelah diri, regenerasi, dan phartenogenesis.
Contoh dari
hewan yang melakukan reproduksi aseksual dengan bertunas adalah kelompok hewan Coelenterata (Hydra), hewan yang
membelah diri adalah amoeba dan paramecium, contoh hewan yang beregenerasi
adalah bintang laut, dan phartenogenesis adalah serangga. Sedangkan pada
reproduksi seksual contohnya adalah Mus
musculus dan lain-lain. Reproduksi seksual juga terjadi pada manusia.
Reproduksi seksual adalah penciptaan keturunan melalui
peleburan gamet haploid untuk membentuk zigot (sel telur yang dibuahi), yang
diploid. Menurut Campbell (2000: 150),
bahwa gamet dibentuk melalui meiosis. Gamet betina, ovum (telur yang
belum dibuahi), umumnya adalah sel yang relative lebih besar dan tidak motil.
Reproduksi seksual meningkatkan keragaman genetik diantara keturunan dengan
cara membangkitkan kombinasi unik gen yang diwariskan dari dua induk.
Dengan
menghasilkan keturunan yang mempunyaio fenotip yang beraneka ragam, reproduksi
seksual biasa meningkatkan keberhasilan reproduksi induk ketika patogen atau
faktor lingkungan lain berubah relatif
cepat. cirri-ciri katak jantan yaitu Pada telapak kaki depan terdapat
penebalan berwarna hitam. Menurut Toelihere (1985 : 130), bahwa pada
kulit leher bagian ventral terdapat warna agak merah kekuning-kuningan, warna
tubuhnya pun lebih gelap dibandingkan dengan katak betina, ukuran katak jantan
pun lebih kecil daripada katak betina yaitu 70 – 105 mm, lalu katak jantan
memiliki kantung sperma. Sedangkan pada katak betina, mempunyai ukuran badan
yang lebih lebar dibandingkan katak jantan yaitu 90 – 125mm,dan memiliki warna
tubuh yang lebih cerah, bertelur, pada katak betins, memiliki kantung telur.
Ikan mas (Cyprinus
carpio) termasuk golongan hewan yang bersifat ovipar, ikan tidak memiliki
alat kawin. Menurut Campbell (2000:
150), bahwa sebagai cara berkembangbiak,beberapa jenis ikan meletakkan
telur dan spermanya di dalam sarang atau celah. Ikan mas betina mempunyai
sepasang ovarium (indung telur). Ovarium ikan merupakan kelenjar kelamin yang
berfungsi untuk menghasilkan sel telur, dari ovarium sel telur keluar melalui
oviduk atau saluran telur. Akhirnya sel
telur keluar melalui suatu lubang yang disebut Urogenital. Ikan mas jantan
memiliki sepasang testes yang berwarna putih yang berfungsi menghasilkan sperma
dialirkan menuju kesaluran sperma yang
disebut Vas deferens, sperma keluar melalui lubang Urogenital.
Semua mamalia pembuahannya bersifat internal. Baik
mamalia jantan maupun mamalia betina telah memiliki alat kelamin luar. Menurut Toelihere
(1985 : 130), bahwa Pada Mus musculus
betina, terjadi reproduksi seksual untuk
membuahi telur yang ada dalam rahim mencit betina. Telur mamalia dihasilkan
oleh ovarium. Telur ini hanya memiliki sedikit makanan, setelah telur dibuahi
akan dihasilkan zigot.
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Reproduksi atau perkembangbiakan adalah kemampuan
organisme untuk menghasilkan organisme baru yang sama dengan dirinya.
2.
Cara perkembangbiakan mahluk hidup dapat dibedakan
menjadi dua, yakni perkembangbiakan vegetatif atau tidak kawin atau aseksual, dan
perkembangbiakan secara kawin atau generatif atau seksual.
3.
Alat perkembangbiakan pada katak jantan terdiri atas,
yakni sepasang testis, saluran sperma, dan kloaka, muara keluarnya urine,
sperma, dan sisa pencernaan. Sedangkan alat perkembangbiakan katak betina
terdiri atas, yakni ovarium, saluran telur, dan kloaka.
4.
Alat perkembangbiakan pada ikan jantan terdiri atas,
yaitu sepasang testis; menghasilkan sel kelamin jantan, saluran sperma (vas
deferens); saluran untuk mengalirkan sperma, dan lubang urogenetal; muara
tempat keluarnya sperma dari urine. Alat kelamin betina terdiri atas, yakni
sepasang ovarium; menghasilkan sel telur, saluran telur (oviduk), saluran
keluarnya sel telur dari ovarium, dan lubang urogenetal; lubang/muara keluarnya
telur.
5.
Alat perkembangbiakan mencit jantan, yakni testis,
saluran sperma, dan penis. Sedangkan alat perkembangbiakan betina, yakni
ovarium, saluran telur, uterus; tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio,
plasenta; jaringan penghubung embrio dengan dinding uterus, berfungsi untuk
menyalurkan makanan dan air dari induk ke embrio, dan vagina; saluran keluar
dari bagian alat kelamin betina.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, R.
2003. Biologi. Jakarta :
Erlangga : v + 404 hlm.
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu
Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. iii + 716 hal.
Sumarwan. 2000. Biologi. Bandung : Erlangga
: ii + 231 hlm.
Suwarno, Hadisusanto. 2006. Biologi. Klaten
: Intan Pariwara : ii + 142 hlm.
ABSTRAK
Praktikum yang bejudul “Reproduksi Pada Hewan” Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari organ reproduksi pada beberapa
jenis hewan. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 24 Februari
2012, pada pukul 013.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium
Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah baki bedah, gunting bedah, jarum
penusuk, killing jar dan pinset sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Cyprinus
Carpio, Mus musculus, dan Rana sp. Hasil yang diperoleh dalam
praktikum iniadalah adanya perbedaan sistem reproduksi pada hewan jantan dan
hewan betina, sedangggkan Kesimpulan yang diperoleh adalah organ reproduksi
pada hewan terdiri atas uterus, tuba fallopi, skrotum, ovarium, vas deferens,
gonad, duktus dan testis.
LAMPIRAN
Mus
musculus
Katak
jantan
Katak betina
LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM II
“MENENTUKAN
VARIASI UKURAN KACANG MERAH”
OLEH
:
NAMA :
RISMA VIVI AMALIA
NIM :
08111004037
KELOMPOK : VII
(TUJUH)
ASISTEN : DENTI
PUSPITA SARI
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup adalah berkembang biak.
Adapun berbagai cara untuk berkembang biak yaitu secara vegetatif dan
generatif. Perkembangbiakan secara vegetatif dapat ditemukan pada tumbuhan
seperti system cangkok, stek, kultur jaringan, dll. Sedangkan perkembangbiakan
secara generatif terdapat pada makhluk hidup yaitu tumbuhan, hewan dan manusia (Campbell 2000: 178).
Hewan merupakan makhluk hidup yang mampu beradaptasi
di berbagai lingkungan. Mereka dapat hidup di laut, air tawar, kutub, dan padang pasir (gurun).
Hewan ada yang hanya memakan hewan lainnya, ada yang parasit, ada yang memakan
tumbuhan dan hewan, dan ada juga yang hanya memakan tumbuhan saja. Mereka
menampilkan struktur, peran, dan aktivitas yang bervariasi. Mereka dapat
ditemukan dalam ukuran, warna, dan bentuk tubuh yang mengagumkan (Anonim 2012: 1).
Pada hewan, terdapat dua modus utama reproduksinya.
Reproduksi seksual adalah penciptaan keturunan melalui gamet haploid untuk
membentuk zigot (telur yang dibuahi), yang diploid. Gamet betina, ovum (telur
yang belum dibuahi), umumnya adalah sel yang relatif besar dan tidak motil.
Gamet jantan, spermatozoon, umumnya adalah sel yang kecil namun motil.
Reproduksi seksual meningkatkan keragaman genetik diantara keturunan dengan
cara membangkitkan kombinasi gen yang diwariskan dari dua induk. Dengan
menghasilkan keturunan yang mempunyai fenotif beraneka ragam, reproduksi
seksual bisa meningkatkan keberhasilan reproduksi induk ketika pathogen atau
faktor lingkungan lain berubah relatif cepat (Campbell
2000: 178).
Reproduksi aseksual (bahasa Yunani, “tanpa seks”)
adalah penciptaan individu baru yang semua gennya berasal dari satu induk tanpa
peleburan telur dan sperma. Reproduksi aseksual secara keseluruhan mengendalkan
pembelahan sel secara mitosis. Jenis reproduksi aseksual lain yang dapat
ditemukan adalah fragmentasi, yaitu pematahan tubuh menjadi beberapa bagian dan
beberapa atau semuanya berkembang menjadi individu yang dewasa dan lengkap (Anonim 2012: 1).
Bagi hewan untuk dapat bereproduksi dengan cara ini,
fragmentasi harus disertai dengan cara regenerasi, yaitu pertumbuhan kembali
bagian tubuh yang hilang itu. Reproduksi melalui fragmentasi dan regenerasi
terjadi pada banyak hewan spons, cnidaria, annelida, polikaeta, dan tunikata.
Banyak hewan lain juga dapat menggantikan anggota tubuh yang hilang dengan cara
regenerasi, misalnya sebagian besar binatang laut dapat menumbuhkan lengan baru
ketika terluka atau patah, tetapi hal tersebut bukan merupakan reproduksi kerab
tidak menghasilkan individu baru. Pada bintang laut dari genus Linekia, individu baru bias tumbuh dan
berkembang dari sepotong lengan, jika diputuskan semuanya, secara aseksual
dapat menghasilkan lima
keturunan (Kimball 2000: 46).
Hewan dapat bereproduksi hanya secara seksual atau
aseksual, atau dapat bergantian melakukan kedua modus tersebut. Pada afid (aphid, kutu daun), rotifera, dan
crustacea air tawar Daphnia, setiap betina dapat menghasilkan dua jenis telur,
tergantung pada kondisi lingkungan, misalnya waktu-waktu dalam setahun. Satu
jenis telur dibuahi, tetapi jenis telur yang lain berkembang dengan cara
parthenogenesis seringkali haploid, dan sel-selnya tidak mengalami meiosis
dalam pembentukan telur-telur baru. Dalam kasus Daphnia, pergantian dari
reproduksi aseksual sering kali berkaitan dengan musim. Reproduksi aseksual
terjadi pada kondisi yang menguntungkan dan reproduksi seksual terjadi selama
adanya cekaman lingkungan (Campbell 2000: 178).
Bilamana
gamet-gamet (spora pada tumbuhan) terbentuk karena meiosis, pasangan-pasangan
gen menjadi terpisah-pisah dan distribusikan satu-satu kepada setiap gamet atau
spora (hukum Mendel tentang segregasi). Beberapa sifat dikendalikan secara
aditif oleh lebih dari satu pasang alel. Pewarisan poligenik atau faktor yang
berganda sedemikian itu merupakan kekhasan sifat, sebagai contoh, berat tubuh
yang cenderung beragam dalam suatu cara yang sinambung dari suatu ekstrim
kepada yang lain, dengan sebagian besar individunya mempunyai suatu fenotif
diantara ekstrim-ekstrimnya (Anonim 2012: 2).
1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui variasi ukuran kacang merah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Para saintis sering kali menempatkan hewan pada satu dari dua kategori
utama, yaitu invertebrate dan vertebrata. Pengklasifikasian demikian ditujukan
untuk lebih memudahkan mempelajari hewan yang beraneka ragam. Invertebrata
(bahasa Latin in = tanpa dan vertebrata
= tulang belakang) adalah kelompok hewan yang tidak memiliki endoskeleton atau
kartilago. Merelka terdiri atas filum Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes,
Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, dan Chordata.
Perlu diketahui, sebagian kecil invertebrate ditempatkan ke dalam filum
Chordata. Mereka biasa dikenal sebagai chordate invertebrate. Hal sebaliknya
terjadi pada vertebrata. Kelompok hewan tersebut secara keseluruhan ditempatkan
ke dalam filum Chordata dan subfilum Vertebrata (Campbell 2002: 16).
Kelompok hewan vertebrata meliputi ikan, amfibi, reptile, burung, dan
mamalia. Pada pisces, ketika masih muda sulit dibedakan antara hewan jantan dan
betina, baik secara morfologi maupun anatomi. Organ reproduksi jantan dan
betina pada waktu masih muda memiliki struktur yang sama dan disebut ganoda.
Setelah dewasa organ reproduksi jantan pada ikan, dapat di bedakan organ
genitalia masculine tampak berwarna putih susu dengan permukaan licin berisi spermatozoa.
Testis berjumlah sepasang menggantung pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Berbentuk oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang, berwarna putih dan seringkali berlobus. Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit) (Prawirohartono 2004: 178).
Testis berjumlah sepasang menggantung pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Berbentuk oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang, berwarna putih dan seringkali berlobus. Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit) (Prawirohartono 2004: 178).
Sepasang testis pada jantan tersebut akan mulai membesar pada saat musim
memijah dan saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas
deferens menuju celah atau lubang urogenital. Saluran reproduksi, pada
Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus bagian anterior akan menjadi duktus
aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut dutus deferen.
Baian posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, lalu
dari sini akan terbentuk kantung sperma (Campbell 2002: 16).
Duktus deferen akan bermuara di kloaka. Pada Teleostei saluran dari
sistem ekskresi dan system reproduksi menuju kloaka secara terpisah. Organ
kopulatoris merupakan modifikasi sirip anal maupun sirip pelvis. Sirip pelvis
pada elasmoranchi akan termodifikasi menjadi clasper. Pada teleostei sirip anal
memanjang membentuk gonopodium. Amphibi, sistem genitalia jantan pada amphibi
berupa sepasang testis, vasa eferentina dan cloaca. Testes berwarna putih
kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium (berupa selubung tipis).testes
adalah gonade yang menghasilkan spermatozoa. Di sebelah kranial testes di
temukan adanya corpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen (Prawirohartono 2004: 178).
Saluran reproduksi. tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa
spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus
mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis
(penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya pada saat
musim kawin saja. Vas aferen merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan
testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal (cranial ren) dan
bermuara pada ductus mesonephridicus (saluran kencing). Di sebelah kaudal
mengadakan pelebaran kecil di sebut vesicula seminalis yang menghasilkan
kelenjar untuk kehidupan sperma. Di sini sel kelamin jantan di beri suatu getah
dari dinding vesicular seminalis, akhirnya vesicula seminalis ini bermuara di
dalam cloaka (Campbell 2002: 16).
Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah
lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai. Tidak memiliki organ
kopulatoris karena fertilisasinya terjadi secara eksternal. Pada reptil, organ
genitalia masculine terdiri atas testis yang berbentuk oval, relatif kecil,
berwarna keputih-putihan, berjumlah sepasang, terletak di dorsal rongga abdomen
yang di gantung oleh mesorchium. Pada kadal dan ular, salah satu testis
terletak lebih ke depan dari pada yang lain. Testis akan membesar saat musim
kawin (Kimball 2000: 27).
Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran
reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat
testis bergelung membentuk epididimis. Epididimis sebagai saluran yang sangat
berkelok-kelok keluar dari testes di sebelah lateral testes. Tubulus mesonefrus
membentuk duktus aferen yang menghubungkan tubulus seminiferus testis dengan epididimis.
Duktus wolf bagian posterior menjadi duktus deferen. Pada kebanyakan reptil,
duktus deferen bersatu dengan ureter dan memasuki kloaka melalui satu lubang,
yaitu sinus urogenital yang pendek. Hemipenis merupakan sepasang alat capulatio
yang berupa tonjolan di dinding cloaka (Campbell 2002: 16).
Hemipenis ini jika dalam keadaan istirahat akan melipat masuk ke dalam
pangkal cauda dengan dinding ototnya di bagian luar, kemudian jika akan
mengadakan copulation ditonjolkan keluar. Semua reptil selain spenodon memiliki
organ kopulatoris, ular dan kadal mempunyai hemipenis, sedangkan pada buaya
penis. Pada aves sistem genitalia jantan berupa testes, epididimis dan duktus
deferens. Testis pada aves berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat,
bagian permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus renis bagian paling
kranial.alat penggantung testes adalah mesorchium yang merupakan lipatan dari
peritoneum. Pada musim kawin ukurannya membesar (Prawirohartono
2004: 178).
Di sinilah tempat untuk membuat dan menyimpan spermatozoa. Burung, yang
mempunyai suhu tubuh yang tinggi, memiliki testis di dalam tubuhnya. Menurut
teori para ahli, mereka menggunakan kantong udaranya untuk menjaga suhu optimal
testis, namun pada penelitian berikutnya disebutkan bahwa testis burung
berfungsi baik pada suhu tubuh. Saluran reproduksi, tubulus mesonefrus
membentuk duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk
duktus deferen. Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat
panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere (Campbell 2002: 16).
Di Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi
membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus
ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian
menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter
ketika masuk kloaka. Epididimis berjumlah sepasang, berukuran kecil terletak
pada sisi dorsal testis, epididimis ini adalah berupa saluran yang di lewati sperma
dan menuju ke ductus deferens. Duktus deferens berjumlah sepasang (Prawirohartono 2004: 178).
Hukum Mendel II : “Pengelompokan secara bebas”. Dalam bahasa Inggris
Independent assortment of genes. Hukum ini berlaku ketika pembentukan
gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi lemasing-masing kutub ketika
meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yakni
persilangan dari individu yang memiliki dua atau lebih karakter berbeda (Wildan
1986 : 74).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum`at, tanggal 2 Maret 2012, pada pukul 13.00 WIB
sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi ,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya.
3.2.Alat dan
Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah jangka sorong, kertas grafik, kantong
plastik, kacang merah, spidol dan timbangan OHAUS sedangkan bahan yang
dibutuhkan adalah Vigna Angularis.
3.3.Cara
Kerja
Dibagi kertas grafik menjadi 30 bagian dengan spidol,
panjang dibagi 10, lebar 5. diberi nomor pada tiap kotak mulai 1 samapi 30,
kemudian diberi nomor pada kacang merah mulai dari 1 sampai 30. Panjang diukur
dalam mm pada kotak diberi nomor yang sesuai, kemudian kacang yang telah diukur
diletakkan pada kotak tadi kemudian 10 kacang dari nomor 1 sampai 10 ditimbang
dan bertanya dicatat dalam gram pada kotak yang sesuai pada nomornya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
No.
|
Panjang
|
Berat (gr)
|
Panjang/Berat
|
1.
|
13
|
0.50
|
26
|
2.
|
13
|
0.41
|
31.7
|
3.
|
13
|
|
|
4.
|
15
|
0.49
|
30.6
|
5.
|
14
|
|
|
6.
|
13
|
|
|
7.
|
19
|
|
|
8.
|
14
|
0.50
|
28
|
9.
|
12
|
0.31
|
38.7
|
10.
|
12
|
0.48
|
25
|
11.
|
13
|
|
|
12.
|
13
|
|
|
13.
|
13
|
|
|
14.
|
14
|
|
|
15.
|
14
|
|
|
16.
|
13
|
|
|
17.
|
13
|
0.40
|
32.5
|
18.
|
13
|
0.40
|
32.5
|
19.
|
12
|
0.45
|
26.6
|
20.
|
13
|
0.35
|
37.1
|
21.
|
12
|
0.5
|
24
|
22.
|
13
|
|
|
23.
|
13
|
|
|
24.
|
13
|
|
|
25.
|
10.1
|
|
|
26.
|
15
|
0.49
|
30.6
|
27.
|
14
|
|
|
28.
|
14
|
0.50
|
28
|
29.
|
13
|
|
|
30.
|
15.2
|
|
|
31.
|
13.3
|
0.13
|
102.3
|
32.
|
14
|
|
|
- Panjang rata-rata (x) = mm
Panjang minimum (x min) = mm
Panjang maksimum =
mm
- Berat rata-rata (b) = gr
Berat minimum (b min) =
gr
Berat maksimum (b maks) =
gr
- Panjang/berat rata-rata (y) = mm/gr
Panjang/berat minimum (y min) =
mm/gr
Panjang/berat maksimum (y maks) =
mm/gr
Ø
Tabel
variasi panjang
Kelompok
|
Panjang
(mm)
|
Jumlah
|
A
|
<
12,00
|
|
B
|
12,00
– 12,95
|
|
C
|
13,00
– 13,95
|
|
D
|
14,00
– 14,95
|
|
E
|
15,00
– 15,95
|
|
F
|
16,00
– 16,95
|
|
G
|
17
atau lebih
|
|
Ø
Tabel
variasi berat
Kelompok
|
Berat (gr)
|
Jumlah
|
A
|
0,1
- 0,195
|
|
B
|
0,2
– 0,295
|
|
C
|
0,3
– 0,395
|
|
D
|
0,4
- 0,495
|
|
E
|
0,5
– 0,595
|
|
F
|
0,6
– 0,695
|
|
G
|
0,7
– 0,795
|
|
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka
diperoleh hasil berupa penimbangan
perhitungan, dan analisa pada percobaan, menentukan variasi ukuran kacang merah
(ercis) yang menggunahkan 60 variasi panjang
dan 10 variasi berat. Menurut Kimball (1990: 338), bahwa dapat disimpulkan adanya variasi
sinambung suatu sifat dalam populasi (populasi kacang merah) jadinya dapat
diterangkan dengan mengasumsikan bahwa yang mengendalihkan adalah beberapa
pasang gen, yang efek – efeknya digabung bersama (teori tentang pewarisan
poligenik). Hal ini menyatakan bahwa dua tipe ektstrim disilahkan, maka
keturunannya bersifat intermediet. Bila dua tipe intermediet disilahkan, kebanyakan
keturunannya intermediet juga, tetapi beberapa tipe ekstrim luas tipe dengan
jumlah terbesar dalam kisaran tengah dan jumlah yang terkecil kasus tentang
variasi kuantitatif pada mahluk hidup.
Pewarisan
dalam suatu pasangan gen sama sekali tidak bergantung pada pewarisan lainnya
(hukum penilain bebas). Menurut Campbell (2002: 229), bahwa Demikinan juga bila
dua pasang gen yang bersangkutan terdapat pada kromosom terpisah atau agak
berjauhan pada kromosom yang sama beberapa sifat secara aditif dikendalihkan
oleh lebih dari satu pasang alwel pewaris poligen atau faktor berganda
sedemikinan itu merupahkan kekhasan sifat yang menimbulkan variasi, sebagai
contoh berat tubuh yang cenderung beragam dalam suatu cara yang sinambung dari
suatu ekstrim kepada yang lain dengan sebagian besar individunya mempunyai satu
fenotif diantara ekstrim – ekstrimnya.
Suatu
organisme dengan sepasang alel yang indentik untuk sifat tertentu dinamahkan
bersifat homozigot terdapat alelnya. Menurut Kimball (1990: 338), bahwa sebaliknya sesuatu dengan alel yang lain
berbeda, sebagai heterozigot. Pdad heterozigot, satu sel dapat dinyatakan
dengan meniadakan yang lainnya (dominasi) atau keduanya alel itu dapat
berpengaruh terhadap pengaruhnya (dominasi tidak lengkap).
Arti dari
perbandingan panjang atau berat yang harganya besar bila dibandingkan dengan
yang harganya kecil dari 60 variasi panjang yang menghasilkan 7 sampel dan 10
variasi berat adalah pasangan alel dari yang harganmya besar merupakan alel
homozigot terdapat pasangan alel yang dari harganya kecil adalah pasangan alel
heterizigot. Menurut Campbell (2002: 229), bahwa perbandingan panjang atau
harganya ada yang besar dan yang kecil. Kacang merah mempunyai variasi
yang berbeda-beda, panjang yang dihasilkan dari setiap pengukuran yang
dilakukan bahwa kacang merah tidak ada yang mempunyai ukuran yang sama persis,
baik ukuran panjang, berat maupun warna dari setiap kacang merah ini. Setelah
kacang merah ini diukur, kemudian dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang
sesuai dengan ukurannya masing-masing.
Salah satu dari pengecualian ini berasal dari studi
tentang pewarisan sifat-sifat yang kuantitatif berbeda-beda antara berbagai
individu. Menurut Kimball (1990:
338), bahwa Mendel membatasi penelitian pada sifat-sifat yang kuantitatif yang
berbeda-beda antara berbagai individu. Mendel membatasi penelitian pada
sifat-sifat yang berbeda-beda dalam cara kualitatif yang mudah dikenal nyata.
Banyak sifat yang berkenaan dengan cara kuantitatif yang berlanjut diseluruh
populasi. Beberapa variasi ini dapat diterangkan dengan perbedaan-perbedaan
dalam diet dan mungkin faktor-faktor lain dalam lingkungan.
Ada beberapa alel dalam populasi menentukan
varibilitas genetic populasi itu. Menurut Campbell (2002: 229), bahwa organisme-organisme yang bereproduksi
secara aseksual cenderung memproduksi keturunan yang bervariasi secara genetik
karena karena pilihan acak gen dalam benih menyusul meiosis dan fenomena
rekombinasi. Varibilitas genetik dalam gamet-gamet yang bereproduksi secara
aseksual sebenarnya mungkin lebih dipengaruhi oleh rekombinasi antara
kromosom-kromosom daripada oleh berbagai mutasi.
Sifat fisiologis dan morfologuis dari keragaman
biologi reproduksi menimbulkan suatu keragaman baik di dalam populasi ataupun
menjelang terjadinya evolusi tanaman. Menurut Syamsuri (2003: 29), bahwa Setiap
perubahan pada sifat reproduksi baik karena kerusakan lingkungan, perbaikan
budidaya tanaman yang mengarah perbaikan kultifar menyebabkan keragaman dalam
populasi. Dari hasil pengukuran, penimbangan, perhitungan, dan analisis yang
telah dilakukan, Faktor lain yang mempengaruhi genetik adalah migrasi gen ke
dalam atau ke luar populasi sekelompok individual dengan fenotif tertentu dan
berbeda-beda, serta arus genetik secara acak.
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.
Kacang merah memiliki ukuran yang bervariasi.
2.
Keragaman genetik dalam bentuk variasi alel terjadi
karena adanya mutasi.
3.
Rekombinasi genetik tergantung pada tingginya tingkat
persilangan diantara individu yang berbeda secara genetik.
4.
Genetika populasi adalah cabang dari genetika yang
mempelajari gen-gen dalam populasi.
5.
Untuk
menentukan panjang rata – rata adalah jumlah panjang kacang dibagi dengan
jumlah seluruh kacang.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, et al. 2001. Biologi Jilid II. Jakarta: Erlangga : v + 404 hlm.
Kimball. 2001. Biologi Jilid
I. Jakarta: Erlangga : v + 360 hlm.
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu
Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. iii + 716 hal.
Sumarwan. 1997. Variasi Genetika. Yogyakarta: Yudhistira : ii + 231 hlm.
Suwarno, Hadisusanto. 2006. Biologi. Klaten
: Intan Pariwara : ii + 142 hlm.
ABSTRAK
Praktikum
ini berjudul “Menentukan Variasi Ukuran Kacang Merah”. Praktikum ini bertujuan
untuk mengetahui variasi genetik pada kacang merah. Praktikum ini dilaksanakan
pada hari jum`at, tanggal 2 Maret 2012, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan
15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah jangka sorong, kertas grafik, kantong plastik, kacang merah, spidol dan
timbangan OHAUS sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Vigna Angularis. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah
keanekaragaman variasi ukuran kacang merah, sedangggkan Kesimpulan yang
diperoleh adalah kacang merah memiliki berbagai variasi dan ukuran.
KLASIFIKASI
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna angularis
Nama : Kacang merah
LAMPIRAN GAMBAR
Vigna angularis
LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM II
“PREPARASI
KROMOSOM BAWANG MERAH”
OLEH
:
NAMA :
RISMA VIVI AMALIA
NIM :
08111004037
KELOMPOK : VII
(TUJUH)
ASISTEN : DENTI
PUSPITA SARI
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Mitosis
adalah pembelahan sel yang menghasilkan dua sel anakan dengan jumlah kromosom
sama dengan jumlah kromosom induk, yaitu 2n (diploid). Pembelahan itu terjadi
pada sel-sel penyusun tubuh sel (sel somatic). Karena jumlah kromosom sama
dengan jumlah kromosom sel induk, maka potensi genetic yang dimiliki juga sama
dengan mitosis terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan dan organ
tubuh makhluk hidup. Pewarisan sifat induk kepada kedua sel anakan terjadi
secara bertahap (Campbell 2000: 223).
Setiap sel dapat memperbanyak diri membentuk sel-sel
yang baru melalui proses pembelahan pada mahluk hidup bersel satu. Pembelahan
tersebut merupakan cara untuk berkembang biak. Pembelahan sel secara tak
langsung adalah pembelahan sel melalui tahapan-tahapan tertentu.
Tahapan-tahapan pembelahan itu diperlihatkan dengan penampakan yang
berbeda-beda dari kromosom yang dikandungnya. Sebagaimana diketahui didalam
inti sel terdapat benang-benang kromatin yaitu benang-benang yang dapat
menyerap zat pewarna lebih banyak sehingga bila diamati dibawah mikroskop
tampak lebih jelas. Ketika sel akan membelah diri benang-benang kromatin ini
menebal dan memendek yang kemudian disebut kromosom (Syamsuri 2003: 35).
Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa kromosom
merupakan benang pembawa sifat yang didalamnya terdapat gen. Karena jumlah
kromosom sama dengan jumlah kromosom sel induk, maka potensi genetic yang
dimiliki juga sama dengan mitosis terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan
jaringan dan organ tubuh makhluk hidup. Pewarisan sifat induk kepada kedua sel
anakan terjadi secara bertahap (Campbell 2000: 223).
Mitosis hanya merupakan satu bagian dari siklus sel.
Sebenarnya, fase mitosis yang mencakup mitosis dan sitokenesis, biasanya
merupakan bagian tersingkat dari siklus tersebut. Pembelahan sel mitosis yang
berurutan bergantian dengan interfase yang jauh lebih lama, yang sering kali
meliputi 90% dari siklus ini. Selama interfase inilah sel tumbuh dan menjalin
kromosom dalam persiapan untuk pembelahan sel (Syamsuri 2003: 35).
Mitosis pada tumbuhan terjadi karena adanya sel yang
mampu membelah yang disebut sel meristematik dan terdapat pada titik tumbuh.
Sel tersebut misalnya terdapat pada ujung akar, batang dan kambium. Terjadinya
dua sel anakan pada mitosis adalah karena sel meristematik tersebut membelah.
Sedangkan sel induknya tidak jelas lagi identitasnya, karena berubah menjadi
dua sel anakan yang sama sifatnya dengan sel induknya (Campbell 2000: 223).
Pada fase akhir pembelahan memiliki ciri-ciri di
daerah kutib masing-masing terdapat benang kromosom yang berubah menjadi benang
kromatin berupa satu set kromosom. Membrane nukleus terbentuk lagi. Nukleolus
dapat diindera lagi. Kromosom tidak dapat diindera lagi. Pembelahan mitosis
hanya sampai pada pembelahan kromosom, kemudian diikuti pembentukan sekat
pemisah antara kedua inti yang terdapat di bidang ekuator, sehingga sel induk
telah menghasilkan dua sel ankan yang disebut sitokenesis (Sulardi 2002: 17).
Fungsi pembelahan sel yaitu untuk reproduksi,
misalnya pada amoeba, eukariotik bersel tunggal. Fungsi pembelahan sel lainnya
yaitu untuk pertumbuhan dan perkembangan, misalnya pada organisme multiseluler.
Selain itu pembelahan sel berfungsi untuk pembaharuan dan perbaikan jaringan,
misalnya pada organisme multiseluler
dewasa, contohnya pada
pembelahan sel sumsum
tulang (Campbell 200: 221).
Jadi pembelahan mitosis adalah pembelahan yang
menghasilkan dua sel anakan sama dengan jumlah kromosom sel induk yaitu 2n
(diploid) pembelahan itu terjadi pada sel-sel meristematik. Karena jumlah
kromosom sel anakan sama dengan kromosom sel induk maka, potensi genetik yang
dimiliki juga sama. Pembelahan mitosis hanya sampai pembelahan kromosom, kemudian
diikuti pembentukan sekat pemisah antara kedua inti yang terdapat dibidang
ekuator. Sehingga sel induk telah menghasilkan 2 sel anakan yang disebut
sitokenesis (Sulardi 2002: 20).
1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk
belajar melakukan tahapan sederhana pembuatan preparat kromosom dan fase-fase
pembelahan mitosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada dasarnya reproduksi pada tingkat sel adalah proses menghasilkan
sel-sel baru, baik pada organisme satu sel atau banyak sel. Proses reproduksinya
merupakan proses duplikasi diri dan pembelahan komponen genetik yang sama.
Pembelahan sel yang lengkap meliputi dua proses yaitu pembelahan inti sel yang
disebut kariokenesis, serta pembelahan sitoplasma disebut sitokenesis. Sel yang
melakukan pembelahan disebut sel induk, sedangkan sel yang dihasilkan disebut
sel anakan. Berdasarkan jumlah sel anakan yang diperoleh, terdapat dua macam
pembelahan, yaitu pembelahan biner yang menghasilkan dua sel anakan. Proses pembelahannya sel menjadi dua dimulai
dari molekul DNA tunggal yang berupa benang panjang berupa lilitan (Campbell
200: 221).
Proses pembelahan molekul DNA tunggal ini diikuti dengan pembelahan
kromosom dan terbentuknya membrane pemisah yang membentang di antara kedua
kromosom tersebut. Pada organisme eukariot, proses pembelahan sel dimulai dari
replikasi atau penggandaan DNA yang diikuti pembelahan gen dan kromosom. Pada
organisme eukariot, pembelahan selnya ada dua macam, yaitu pembelahan mitosis
dan pembelahan meiosis (Maryanto 2002: 16).
Kegiatan yang paling penting pada mitosis ini ialah prilaku rapi
kromosom-kromosomnya. Karena segi ini demikian pentingnya dalam proses
tersebut. Sehingga istilah mitosis bukan ketika kegiatan kromosom itu terjadi
tanpa sitokinesis, artinya tanpa adanya pembelahan sel yang sebenarnya. Nukleus
mengandung informasi yang berperan dalam perkembangan dan aktivitas sel. Bukti
adanya mitosis menyatakan bahwa kromosom berperan dalam hal ini. Dari sini
dapat dianggap bahwa mitosis merupakan alat duplikasi teratur (dalam fase
S) dan juga dalam pemisahan (pada
anaphase) kromosom dan dengan hal itulah informasi kebakaan tersampaikan
(Campbell 200: 221).
Mitosis ditemukan diantara tumbuhan secara universal, juga sel hewan
berbelah dengan mitosis. Fase-fasenya sama dengan yang kita jumpai pada sel
tumbuhan, dan perilaku kromosomnya sama saja. Akan tetapi ada dua perbedaan
mencolok yang dapat diamati. Satu diantaranya ialah tumbuhnya aster. Banyak
kejadian dalam mitosis bergantung pada gelendong mitotic yang mulai terbentuk
dalam sitoplasma selama profase. Struktur ini terdiri atas serat yang dibuat
dari mikrotubula dan protein yang bekaitan. Ketika gelendong mitotic tersusun,
mikrotubula sitoskleton secara parsial terpisah, mungkin menyediakan materi
yang digunakan untuk mebangun gelendongnya. Mikrotubula gelendong bertambah
panjang dengan memasukkan lebih banyak subunit protein tubulin (Kimball 1998:
202).
Tersusunnya mikrotubula gelendong berawal di sentrosom yang disebut juga
puta pengoperaian mikrotubul. Mitosis merupakan periode pembelahan sel yang
berlangsung pada jaringan titik tumbuh (meristem), seperti pada ujung akar atau
pucuk tanaman. Proses mitosis terjadi dalam empat fase, yaitu profase,
metafase, anafase, dan telofase. Fase mitosis tersebut terjadi pada sel
tumbuhan maupun hewan. Terdapat perbedaan mendasar antara mitosis pada hewan
dan tumbuhan. Pada hewan terbentuk aster dan terbentuknya alur di ekuator pada
membran sel pada saat telofase sehingga kedua sel anak menjadi terpisah. Dengan
mitosis terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan dan organ tubuh
makhluk hidup. Tujuan pembelahan mitosis adalah mewariskan semua sifat induk
kepada kedua sel anaknya (Cambell 2002: 223).
Pewarisan sifat induk kepada kedua sel anaknya terjadi secara bertahap
fase demi fase. Pada fase akhir pembelahan memiliki ciri-ciri di daerah kutub
masing-masing terdapat benang kromosom yang berubah menjadi benang kromatin
berupa satu set kromosom. Membrane nukleus terbentuk lagi. Nukleolus dapat
diindera lagi. Kromosom tidak dapat diindera lagi. Pembelahan mitosis hanya
sampai pada pembelahan kromosom, kemudian diikuti pembentukan sekat pemisah
antara kedua inti yang terdapat di bidang ekuator, sehingga sel induk telah
menghasilkan dua sel ankan yang disebut sitokenesis (Sulardi 2002: 17).
Waktu dan laju dalam pembelahan sel
dalam bagian tumbuhan atau hewan yang berbeda merupakan hal yang penting untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan yang normal. Frekuensi pembelahan
sel berbeda-beda sesuai dengan tipe selnya. Perbedaan siklus sel ini disebabkan
oleh pengaturan pada tingkat molekuler. Mekanisme pengaturan ini sangat menarik
untuk pemahaman siklus sel normal (Campbell 2000: 222).
Mitosis dan meiosis merupakan bagian
dari siklus sel dan hanya mencakup 5-10% dari siklus sel. Persentase waktu yang
besar dalam siklus sel terjadi pada interfase. Interfase terdiri dari periode
G1, S, dan G2. Pada periode G1 selain terjadi pembentukan senyawa-senyawa untuk
replikasi DNA, juga terjadi replikasi organel sitoplasma sehingga sel tumbuh
membesar, dan kemudian sel memasuki periode S yaitu fase terjadinya proses
replikasi DNA. Setelah DNA bereplikasi, sel tumbuh (G2) mempersiapkan segala
keperluan untuk pemisahan kromosom, dan selanjutnya diikuti oleh proses
pembelahan inti (M) serta pembelahan sitoplasma (C). Selanjutnya sel hasil
pembelahan memasuki pertumbuhan sel baru (G1). Mitosis merupakan pembelahan sel
yang terjadi pada organisme eukariot (Kimball 2002: 195).
Pembelahan sel secara mitosis terjadi pada jaringan somatik. Dalam pembelahan
mitosis ini, satu sel membelah menjadi dua sel yang sama persis. Pembelahan
mitosis terdiri atas pembelahan inti dan pembelahan sitoplasma. Pembelahan
mitosis ini di awali dengan pembelahan inti. Oleh karena itu, bila kita melihat
kumpulan sel yang sedang membelah, mungkin kita akan menemukan satu atau
beberapa sel yang mempunyai dua inti. Hal ini berarti sel telah selesai
melakukan pembelahan inti tetapi belum melakukan penbelahan sitoplasma (Kimball
2002: 195).
Kromosom dapat dengan mudah diamati pada saat sel sedang aktif membelah
dengan maneggunakan metode fiksasi dan pewarnaan sederhana. Bahan yang biasa
digunakan dalam pengamatan mitosis adalah sel-sel ujung akar bawang merah
(Allium ascalonicum), sedangkan pengamatan meiosis sering menggunakan kotak
sari atau bakal biji tanaman lily. Bahan-bahan tersebut digunakan karena
memiliki beberapa kelebihan yaitu komposisi dinding selnya yang tersusun atas
senyawa-senyawa yang relatif mudah ditembus oleh larutan fiksatif dan pewarna,
juga jumlah kromosomnya tidak terlalu banyak sehingga pengamatan terhadap
masing-masing fase yang sedang berlangsung relatif mudah dilakukan. Salah satu
metode Fiksasi yang dapat dilakukan adalah metode termodifikasi (Campbell 2002:
197).
Pada waktu dan laju dalam pembelahans el dalam bagian tumbuhan atau hewan
yang berbeda merupakan hal yang penting untuk pertumbuhan, perkembangan, dan
pemeliharaan yang normal. Frekuensi pembelahan sel berbeda-beda sesuai dengan
tipe selnya. Perbedaan siklus sel ini disebabkan oleh pengaturan pada tingkat
molekuler. Mekanisme pengaturan ini sangat menarik untuk pemahaman siklus sel
normal. Oleh karena itu, bila kita
melihat kumpulan sel yang sedang membelah, mungkin kita akan menemukan satu
atau beberapa sel yang mempunyai dua inti (Kimball 2002 : 222).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum`at, tanggal 9
Maret 2012, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat di
Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas sriwijaya
, Indralaya.
3.2 Alat dan
Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah botol flakon, cawan petri, cutex,
gelas arloji, mikroskop, silet. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Aceto-orcein 2 %, Akuades, Allium cepa, Asam asetat 45 %, HCl 1 N, dan Gliserin dan
kertas tissue.
3.3 Cara Kerja
Diambil
umbi Allium cepa yang akarnya 3-4 cm,
akar yang telah tumbuh tersebut kemudian dipotong dengan silet pada bagian
ujungnya sekitar 0,5-1 cm dan dimasukkan ke dalam botol flakon. Kemudian ujung
akar tersebut dicuci, dibersihkan dengan akuades dan asam asetat 45 % selama 15
menit. Ujung-ujung akar tersebut kemudian diletakkan pada objek gelas dan
bagian pinggrnya diserap dengan tissue. Selanjutnya ditetesi dengan gliserin.
Preparat kemudian ditutup dengan gelas penutup dan diletakkan dengan cutex atau
bisa juga dengan metode squash. Amati jumlah kromosom dan pembelahan mitosis
bawang merah tersebut di bawah mikroskop dengan beberapa pembesaran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel Mitosis Pada
NO.
|
FASE
|
GAMBAR
|
KETERANGAN
|
1.
|
Profase Awal
|
|
1. Kromosom
2. Nukleus
3. Sentriol
4. Sitoplasma
5. Kromatid
|
2.
|
Profase Tengah
|
|
1. Kromosom
2. Sentriol
3. Nukleus
4. Kromatid
|
3.
|
Profase Akhir
|
|
1. Kromosom
2. Sentriol
3. Nukleus
4. Kromatid
|
4.
|
Metafase
|
|
1. Kromosom
2. Kromatid
3. Sentromer
4. Bidang equator
|
5.
|
Anafase Awal
|
|
1. Kromosom
2. Sentromer
3. Kromatid
4. Bidang equator
|
6.
|
Anafase Tengah
|
|
1. Kromosom
2. Sentromer
3. Kromatid
4. Bidang equator
|
7.
|
Anafase Akhir
|
|
1. Kromosom
2. Sentromer
3. Kromatid
4. Bidang equator
5. Nukleus
|
8.
|
Telofase
|
|
1. Kromosom
2. Kromatin
3. Nukleus
4. Bidang equator
5. Lekukan membran sel
|
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka
diperoleh hasil berupa fase
mitosis terdiri dari : (1) fase interfase di mana kromosom tidak dapat
dibedakan antara yang satu dengan yang lainnya, dan nukleus terlihat sebagai
gumpalan padat. Ini merupakan tahap kromosom yang paling aktif dalam fungsi
mekanisme fisiologisnya, (2) profase di mana kromosom mempersiapkan diri untuk
melakukan proses pembelahan sel, dengan jalan melakukan penebalan dan
pemendekan kromosom. Menurut Kimball (1990: 338), bahwa Kromatid (yang merupakan duplikasi
setengah bagian memanjang kromosom, yang terjadi dari duplikasi), mulai
terlihat. Pada tahap ini nukleolus (anak inti) yang bundar dan berwarna gelap
juga kelihatan. Pada titik-titik tertentu kromosom tersebut saling berpasangan.
fase-fase
mitosis antara lain fase interfase, profase, metafase, anafase, dan telofase. Menurut
Yayat (2003: 11), bahwa dalam bukunya
yang berjudul dasar genetika dan pemuliaan tanaman menyatakan bahwa fase
mitosis terbagi menjadi lima antara lain : fase interfase, profase, metafase,
anafase, dan telofase. Tahap Metafase, kromosom menyusun diri secara acak pada
suatu bidang equator atau di tengah-tengah sel. Pada awal fase ini, membran
nukleus dan nukleolus lenyap. Sentromer, suatu daerah vital bagi pergerakan
kromosom, melekat pada serabut gelendong yang bertanggung jawab terhadap arah
pergerakan kromosom selama pembelahan.
Pada fase
anafase sentromer tadi membelah mengikuti panjang kromosom dan kromatid mulai
bergerak pada serabut gelendong menuju ke kutub-kutub sel terdekatnya, dengan
sentromer yang memimpin pergerakan tersbut. Setiap kromatid sekarang dipandang
sebagai kromosom-kromosom yang baru. Menurut Slamet (2004: 133), bahwa Pada fase telofase kromosom baru
telah menyelesaikan pergerakkannya menuju kutub dan mulai menyebar di dalam
membran nukleus. Selama tahap ini berlangsung, suatu dinding sel baru mulai
terbentuk di antara dua nukleus baru.
Proses pembelahan ini terjadi secara langsung dari satu menjadi dua, tetapi
secara bertahap melalui beberapa fase yang berurutan secara teratur. Menurut
Anonim (2011: 1), bahwa Tahap-tahap mitosis antara lain adalah : (1) interfase,
merupakan fase terpanjang dalam siklus sel yakni kurang lebih 90 % dari siklus
sel, (2) profase, merupakan fase yang paling lama dan membutuhkan energi
terbesar, (3) metafase, merupakan fase yang diawali dengan prometafase dan pada
fase ini membrane inti menghilang sempurna, metafase membutuhkan waktu 2-6
menit, (4) anafase, merupakan fase yang membutuhkan waktu 3-15 menit, (5)
telofase, merupakan fase yang membutuhkan waktu 30-60 menit.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kegagalan praktikum antara lain yaitu : kesalahan pada
praktikan misalnya tidak memahami cara kerja, bagaimana kerja alat dan bahan,
rusaknya alat seperti mikroskop sehingga kita tidak dapat melihat fase-fase yang
terjadi pada mitosis yang terdiri dari fase interfase, profase, metafase,
anafase, dan telofase, umur ujung akar bawang merah yang pendek baru beberapa
hari sehingga tidak ditemukannya fase-fase yang diinginkan pada mitosis. Menurut
Laila (2006: 85), bahwa faktor yang
mempengaruhi proses mitosis yaitu proses mitosis mengungkapkan dua peristiwa
penting. Pertama, kromosom (dengan demikian juga gen) berproduksi dan membelah,
sehingga sel anak memgandung informasi genetik yang tepat sama dengan sel
induk. Seiring dengan berlanjutnya pembelahan, sentromer-sentromer m Pada fase
anafase sentromer tadi membelah mengikuti panjang kromosom dan kromatid mulai
bergerak pada serabut gelendong menuju ke kutub-kutub sel terdekatnya,embelah
sedemikian rupa sehingga banyaknya pada sel anak sama dengan banyaknya pada sel
induk. Kedua, mitosis berperan penting dalam proses-proses biologis, seperti
pertumbuhan, penggantian sel-sel yang rusak, dan perbaikan jaringan.
Digunakannya
bawang merah karena di ujung akar bawang
merah mempunyai banyak sel meristematik yaitu sel-sel yang aktif membelah
sehingga mudah mendapatkan fase-fase mitosis yang diinginkan yaitu fase
interfase, profase, metafase, anafase, dan telofase. Menurut Tjiptrosoepomo (2002: 24), bahwa sel akar bawang merah yang baru
berisi 16 kromosom 8. Pada praktikum ini digunakan bahan yaitu HCl dan
aceto-orcein digunakan agar spesimen yang akan di praktikumkan akan terfiksasi
dan menjadi lunak sehingga fase-fase mitosis mudah untuk diamati. faktor yang
mempengaruhi proses mitosis yaitu proses mitosis mengungkapkan dua peristiwa
penting.
BAB
V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah
dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Fase interfase di mana kromosom tidak
dapat dibedakan antara yang satu dengan yang lainnya, dan nukleus terlihat
sebagai gumpalan padat.
2. Profase di mana kromosom mempersiapkan
diri untuk melakukan proses pembelahan sel, dengan jalan melakukan penebalan
dan pemendekan kromosom.
3. Metafase, kromosom menyusun diri secara
acak pada suatu bidang equator atau di tengah-tengah sel. Pada fase anafase
sentromer tadi membelah mengikuti panjang kromosom dan kromatid mulai bergerak
pada serabut gelendong menuju ke kutub-kutub sel terdekatnya.
4. Pada fase telofase kromosom baru telah
menyelesaikan pergerakkannya menuju kutub dan mulai menyebar di dalam membran
nukleus.
5.
Proses
mitosis terbagi menjadi lima fase yaitu interfase, profase, metafase, anafase,
dan telofase.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2011. Bawang
Merah. Artikel. http//id.wikipedia.org//wiki//Bawang Merah. 06-04-2011. 20.00 WIB.
Campbell. 2000.
Biologi terjemahan oleh manulu.
Jakarta : Erlangga ii + 325 hlm.
Crowder. 1999. Genetika Tunbuhan. Yogyakarta. UGM : 488
hlm.
George. 2005. Biologi
edisi kedua. Jakarta. Erlangga :364 hlm.
Kimball. 1983. Biologi Jilid 1. Jakarta. Erlangga :
333 hlm.
Tjitrosoepomo, Gembong.
2002. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).
Bandung : Universitas Gajah Mada : 51 hlm.
ABSTRAK
Praktikum ini
berjudul “Preparasi Kromosom Bawang
Merah”. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari tahapan sederhana pembuatan preparat kromosom
dan mengenal fase-fase pembelahan mitosis. Praktikum ini dilaksanakan pada hari
jum`at, tanggal 9 Maret 2012, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB.
Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah botol
flakon, cawan petri, cutex, gelas arloji, mikroskop, silet. Sedangkan bahan
yang dibutuhkan adalah Aceto-orcein 2
%, Akuades, Allium cepa, Asam asetat 45 %, HCl 1 N, dan Gliserin dan
kertas tissue. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah preparat fase-fase pembelahan mitosis pada
akar Alium cepa. sedangkan Kesimpulan yang diperoleh adalah mitosis terjadi dalam 5 fase yaitu
interfase, profase, metafase, anafase, telofase.
KLASIFIKASI
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa
Nama : Bawang merah
LAMPIRAN
Profase awal Profase
akhir
Anafase akhir Metafase
akhir
Fase-fase Mitosis. Artikel.
http//id.wikipedia.org//wiki//.Fase-fase Mitosis.
BIOLOGI UMUM II
“PENGARUH
POLUSI DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIR”
OLEH
:
NAMA :
RISMA VIVI AMALIA
NIM :
08111004037
KELOMPOK : VII
(TUJUH)
ASISTEN : DENTI
PUSPITA SARI
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Polusi adalah sesuatu yang tidak diinginkan
keberadaannya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai polusi. Mulai
dari polusi udara, polusi suara hingga polusi air. Penyebab polusi air
bermacam-macam, diantaranya polutan dari limbah hasil industri, pertanian, dan
rumah tangga. Ada beberapa tipe polutan yang dapat masuk perairan, yaitu
bahan-bahan yang mengandung bibit penyaki, bahan-bahan yang membutuhkan oksigen
dalam proses penguraiannya, bahn-bahan organik dari indistri atau limbah pupuk
pertanian, dan bahan-bahan yang tidak sedimen (endapan) (Campbell 2000: 178). Masalah pencemaran merupakan masalah yng
sangat populer di kalamgan masyarakat di seluruh permukaan bumi ini. Pencemaran
yang terjadi tidak hanya bisa terjadi secara alami, tapi dapat juga terjadi
karena ulah manusia. Lingkungan biasanya diartikan sebagai sesuatu yang ada di
sekeliing kehidupan atau organisme. Lingkungan adalah kumpulan dari segala
sesuatu yang membentuk kondisi dan akan memengaruhi secara langsung maupun
tidak lngsung baik kepada kehidupan dalam bentuk individual maupun komunitas
pada tempat tertentu (Kimball 2000: 453).
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki sumber
daya perairan laut dan pesisir yang sangat luas, di samping memiliki perairan darat
yang cukup banyak pula. Dengan sumber daya perairan yang luas maka Indonesia
memiliki potensi sumber daya hayati yang banyak. Sementara pengelolaan sumber daya
perairan yang ada di Indonesia belum optimal. Sebagai bagian dari komponen
perairan maka untuk mempelajari hidrobiologi tidak dapat lepas dari ekologi
perairan. Hidrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari semua yang hidup di air.
Dengan perkataan lain hidrobiologi adalah bagian dari ilmu biologi yang harus
memperhatikan organisme di air, sehingga dikatakan sebagai biologi perairan
(Anonim 2012: 1).
Perairan menggenang (lentik) adalah suatu bentuk
ekosistem perairan yang di dalamnya arus air tidak memegang peranan penting.
Hal ini karena aliran air tidak begitu besar atau tidak mempengaruhi kehidupan
organisme yang ada di dalamnya. Pada perairan ini faktor yang amat penting
diperhatikan adalah pembagian wilayah air secara vertikal yang memiliki perbedaan
sifat untuk tiap lapisannya, contoh jenis perairan ini adalah danau, rawa,
situ, kolam dan perairan menggenang lainnya. Perairan menggenang di bagi dalam
tiga lapisan utama yang didasari oleh ada tidaknya penetrasi cahaya matahari
dan tumbuhan air, yaitu litoral, limnetik dan profundal (Jumin 2002: 106).
Salah
satu masalah yang sering dihadapi oleh negara atau dalam lingkup yang kecil
(masyarakat) adalah krisis air bersih. Krisis air bersih disebabkan karena
adanya berbagai aktivitas antropogenik yang dilakukan oleh masyarakat yang
tidak mengindahkan keadaan lingkungan sekitarnya, sehingga menyebabkan
terjadinya pencemaran air bersih. Polusi domestik atau pencemaran air ini
akibat aktivitas rumah tangga, yang berupa sampah, sisa makanan, sabun, detergen
dan tinja. Bahan-bahan tersebut ada yang
mudah diuraikan oleh mikroba dalam air menggunakan oksigen dan ada yang sulit
(Soejipta 1993: 70).
Air merupakan pelarut yang baik, sehingga air dialam
tidak pernah murni akan tetapi selalu mengandung berbagai zat terlarut maupun
zat tidak terlarut serta mengandung mikroorganisme atau jasad renik. Apabila
kandungan berbagai zat maupun mikroorganisme yang terdapat di dalam air melebihi ambang batas yang diperbolehkan, kualitas air akan terganggu. Sehingga tidak bisa
digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk air minum, mandi, mencuci atau bahkan
keperluan yang lainnya. Air yang terganggu kualitasnya ini dikatakan sebagai
air yang tercemar atau air yang terpolusi (Jumin 2002:
109).
Air di alam mengandung zat padat terlarut yang berasal
dari mineral dan garam-garam yang
terlarut ketika air mengalir di bawah atau dipermukaan tanah. Apabila air
dicemari oleh limbah yang berasal dari industri pertambangan dan pertanian,
kandungan zat padat tersebut akan meningkat. Jumlah zat padat yang terlarut ini
dapat digunakan sebagai indikator
pencemaran air. Selain jumlah, jenis zat pencemar juga menentukan tingkat
pencemaran (Campbell 2002: 40).
1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum ini
bertujuan untuk mempelajari dan mengenal system
reproduksi pada tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau
dimasukkannya mahluk hidup, zat energy, dan atau komponen lain kedalam
lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya. Jumlah air yang meninggalkan permukaan tanah dan badan
air dalam bentuk uap, pada waktu tertentu selalu sama dengan jumlah air yang
turun dari atmosfer dalam bentuk presipitrasi. Air yang jatuh kepermukaan tanah
sebagian mengalir dipermukaan tanah menuju sungai, danau dan laut. Sebagian lagi akan meresap ke dalam
tanah yang disebut dengan infiltrasi
(Campbell 2002: 45).
Macam-macam pencemaran dapat dibedakan berdasarkan pada tempat terjadinya,
macam bahan pencemarnya, dan tingkat pencemarannya. Sifat fisik dari air dapat
berubah akibat fluktuasi suhu yakni air dalam bentuk cair, padat, uap atau gas.
Ketika air akan berubah wujud menjadi es maka volumenya akan berubah menjadi
naik yaitu sebesar 0,091 dari volume sebelumnya. Sifat air inilah yang membuat
tanaman menjadi rusak. Kualitas fisik meliputi kekeruhan air yang dapat
ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan
yang berasal dari buangan. Hal itu akan membuat air
tercemar dan kualitas air bersih akan menurun (Hendrawan 2005: 5).
Sumber limbah cair yang menyebabkan pencemaran
terhadap air atau penurunan kualitas air bersih, diantaranya adalah limbah cair
domestik, indistri, pertanian dan pertambangan. Limbah cair domestik terdiri
dari air
limbah yang berasal dari perumahan dan pusat perdagangan maupun
perkantoran, hotel, rumah sakit, tempat umum dan lalu lintas. Limbah Cair
Industri adalah limbah yang berasal dari industri. Sifat-sifat air limbah
industri relative bervariasi tergantung dari bahan baku yg di gunakan,
pemakaian air dalam proses, dan bahan aditif yang digunakan selama proses
produksi. Limbah Cair Pertanian berasal dari buangan air irigasi yg
disalurkan kembali ke saluran drainase atau meresap ke dalam tanah.
Limbah pertambangan akan mempengaruhi tingkat kekeruhan BOD5, COD, pH,
tetapi juga kadar kimia yg digunakan dalam proses penambangan (Supriharyono
2002: 38).
Sumber utama pencemaran di lingkungan perairan, yaitu
limbah industri, limbah pertanian dan limbah domestik. Limbah industri mempunyai
kapasitas dan kuantitas limbah yang berbeda-beda untuk setiap jenis industri.
Hal ini sesuai dengan kapasitas produksi, bahan-bahan yang digunakan dalam
proses produksi dan efisiensi teknologi pengolahan limbah yang digunakan. Limbah
industri pada umumnya bersifat lebih toksik daripada jenis limbah lainnya,
terutama limbah industri logam, industri minyak, industri pertambangan, industri
zat warna, dan lainnya. Limbah pertanian pada umumnya bersifat biodegradasi,
kecuali untuk limbah pestisida yang sintetik dan relatif bersifat toksik. Limbah
domestik pada umumnya bersifat lebih biodegradasi dibandingkan dengan jenis
limbah lainnya dan dicirikan oleh kandungan BOD yang tinggi (Hendrawan 2005:
9).
Pencemaran air yang telah terjadi secara alami, misalnya adanya jumlah logam-logam berat yang masuk
dan menumpuk dalam tubuh manusia, logam berat ini dapat meracuni organ tubuh
melalui pencernaan karena tubuh memakan tumbuh-tumbuhan yang mengandung logam
berat meskipun diperlukan dalam jumlah yang kecil. Penumpukan logam-logam berat
ini terjadi pada tumbuh-tumbuhan karena terkontaminasi oleh limbah industri.
Untuk menanggulangi agar tidak terjadinya penumpukan logam-logam berat maka
limbah industri hendaknya dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan.
Pengolahan limbah terlebih dahulu sebelum dibuang akan mengurangi pencemaran
terhadap air atau mengurangi mualitas air bersih (Jumin 2002: 106).
Pengaruh pencemaran terhadap organisme perairan
berasal dari beberapa senyawa atau unsur kimia yang terkandung dalam suatu
limbah terhadap kehidupan organisme perairan (algae, invertebrata, dan ikan).
Pengaruh tersebut sangat bervariasi untuk setiap jenis limbah industri. Namun
pada umumnya toksisitas limbah yang paling kronis bagi kehidupan organisme
perairan adalah limbah industri logam, industri kimia, industri pertambangan,
industri elektronik, industri tekstil dan industri kulit. Pengaruh limbah domestik terhadap kehidupan
organisme perairan juga sangat bervariasi. Umumnya toksisitas kronis bagi
organisme perairan apabila bahan organik limbah tinggi, yaitu melampaui daya asimilasi
perairan, sehingga tercipta kondisi yang anaerob. Pengaruhnya semakin sensitif
bagi organisme yang lebih muda (Hendrawan 2005: 7).
Sampah organik yang
dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian
besar digunakan bakteri untuk proses pembusukannya. Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga
meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau. Fosfat ini merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Jika tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses
pembusukan yang menghabiskan persediaan oksigen. Selain itu, pemakaian pupuk
dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari air. Limbah pupuk mengandung
fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng
gondok. Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali ini menimbulkan dampak
seperti yang diakibatkan pencemaran oleh deterjen (Suprihryono 2002: 40).
Pencemaran air akan menyebabkan berbagai persoalan
atau masalah dalam kehidupan manusia. Akibat dari pencemaran air itu sendiri
adalah air tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya dan jika
dimanfaatkan maka diperlukan pengolahan khusus yang menyebabkan peningkatan
biaya pengoperasian dan pemeliharaan sungai, selain itu air yang tercemar akan menjadi
penyebab timbulnya suatu penyakit. Adanya air limbah yang masuk ke dalam
saluran drainase atau sungai akan mencemari air sungai tersebut. Pencemaran air
mengakibatkan air sungai tidak lagi berfungsi sesuai peruntukkannya. Rantai
makanan dalam air akan terganggu akibat adanya pencemaran air. Dengan banyaknya
zat pencemaran yang ada di dalam air, menyebabkan menurunnya kadar oksigen di
dalam air tersebut (Jumin 2002: 108).
Ada beberapa macam cara untuk menentukan adanya polusi
dalam air, misalnya dengan mengukur tingkat kejernihan, suhu, pH, kandungan
oksigen dan proses kimia lainnya untuk menguraikan bahan organik dalam air. Proses
pemulihan air ada beberapa proses yaitu proses pengenceran, pengendapan, penyaringan,
kimiawi dan biokimia. Proses pengenceran adalah
proses terjadinya pengurangan kadar kontaminan dalam air karena adanya
penambahan jumlah air di dalamnya. Proses
pengendapan adalah mengendapnya partikel padatan yang ada dalam air
sungai karena gaya gravitasi bumi. Proses
kimia yang terjadi biasanya di sebabkan karena adanya reaksi
oksidasi, reduksi dari senyawa kimia yang ada dalam sungai. Proses penguraian bahan organik ini
memerlukan oksigen terlarut dan mikroorganisme (Soetjipta 1993: 75).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at, 16 Maret
2012 pada pukul 13.00 WIB sampai dengan
15.30 WIB. Bertempat di Laboratorium
Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2 Alat dan
Bahan
Alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah Alumunium foil, botol selai, erlenmeyer 125 ml,
karet gelang, larutan biru metilen 0,1%,
syingre 1 ml, dan spidol yang tahan air, sedangkan bahan yang digunakan
adalah air danau atau air kolam, air sungai dan air sumur.
3.3 Cara Kerja
Disiapkan alat dan bahan yang dibawa. Kemudian
masing-masing botol selai diberi label A, B, C dan D. Diisi masing-masing botol
selai dengan bahan yang berbeda. Ditambahkan 0,5 ml biru metilen ke dalam tiap
botol selai, digunakan syingre dengan jarum terendam dalam air dan jangan da
gelembung udara. Ditutup dengan hat-hati keempat botol selai tersebut dan
jangan sampai ada gelembung udara lalu disimpan botol selai. Kemudian diamati
dan dicatat perubahan warna biru yang menjadi hilang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Dari
praktikum yang telah dilaksanakan, didapat hasil sebagai berikut :
Table PH air yang di amati :
No
|
Bahan
|
PH
|
1.
|
Air sungai
|
5
|
2.
|
Air sumur
|
6
|
3.
|
Air PAM
|
4,5
|
4.
|
Air kolam
|
5,5
|
Table Uji (test)
No
|
Sampel
|
Jumlah
hari sampai hilangnya warna biru/ perubahaan yang terjadi
|
Kestabilan relative dalam persen
|
1.
|
Air
pam
|
Pada Minggu ke 2/14 hari warna
air masih berwarna biru terang
|
100
|
2.
|
Air
kolam
|
Pada Minggu ke 2/14 hari warna
air masih berwarna biru terang
|
100
|
3.
|
Air
sumur
|
Pada Minggu ke 2/14 hari warna
air berubah menjadi biru kehijau-hijauan
|
95
|
4.
|
Air
sungai
|
Pada Minggu ke 2/14 hari warna
air masih berwarna biru terang
|
100
|
Perbandingan Gambar warna air
Air
PAM
|
Gambar
warna air
|
Hari
pertama
|
|
Mingu
pertama
|
|
Minggu
kedua
|
|
Air
sungai
|
Gambar
warna air
|
Hari pertama
|
|
Minggu pertama
|
|
Minggu kedua
|
|
Air
sumur
|
Gambar
warna air
|
Hari pertama
|
|
Minggu pertama
|
|
Minggu kedua
|
|
Air
kolam
|
Gambar
warna air
|
Hari pertama
|
|
Minggu pertama
|
|
Minggu kedua
|
|
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka
diperoleh sumber pencemaran air adalah banyak penyebab pencemaran air tetapi
secara umum dapat dikategorikan sebagai
sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Menurut Kimball (1990: 338),
bahwa sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA (tempat
Pembuangan Akhir Sampah), dan sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu
kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau atmosfer berupa
hujan. Tanah dan air tanah mengandung mengandung sisa dari aktivitas pertanian
seperti pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari
aktivitas manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam.
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia
buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini
biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau
fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah
tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut
minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta
limbah industri yang langsung dibuang ke tanah. Menurut Sutrisno (1997: 128),
bahwa secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping). Ketika suatu zat
berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap,
tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam
tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah.
Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung
kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di
atasnya Menurut Kimball (1990: 338), bahwa pencemaran udara adalah kehadiran
satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah
yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu
estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat
ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi
gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap
sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara
dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.
Pencemaran Suara adalah secara teknis kebisingan atau
pencemaran suara bisa diartikan sebagai suara yang tidak diinginkan, Menurut
Campbell (2000: 189), bahwa misalnya yang menghalangi terdengarnya suara-suara,
musik dan sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit di telinga atau yang
menghalangi gaya hidup. Kebisingan dalam kaitan dengan pencemaran suara yaitu
bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari
alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.
Diantara pencemaran lingkungan yang lain, pencemaran
suara atau polusi kebisingan atau noise polution dianggap istimewa dalam hal :
(1) penilaian pribadi dan subjektif sangat menentukan untuk mengenali suara
sebagai pencemaran kebisingan atau tidak, (2) kerusakannya setempat dan
sporadis dibandingkan dengan pencemaran udara dan pencemaran air dan bising
pesawat merupakan pengecualian. Menurut Kimball (1990: 338), bahwa polusi atau
pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat
energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Air bersih
adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa
dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas
mereka sehari-hari. Menurut Campbell (2000: 192), bahwa termasuk diantaranya
adalah sanitasi. Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum
adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat
diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga
kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.
BAB
V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah
dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Polusi
adalah pencemaran lingkungan atau masuknya mahluk hidup, zat energy, dan atau
komponen lain ke dalam lingkungan.
2. Macam-macam polusi adalah pencemaran
udara, pencemaran air, pencemaran tanah, dan pencemaran suara.
3. Ciri-ciri
air dikatakan bersih yaitu tidak berwarna,tidak berasa, dan tidak berbau.
4. Dampak
kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA
(infeksi saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma,
bronkitis,
dan gangguan pernapasan lainnya.
5.
Ada
bermacam-macam untuk menentukan adanya polusi air, misalnya dengan mengukur tingkat kejernihan,suhu, pH, kandungan oksigen oleh mikroba dan proses
kimia lainnya untuk menguraikan bahan organik dalam air.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2011. Pencemaran
atau polusi. Diakses pada tanggal 12 Mei 2010,pukul
10.15.http//www.Wikipedia/polusi/com.
Campbell.2000. Biologi
Umum Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Supriyanti.2007. Pengaruh
Polusi Domestik Terhadap Air. Bogor : IPB.
Suriawiria.2003. Badan
Air.Bandung : Bumi Aksara.
Sutrisno. 1997. Tata
Cara Pengelolahan Limbah. Jakarta : Erlangga.
ABSTRAK
Praktikum ini
berjudul “Pengaruh
Polusi Domestik Terhadap Kualitas Air”. Praktikum ini bertujuan untuk membandingkan kestabilan
relatif dari air yang terpolusi dengan air yang bersih dengan menggunakan
larutan metilen blue. Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum`at,
tanggal 16 Maret 2012, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat
di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas sriwijaya
, Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah erlenmeyer, sumbat karet, syringe, spidol.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah air galon, air kolam, air PAM, air sumur,
botol selai, metilen blue. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah ada bermacam-macam untuk menentukan adanya
polusi air, misalnya dengan mengukur tingkat kejernihan,suhu, pH, kandungan
oksigen oleh mikroba dan proses kimia lainnya untuk menguraikan bahan organik
dalam air, sedangggkan Kesimpulan yang diperoleh adalah Polusi domestik atau pencemaran akibat aktivitas
rumah tangga,berupa sampah,sisa makanan, sabun, deterjen dan tinja, bahan-bahan
tadi mudah untuk diuraikan oleh mikroba dalam air menggunakan oksigen.
LAMPIRAN GAMBAR
Air PAM
Air Sumur
Air Kolam
Air Sungai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar