LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“JARINGAN
EPITEL”
OLEH
:
NAMA :
RISMA VIVI AMALIA
NIM :
08111004037
KELOMPOK : X (SEPULUH)
ASISTEN : M.
IQBAL ROBYANTO
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar
Teori
Dilihat
dari arti katanya, kata epitel (Yun. Epi, di atas; thele, puting
atau pentil) berarti sesuatu yang menutupi puting atau pentil (yang dimaksudkan
dengan puting atau pentil disini adalah papil-papil jaringan ikat kecil-kecil
yang mengandung kapiler, yang terjulur ke dalam epitel translusen bibir dan
memberinya warna merah). Berawal dari sini, istilah epitel akhirnya
dipergunakan untuk menyebut semua membran pembatas dan penutup tubuh yang
terdiri atas sel-sel yang saling berdampingan. Bagian epitelial kulit (bagian
luar) berkembang dari ektoderm. Epitel pembatas saluran cerna berkembang dari
endoderm, sedangkan yang membatasi rongga peritoneum berkembang dari mesoderm (Cormack
1994: 170).
Jaringan dalam biologi adalah
sekumpulan sel yang
memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Jaringan-jaringan yang berbeda dapat
bekerja sama untuk suatu fungsi fisiologi yang sama membentuk organ. Cabang ilmu biologi yang
mempelajari jaringan adalah histologi, sedangkan cabang ilmu biologi yang mempelajari
jaringan dalam hubungannya dengan penyakit adalah histopatologi.
Tubuh hewan tersusun dari kumpulan sel-sel yang tersusun berdasarkan aturan
tertentu. Sel-sel tersebut menjadi banyak karena membelah dari zigot. Hasil
pembelahan zigot merupakan embrio. Meskipun berasal dari zigot yang sama, namun
setelah mengalami diferensiasi dan spesialisasi, terbentuklah berbagai sel yang
memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda (Campbell 2003: 116).
Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau
sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Jaringan dengan
struktur yang khusus memungkinkan mereka mempunyai fungsi yang spesifik.
Sebagai contoh, otot-otot jantung yang bercabang menghubungkan sel jantung
dengan yang lainnya. Percabangan tersebut membantu kontraksi sel-sel dalam satu
koordinasi. Ilmu yang mempelajari jaringan disebut histologi (Anonima
2012: 1).
Sekumpulan
sel dengan bentuk dan fungsi yang sama akan membentuk jaringan. Sekumpulan
jaringan akan membentuk organ. Jaringan dengan struktur yang khusus
memungkinkan mereka mempunyai fungsi yang spesifik. Ilmu yang mempelajari
mengenai jaringan adalah histologi, atau dalam hubungannya dengan penyakit
adalah histopatologi. Jaringan yang ada pada hewan berbeda dengan tumbuhan. Ada
empat jaringan dasar pada hewan yaitu: jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan
otot dan jaringan saraf (Campbell 2003: 116).
Jaringan didalam tubuh hewan mempunyai sifat yang
khusus dalam melakukan fungsinya, seperti peka dan pengendali (jaringan saraf),
gerakan (jaringan otot), penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat), absorbsi
dan sekresi (jaringan epitel), bersifat cair (darah) dan lainnya. Tubuh hewan
terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan
fungsi yang sama. Masing-masing jaringan dasar dibedakan lagi menjadi beberapa
tipe khusus sesuai dengan fungsinya. Pada saat perkembangan embrio, lapisan
kecambah (germ layers) berdiferensiasi (dengan proses yang disebut
histogenesis) menjadi empat macam jaringan utama, yaitu jaringan epitel,
jaringan pengikat, jaringan otot, dan jaringan saraf (Anonimb 2012:
1).
Bentuk-bentuk sel biasanya lebih tidak teratur,
khususnya, permukaan lateral sel sering mempunyai morfologi yang kompleks
tonjolan-tonjolan sel dari sel disampingnya yang saling bertautan satu sama
lain. Suatu bentuk khusus epitel silindris terdiri atas lapisan-lapisan sel,
dimana semua sel-sel melekat pada membran basalis, tetapi hanya beberapa sel
mencapai permukaan, karena tingginya bervariasi. Letak inti bervariasi
tingginya di atas membrana basalis dan karenanya epitel tampak bertingkat sehingga
disebut epitel bertingkat (pseudostratified).
Pada epitel berlapis dalam arti kata yang sebenarnya, hanya sel-sel pada
lapisan paling bawah lapisan paling bawah melekat pada membrana basalis
(Geneser 1994: 116-117).
1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui fungsi jaringan epitel sebagai jaringan
yang melapisi permukaan tubuh, organ tubuh atau permukaan tubuh hewan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan epitel merupakan
jaringan yang menutupi permukaan tubuh, antara lain yaitu pembuluh darah dan
sel napas. Jaringan epitel
terbagi menjadi dua golongan utama, masing-masing juga terdiri atas beberapa
varietas. Semua epitel terletak di atas bahan homogennya yang disebut membran
alas (dasar) dan juga mempersatukan sel itu. Jaringan ini terdiri dari selapis
atau beberapa lapis sel epitel yang bentuknya teratur dan satu sama lain terletak berdekatan,
hanya dihubungkan oleh zat sela atau zat intra seluler (Syaifuddin 1997: 10).
Jaringan epitel dengan ciri
khasnya mampu melaksanakan beberapa fungsi tertentu, misalnya sebagai
pelindung, sebagai penyerap, sebagai sekresi dan ekskresi, reseptor rangsangan dan
membentuk barier untuk proses permeablelitas selektif. Klasifikasi jaringan
epitel berdasarkan pada bentuk sel-sel dan jumlah lapisannya, misalnya : epitel
selapis, terdiri dari satu lapis sel di atas membran basal, dan epitel banyak
lapis, terdiri dari dua atau lebih lapis sel di atas membran basal (Cormack
1994: 182).
Jaringan epitel
ada di dalam banyak struktural. Umumnya itu baik tutup maupun bentuk sesuatu dan secara khas terdiri dari
lembar sel yang flatnya dapat diperbaharui yang mempunyai spesialisasi
permukaan sesuai peranan tertentu mereka. Kadang jaringan epitel terpisah dari
dasar, jaringan ini bersebelahan oleh suatu selaput landasan. Fungsi jaringan epitel yang khas adalah sebagai penyerapan
atau absorbsi, sebagai pengangkutan atau transpor, sebagai ekskresi, sebagai perlindungan
atau proteksi, dan sebagai
penerima rangsangan (contohnya, perasa pada lidah di dalam lidah). Ukuran,
bentuk, dan pengaturan sel
epitel secara langsung dihubungkan dengan fungsi spesifik ini (Miller dan Jhon 1992: 53).
Fungsi dari jaringan epitel
yaitu meliputi; sebagai proteksi (melindungi jaringan yang ada dibawahnya),
sebagai absorbsi (mengisap zat-zat yang ada diluarnya), sebagai sekresi
(mengeluarkan atau menghasilkan zat-zat yang berguna bagi tubuh berupa kelenjar
eksokrin atau kelenjar terbuka yang merupakan kelenjar yang mempunyai saluran
yang digunakan untuk mengeluarkan hasil kelenjarnya ke tempat yang butuh,
misalnya pembuluh darah), sebagai ekskresi (mengeluarkan zat-zat yang tidak
berguna lagi), sebagai filtrasi (dapat menyaring zat-zat, misalnya pada dinding
kapiler darah dan kapsule Bowman pada ginjal) dan sebagai penerima rangsangan
dari luar (Syarifuddin 1997: 7).
Selama perkembangan hewan, sel
mengalami spesialisasi struktur dan fungsi sel. Epitel pipih selapis terdiri
dari satu lapis sel yang berbentuk pipih dan licin pada penampang samping. Bila
dilihat dari atas, bentuknya tidak teratur atau poligonal. Susunan sel berdiri
pada membran basal. Daerah yang mengandung inti tampak menonjol, sehingga pada
penampang melintang daerah tersebut paling tebal dibandingkan dengan daerah
tepi sitoplasma. Epitel kubus selapis terdiri dari selapis sel berbentuk kubus
yang lebar dan tingginya sama. Penampang samping berbentuk kubus, tetapi dari
atas tampak berbentuk heksagonal. Susunan sel berdiri pada membran basal. Pada
penampang melintang, bila tinggi lebih kecil dari lebar sel disebut kubus
rendah; bila tinggi lebih besar dari lebar sel disebut kubus tinggi (Bresnick
2003: 68).
Jaringan merupakan sekumpulan
sel-sel yang serupa baik bentuk, besar dan pekerjaannya tersusun menjadi satu
dan mempunyai fungsi tertentu. Adapun sel-sel yang tersusun pada berbagai
jaringan tubuh tersebut satu sama lainnya melekat terikat menjadi satu dengan
lainnya sehingga sel-sel itu tidak bergerak sama sekali kecuali dua macam sel
satu dengan lainnya tidak melekat melainkan masing-masing terlepas yaitu sel
darah yang berenang dalam darah atau cairan darah. Sel lain adalah sel kelamin
yang terdiri dari sel spermatozoa dan sel telur (Syarifuddin 1997: 7).
Jaringan epitel mengandung
helaian sel yang terkemas rapat. Sel epitel terikat erat, dalam banyak kasus
oleh taut erat di antara sel. Kalaupun ada, hanya sedikit bahan yang dapat
lewat di antara dua sel epitel. Sebuah epitel mempunyai dua permukaan. Sel di permukaan bebas terpajan ke
udara atau cairan. Sel di bagian dasar sawar terikat pada sebuah membran basal.
Salah satu kriteria pengelompokkan jenis epitel yang berbeda adalah bentuk sel
di permukaan bebasnya. Bentuk sel yang berbeda adalah kuboid (seperti dadu),
kolumner (seperti batu bata di ujungnya), dan skuamosa (seperti lantai yang
datar) (Bresnick 2003: 80).
Jaringan epitel terdiri atas
satu atau banyak lapis sel, yang menutupi permukaan dalam dan luar suatu organ.
Di bagian tubuh luar, epitel ini membentuk lapisan pelindung, sedangkan pada
bagian dalam tubuh, jaringan epitel terdapat disepanjang sisi organ. Jaringan
epitel dibedakan berdasarkan bentuk dan jumlah lapisan sel penyusunnya, yaitu
epithelium satu lapisan, terdiri atas sel-sel berbentuk pipih, kubus, dan
silindris. Epithelium pipih
selapis ditemukan antara lain pada lapisan endotel pembuluh darah. Epithelium bentuk kubus ditemukan pada
kelenjar tyroid dan pembuluh darah. Epithel berbentuk silindris ditemukan pada
lambung dan usus. Epithelium berlapis banyak yang dibentuk oleh beberapa lapis
sel yang berbentuk pipih, kuboid, atau silindris. Epithelium ini dapat
ditemukan pada kulit, kelenjar keringat, dan uretra (Anonima 2012:
1-2).
Epitel selapis silindris
merupakan jenis epitel yang terdiri atas selapis sel tinggi yang saling
berhimpitan berpola heksagonal. Dalam bentuknya yang biasa, sel ini semuanya
tampak serupa di bawah mikroskop. Fungsi utama epitel selapis silindris biasa
ialah untuk melindungi permukaan badan yang basah. Selain itu ia menghasilkan
sekret cair. Epitel demikian melapisi saluran keluar kecil kelenjar. Epitel
selapis silindris yang terdiri atas sel absorptif dan sel sekretori membatasi
usus. Agar memudahkan absorbsi, membran ini hanya setebal satu sel (Cormack
1994: 180).
Epitel pipih berlapis, seperti
yang terdapat di pemukaan kulit kita, mampu melakukan mitosis dengan cepat.
Sel-sel baru hasil mitosis menggantikan sel-sel permukaan yang mati. Epitel ini
juga sebagai pelindung oragan terhadap abrasi oleh makanan yang kasar, seperti yang
ditemukan pada esofagus. Sebaliknya,
epitelium pipih selapis berukuran tipis dan lemah, yang cocok untuk
pertukaran material dengan cara difusi.
Epitel ini ditemukan pada dinding kapiler darah dan alveoli paru-paru (Anonimb
2012: 2).
Epitel kubus banyak lapis
terdiri dari dua lapis sel atau lebih, yang paling atas berbentuk kubus. Pada
alat penyalur kelenjar, tampak memiliki dua lapis. Sedangkan epitel silinder
banyak lapis terdiri dari beberapa lapis sel. Lapis permukaan bentuk selnya
tinggi, prismatik dan tidak mencapai membran basal. Lapis dalam bentuk selnya
kecil, polihedral, dan tidak mencapai permukaan epitel. Tipe ini terdapat pada
bagian distral uretra, sebagai daerah khusus dalam epitel peralihan. Terdapat
pula pada saluran kelenjar parotid dan mandibularis, sakus dan duktus
lakrimalis (Miller dan Jhon 1992: 53).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 2
Oktober 2012, pada pukul 08.15 WIB
sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat
di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2 Alat dan
Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat
tulis, buku gambar, dan mikroskop cahaya. Sedangakan bahan yang dibutukan
adalah preparat awetan.
3.3 Cara Kerja
Diletakkan preparat awetan di meja mikroskop,
kemudian diamati mulai dari resolusi yang paling rendah (kecil), digambar dan diberi
keterangan.
BAB
V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Jaringan epitel ditemukan pada
kelenjar keringat, kelenjar andrenal, kulit, ureter, dan organ – organ dalam
tubuh lainnya.
2. Jaringan epitel terdiri dari sel-sel yang
sejenis yang membalut permukaan luar dan dalam dari organ tubuh yang berbentuk
saluran atau rongga.
3. Macam-macam bentuk dari jaringan epitel yaitu
epitel gepeng (pipih), epitel kubus, dan
epitel silindris.
4. Jaringan epitel atau epithelium dibedakan
berdasarkan jumlah sel dan morfologi sel permukaan yaitu epitel pipih selapis,
epitel pipih berlapis, epitel kubus selapis, epitel kubus berlapis, epitel
silindris selapis, epitel silindris berlapis dan epitel transisional.
5. Jaringan epitel mampu melaksanakan
beberapa fungsi tertentu yaitu sebagai pelindung, penyerap, sekresi, reseptor
rangsang dan sebagai tempat keluat masuknya zat.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2012. Jaringan
Dasar Hewan. http://www.sith.itb.ac.id/profile/pdf/Jaringan %20%Dasar%20%Hewan.pdf.
Diakses pada tanggal 29 September 2012.
Bresnick, S. 2003. Intisari Biologi. Hipokrates : Jakarta.
Campbell, N.A. 2003. Biologi Jilid II.
Erlangga : Jakarta.
Cormack, D.H. 1994. HAM Histologi. Binarupa
Aksara : Jakarta.
Geneser, F.
1994. Buku Teks Histologi. Binarupa Aksara : Jakarta.
Miller, S.A. dan Jhon, P.H. 1992. Zoologi. McGraw-Hill
Book Company, Inc : The United States of America.
Syarifuddin, B.Ac. 1997. Anatomi
Fisiologi untuk Siswa Perawat. EGC : Jakarta.
ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “Jaringan
Epitel”. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui fungsi jaringan epitel sebagai jaringan yang
melapisi permukaan tubuh, organ tubuh, dan permukaan tubuh hewan. Praktikum
ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 2 Oktober 2012, pada pukul 08.15 WIB
sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi ,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah alat tuis, buku gambar, dan mikroskop cahaya. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah
preparat awetan. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah mengetahui
jaringan epitel dan bentuk bentuk jaringan epitel yang terdapat pada mus muculus, sedangkan kesimpulan yang
diperoleh adalah Jaringan epitel
atau epithelium dibedakan berdasarkan jumlah sel dan morfologi sel permukaan
yaitu epitel pipih selapis, epitel pipih berlapis, epitel kubus selapis, epitel
kubus berlapis, epitel silindris selapis, epitel silindris berlapis dan epitel
transisional.
LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“JARINGAN
OTOT”
OLEH
:
NAMA :
RISMA VIVI AMALIA
NIM :
08111004037
KELOMPOK : X (SEPULUH)
ASISTEN : M.
IQBAL ROBYANTO
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar
Teori
Dilihat
dari struktur jaringan otot
dikhususkan untuk melakukan gerakan, baik oleh badan secara keseluruhan
gerakan, maupun oleh berbagai bagian tubuh yang satu terhadap yang lain. Sel
otot sangat berkembang dalam fungsi
kontraktil dan tidak begitu berkembang dalam hal konduktivitas. Kekhususan ini
meliputi pemanjangan selnya sesuai sumbu kontraksi. Pada jaringan otot, serat otot itu
biasanya bergabung dalam berkas-berkas, sehingga jaringan otot tidak hanya
terdiri atas serat-serat otot saja. Karena harus melakukan kerja mekanis,
serat-serat otot memerlukan banyak kapiler darah yang mendatangkan makanan dan
oksigen, dan mengangkut keluar produk sisa toksik (Ali 2008: 1).
Makhluk
hidup mampu bereaksi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam
lingkungannya. Salah satu bentuk reaksi terhadap suatu rangsangan yaitu
gerakan, yang dapat berupa gerakan sebagian sel – contohnya silia – atau
gerakan seluruh sel. Pada gerakan seluruh sel, sel itu mungkin memperlihatkan
gerakan amuboid, tetapi pada makhluk multiseluler, terutama sel-sel ototlah
yang dikhususkan untuk fungsi
gerakan. Dasar untuk pergerakan ini, dalam bentuk lebih umum pada sebagain
besar sel dan pada sel otot secara sangat khusus, adalah perubahan zat kimia menjadi tenaga mekanik
melalui pemecahan ATP secara enzimatik. Pada perpindahan hewan melibatkan
kontraksi otot (Geneser 1994: 265).
Kontraksi adalah satu-satunya kerja otot
(pemanjangan terjadi secara pasit). Semua sel otot memerlukan stimulasi listrik
(potensial aksi) untuk berkontraksi. Kemampuan kontraksi ini adalah karakteristik sel panjang yang dapat
dirangsang, yang menyusun jaringan otot (jaringan yang paling banyak di tubuh).
Pembuluh darah terdapat di dalam
jaringan ikat fibrosa, yang juga berguna untuk mengikat serat otot menjadi satu
dan sebagai pembungkus, pelindung sehingga tarikan dapat berlangsung secara
efektif (Bresnick 2003: 75).
Semua sel-sel otot berkembang, dengan
sedikit pengecualian, dari sel-sel mesodermal (sfingter pupil dan sel-sel
mioepitel pada kelenjar keringat dan kelenjar mammae berasal dari ektoderm).
Sel-sel otot ini memanjang dengan sumbu panjang searah dengan pergerakan sel
searah dengan arah kontraksi, seringkali sampai sedemikian besar sehingga
disebut sebagai serat oleh ahli anatomi di masa lampau. Istilah serat otot ini
masih dipakai walaupun serat-serat otot sebenarnya merupakan sel-sel yang berbeda
dengan serat-serat jaringan ikat ekstraseluler (Geneser 1994: 265).
Di dalam sarkoplasma yang mudah menyerap
zat warna atau sitoplasma. Dengan pewarnaan H dan E sarkoplasma bersifat
eosinofil. Adapun sebaran dari jaringan otot terdapat pada tiga daerah tubuh
yaitu otot kerangka, jantung dan dinding organ berongga. Jaringan otot memiliki
fungsi umum yaitu sebagai alat penggerak tubuh, termasuk anggota badan usus,
paru-paru dan lain-lain (Syaifuddin 1997: 12).
Bagian seperlima dari otot dapat memeperpanjang dan memperpendek
bentuknya (menguncup) dengan kata lain dapat berkontrasi. Kalau otot bekerja
keras, lama kelamaan sel otot menjadi besar (hipertrofi) dan kalau otot tidak
dipergunakan maka ia akan menjadi kecil (atrofi). Pada jaringan otot terdapat serabut
otot atau miofibril, tersusun dalam suatu berkas, sumbunya paralel dengan arah
kontraksi (Bresnick 2003: 75).
Semua sel otot kendur (refleks) secara khas
berwujud panjang dan langsing dan oleh karena itu dikenal sebagai serat otot.
Istilah ini juga dipergunakan berkenaan dengan otot jantung, namun disini
istilah serat dipergunakan secara jauh lebih longgar untuk menunjuk kepada
deretan sel otot jantung yang berhubungan secara ujung dengan ujung (terdiri
atas serat dengan panjang sedang) daripada menunjuk kepada sel individu
(Cormack 1994: 496-497).
1.2.Tujuan Pratikum
Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam bentuk dan letak sel penyusun
jaringan otot.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan
tubuh dapat bergerak, yang merupakan suatu sifat penting bagi suatu organisme.
Sel-sel jaringan lain dapat pula bergerak, tetapi gerakannya kurang
terintegrasi. Hanya kumpulan sel-sel yang menciptakan gerakan yang kuat melalui
proses kontraksi dengan gerakan searah dilaksanakan oleh otot. Sel-sel khusus
jaringan otot memiliki bangun khusus yang dikaitkan dengan aktivitas kontraksi.
Bentuknya memanjang seperti kincir, membentuk serabut (Angelina 2008: 2).
Gerak sel yang terjadi karena
sitoplasma merubah bentuk (lihat cara pergerakan dari amoeba). Jaringan otot
secara langsung mampu menghasilkan gerakan. Berdasarkan bentuk serat bangunnya, sel
otot disebut serabut otot (myofibers). Tetapi serabut otot tentu berbeda dengan
serabut jaringan ikat, karena serabut jaringan ikat bersifat ekstraseluler,
yang berbeda dengan sel. Istilah umum yang dipakai adalah myo- (otot)
dan sarko- (daging). Pada
sel-sel, sitoplasma ini merupakan benang-benang yang halus serta panjang yang
disebut dengan miofibril. Kalau seandainya sel otot mendapat suatu rangsangan,
maka miofibril akan memendekkan dirinya kearah tertentu atau berkontraksi (Syaifuddin 1997: 35).
Beberapa komponen-komponen
sel-sel otot seperti hal-hal yang lain, tetapi memiliki istilah khusus, membran
sel disebut sarkolema, sitoplasma disebut sarkoplasma, retikulum endoplasma
disebut retikulum sarkoplasma, dan mitokondria disebut sarkosoma. Sitoplasma
untuk sel otot polos disebut sarkoplasma yang mengandung sepasang sentriole.
Pada pewarnaan di H.E dalam sitoplasma sel otot polos tidak tampak adanya
struktur filamen yang merupakan komponen penting untuk kontraksi. Oleh karena
itu, sel jenis ini dinamakan otot polos (Ali 2008: 1).
Dalam sitoplasma terdapat
butir-butir glikogen yang penting sebagai
sumber energi seperti halnya sel-sel lainnya, sel
otot polos diselubungi oleh sebuah membran plasma yang dapat kita sebut dengan sarkolema. Pada serabut otot polos
memiliki bentuk seperti kincir atau gelendongan (spindel), berdiameter
tidak lebih dari 10 m. Tidak tampak adanya garis-garis melintang. Semua serabut
otot membentuk berkas dan terikat ketat oleh jalinan serabut elastik dan
retikuler antara serabut otot polos (Subowo 1992: 135).
Ada tiga macam otot
digolongkan berdasarkan struktur dan fungsi, yaitu otot rangka (skelet muscle) yang
terdapat di semua rangka tubuh, otot
jantung yang terdapat di jantung (cardiac
muscle), dan otot polos yang
terdapat di usus (smooth muscle).
Otot rangka merupakan sebuah alat
yang dapat bergerak secara aktif dan memelihara sikap tubuh. Dalam keadaan istirahat, keadaannya tidak kendur sama sekali tetapi tetap mempunyai tegangan sedikit yang disebut dengan
tonus. Pada
masing-masing orang memiliki tonus yang tidak sama
dimana tonus tergantung pada umur, jenis kelamin
dan dengan keadaan tubuhnya. Fungsi tonus antara lain yaitu memelihara sikap tubuh, pada otot dinding perut berguna untuk menahan
rangka perut, pada otot dinding pembuluh darah berguna untuk menahan tekanan darah (Syaifuddin
1997: 35).
Histologi umum otot rangka
yaitu serabut otot kerangka yang ekstra panjang, panjangnya dapat mencapai
seluruh panjang otot dengan diameter 10-120m. Serabut yang panjang ini berasal dari gabungan sel-sel mononuklear
kedalam satu serabut. Jadi, satu serabut tanpa memiliki banyak inti yang
mengambil posisi ditepi dengan letak subsarkolema pada mamalia. Pada sayatan
melintang pola garis terdiri dari garis cerah dan garis gelap. Serabut otot
bergabung menjadi berkas primer atau fasikulus. Lima sel utama yang terdapat
pada fasikulus adalah serabut otot, sel endotel, peirisit, fibroblas, dan sel
miosatelit. Serabut otot dominan. Inti yang lonjong memanjang, terutama
mengandung kromatin dengan satu atau lebih nukleolus besar. Inti sel endotel
(kapiler) dan fibroblas agak kecil dan gelap (Agelina 2008: 3).
Dalam garis besar, sel otot
dapat kita bagi dalam tiga golongan, yaitu : Otot motoris, disebut juga otot serat lintang
karena didalamnya protaplasma mempunyai garis melintang. Pada umunya otot ini
melekat pada kerangka, sehingga disebut
juga otot rangka. Bergerak menurut kemauan kita, pergerakannya cepat
tetapi lekas lelah, rangsangan dialirkan melalui saraf motoris. Saraf otonom, disebut juga otot polos karena
protoplasma licin tidak memiliki garis melintang. Otot-otot ini bekerja diluar
kemauan kita karena rangsanganya
melalui saraf otonom, Dan otot jantung, bentuknya menyerupai otot serat lintang, dimana
sel protoplasmanya terdapat serabut-serabut melintang yang bercabang-cabang
akan tetapi fungsinya seperti otot polos, yaitu dapat bergerak sendiri secara
otomatis (Syaifuddin 1997: 35).
Sel otonom dinamai sel otot polos karena memiliki
miofibril yang homogen. Bentuknya adalah gelendong dengan satu nukleus di
tengahnya. Sel otot polos sifatnya tidak sadar dan tahan lelah. Sel otot polos
terdapat pada organ-organ dalam tubuh seperti ginjal, uterus, organ reproduksi
wanita dan pria, organ sistem pencernaan, organ sistem pernapasan, iris mata,
dan pembuluh darah. Sel otot ini juga dikenal dengan nama sel otot licin (Angelina 2008: 2).
Dalam beberapa hal, Otot
jantung bersifat lurik dan invalunter berkontraksi secara ritmis dan automatis.
Mereka hanya terdapat pada miokard (lapisan otot pada jantung) dan pada pembuluh darah yang besar yang
secara langsung berhubungan dengan jantung. Pada daerah khusus yang disebut
diskus interkalaris. Miofibril-miofibril terpisah oleh deretan mitokondria yang
mengakibatkan gambaran gurat-gurat memanjang yang nyata. Gambaran lurik melintang
pada miofibril, dengan gurat-gurat A,1,2,N dan M sebagaimana pada otot rangka
juga nyata tetapi guratnya tidak sejelas terdapat pada otot rangka. Intinya
lonjong panjang dan terdapat di tengah serat diantara miofibril-miofibril yang
divergen. Sekitar inti terdapat daerah sarkoplasma berbentuk gelandong dengan
banyak mitokondria (Ali 2008: 2-3).
Struktur halus dari otot
jantung sama dengan halnya pada otot kerangka, khususnya mengenai hubungan
antara miofilamen yang halus dengan miofilamen yang tebal, sehingga
lempeng-lempeng yang tampak jelas pada miofibril tidak berbeda pula. Perbedaan
yang tampak dengan menggunakan alat bantu yang berupa mikroskop elektron yaitu
susunan sarcoplasmid retikulum dan mitokondria yang tidak teratur sehingga
berkas-berkas miofilamen yang membentuk suatu miofibril tidak disusun secara
teratur, sehingga yang terlihat dari batas-batas miofibril tidak terlihat
dengan jelas. Selain itu juga, mitokondria lebih buah sarkomer. Butir-butir
pada glikogen banyak terdapat didaerah pada lempeng (Subowo 1992: 155).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal
9 Oktober 2012, pada pukul 08.15 WIB
sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di
Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2 Alat dan
Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat
tulis, kertas catatan, mikroskop. Sedangakan bahan yang dibutukan adalah
berbagai macam preparat awetan.
3.3 Cara Kerja
Disiapkan
mikroskop yang akan digunakan dan dipastikan dalam kondisi baik. Diletakkan preparat
yang akan diamati di atas meja preparat. Diatur penerangan dan perbesaran pada
mikroskop hingga gambar tertilhat jelas. Diamati dan digambar, hasil lalu
diberi keterangan.
BAB
V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah
dilaksanakan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Sel otot lurik memiliki garis terang dan
garis gelap yang berselang-selang yang membentuk suatu pola lurik pada selnya,
sel berbentuk serabut memanjang dan bercabang, inti sel dipinggir dan bekerja
sesuai kehendak tubuh.
2. Sel otot jantung memiliki bentuk yang
mirip dengan sel otot lurik tetapi tidak membentuk percabangan dan inti sel
berada ditengah, otot ini bekerja diluar kehendak tubuh.
3. Sel otot jantung terletak di pusat jantung
sedangkan sel otot lurik
melekat pada rangka tubuh.
4. Sel
otot polos memiliki bentuk sederhana, tidak memiliki garis-garis pada
selnya, inti berbentuk bulat ditengah sel dan ujungnya meruncing, sel ini
bekerja diluar kehendak kita.
5. Contoh kelainan dan penyakit pada otot
antara lain kram, tetani, hipertrofi, atrofi, dan distrofi otot.
DAFTAR
PUSTAKA
Diakses pada tanggal 06 Oktober
2012.
Bresnick, S. 2003. Intisari
Biologi. Jakarta. Hipokrates.
Campbell, N.A. 2003. Biologi Jilid II.
Jakarta. Erlangga.
Cormack, D.H. 1994. HAM Histologi. Jakarta.
Binarupa Aksara.
Fawcett, D.W. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta. EGC.
Geneser, F.
1994. Buku Teks Histologi. Jakarta. Binarupa Aksara.
Syarifuddin,
B.Ac. 1997. Anatomi Fisiologi
untuk Siswa Perawat. Jakarta. EGC.
ABSTRAK
Praktikum ini
berjudul “Jaringan Otot”.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam
bentuk dan letak sel penyusun jaringan otot. Praktikum ini dilaksanakan
pada hari Selasa, tanggal 9 Oktober 2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan
10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium
Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sriwijaya, Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
alat tulis, kertas catatan, mikroskop. Sedangakan bahan yang dibutukan adalah
berbagai macam preparat awetan. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah
berbagai macam bentuk sel penyusun jaringan otot, sedangkan kesimpulan yang
diperoleh adalah sel otot jantung
terletak di pusat jantung sedangkan sel otot lurik melekat pada rangka tubuh.
LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“JARINGAN
KULIT”
OLEH
:
NAMA :
RISMA VIVI AMALIA
NIM :
08111004037
KELOMPOK : X (SEPULUH)
ASISTEN : M.
IQBAL ROBYANTO
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar
Teori
Di
dalam tubuh kita manusia sebagai sebuah sistem, terdiri dari berbagai bagian
yang berbeda fungsi dan saling melengkapi. Dilihat Penting bagi
kita untuk memiliki pengetahuan dasar yang cukup tentang struktur dan fungsi
yang normal dari suatu organ sebelum bisa memahami struktur dan fungsi yang
abnormal. Kulit seperti lapisan penghias pada ‘kue’ anatomi. Kulit merupakan
bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan. Kulit bagaikan kertas pembungkus yang memberikan
keindahan, dan tanpanya makhluk hidup tidak hanya tidak terlihat menarik,
tetapi berbagai fenomen fisiologis yang tidak menyenangkan bisa membawa ke arah
kematian (Graham-Brown 2005: 1).
Selain
berfungsi sebagai organ panca indera, jaringan kulit juga berfungsi sebagai
pelindung tubuh, memelihara panas tubuh, dan memelihara penguapan. Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi
seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya.
Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika
ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 %
dari berat badan seseorang. Kita perlu memberikan perhatian khusus dalam
perawatan kulit karena kita hidup di negara yang beriklim tropis yang selalu
berudara panas, dan kulit merupakan pertahanan pertama terhadap lingkungan
sekitar kita, juga kulit kita paling banyak diganggu oleh sengatan sinar matahari
dan kotoran keringat badan (Anonima 2012: 1).
Kulit menutup tubuh manusia pada daerah tubuh yang paling
luas dari kepala sampai ke kaki. Diduga dengan bertambahnya usia, kadar asam
amino pembentuk kolagen pun berkurang sehingga kalogen yang terbentuk bermutu
rendah, selain itu kalogen kehilangan kelembaban dan menjadi kering serta kaku.
Akibatnya jaringan penunjang itu tak mampu menopang kulit dengan baik, seperti
yang tampak pada kulit orang tua yang makin lama makin kendur dan kurang
lentur. Perubahan susunan molekul kolagen ini merupakan salah satu faktor utama
yang membuat kulit manusia lebih cepat keriput, timbul pigmentasi, kehilangan
kelembaban dan elastisitas (Alya 2004: 5).
Secara
garis besar, lapisan kulit dibagi menajdi dua bagain yaitu kulit luar
(epidermis) dan kulit bagain dalam (dermis). Saat tubuh manusia mengalami
penuaan, beberapa bagian juga mengalami penurunan fungsi berupa pertumbuhan
epidermis lambat, sel fibroblas pada lapisan dermis yang mati tidak ada ganti,
kolagen menjadi lebih tipis, produksi kelenjar keringat dan kelenjar minyak
menurun, dan berkurangnya lemak (Graham-Brown 2005: 3).
Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit di
berbagai daerah tubuh sangat berbeda. Sifat-sifat anatomis yang khas,
berhubungan erat dengan tuntutan faali yang berbeda di masing-masing daerah
tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak kaki, merupakan
pencerminan penyesuaiannya kepada fungsinya masing-masing. Kulit di daerah
tersebut berbeda ketebalannya, keeratan hubungannya dengan lapisan bagian
dalam, dan berbeda pula dalam jenis serta banyaknya andeksa yang ada di
dalam lapisan kulitnya. Pada permukaan kulit terlihat adanya garis-garis halus
yang membentuk pola yang berbeda di berbagai daerah tubuh serta bersifat khas
bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan, telapak tangan atau
dikenal dengan pola sidik jari (Moeloek 2007: 10).
Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi
kurang elastis dan mudah mengendur hingga
timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan
kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi.
Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai peran penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Perlu diperhatikan
bahwa luka yang terjadi di kulit sangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan
memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki
kulit ari (Anonimb 2012: 1).
1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui struktur dan perkembangan jaringan
kulit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam kulit terdapat banyak
struktur yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Keseluruhan kulit
(semua struktur dan lapisan jaringan) disebut sistem intergumen. Jaringan Kulit atau kutis adalah pelindung tubuh yang
paling luar yang tersusun atas beberapa lapisan jaringan. Kulit memiliki banyak
fungsi seperti menerima rangsangan dari luar, melindungi diri dari infeksi dan
luka, mencegah kekeringan, membantu pengaturan suhu tubuh, mengeluarkan
keringat, menyimpan lemak dan membuat vitamin D (Stockley 2005: 82).
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan
yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling luar, kulit
jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan penyambung di bawah kulit (tela
subkutanea, hipodermis atau subkutis). Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang
paling menarik untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, Ketebalan epidermis
berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1
milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis
berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut.
Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada
dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan
antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis
(Anonima 2012: 1).
Epidermis tersusun atas beberapa lapisan
(stratum) yaitu Stratum korneum merupakan sel mati yang mengandung keratin
(suatu protein yang tahan air), sel ini terus menerus mengalami penuaan dan
terkelupas. Stratum granulosum merupakan sel bergranula yang lama-kelamaan akan
mati kemudian terdorong ke atas menjadi bagian stratum korneum karena tidak
memiliki pembuluh darah sebagai penyuplai makanan dan oksigen. Stratum
germinativum tersusun atas dua lapisan sel, lapisan paling atas (stratum
spinosum) mengandung sel-sel baru. Sel-sel akan terdorong ke atas karena di
bawahnya terbentuk sel-sel baru yang dibuat oleh sel yang terus membelah yaitu
lapisan malpighi atau stratum basale (Stockley 2005: 82).
Suatu sel dari stratum basale (sel aktif
membelah) membutuhkan kurang lebih 8-10 minggu untuk mencapai permukaan
epidermis dan sel-sel yang hilang dari permukaan sama banyaknya dengan sel-sel
yang diproduksi pada stratum basale sehingga ketebalan epidermis selalu tetap.
Keseimbangan ini dipertahankan oleh stimulator-stimulator dan
inhibitor-inhibitor pertumbuhan seperti epidermal
growth factor (EGF) dan transforming growth
factor alfa dan beta. Sel-sel pada permukaan kulit yang membentuk stratum
korneum, adalah sel-sel mati yang telah mengalami keratinisasi yang secara
bertahap terkikis oleh kerusakan yang terjadi tiap hari (Graham-Brown 2005: 2).
Lapisan subkutan merupakan lapisan lemak
(jaringan adiposa) di bawah dermis yang merupakan tempat penyimpanan lemak.
Serat-serat elastis di dalamnya menghubungkan dermis dengan organ-organ di
bawahnya, seperti misalnya otot. Lapisan ini berfungsi sebagai lapisan
insulasi. Kelenjar minyak terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan
dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke
dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak
yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk
sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki,
kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka
(Stockley 2005: 82-83).
Sesudah 4 bulan, epidermis menjadi epitel
berlapis banyak yang terdiri atas beberapa lapisan sel, yaitu Stratum germinativum
atau sel basalis; Stratum granulosum, lapisans sel di atas stratum germinativum, sel yang mengandung
granula keratohialin; Stratum lucidum, di atas stratum granulosum, sel tipis
dan bening keratohialin degeneratif; Stratum corneum, sel gepeng pada pemukaan
sel, sitoplasma menjadi sel mati bertanduk/kornifikasi dengan inti
berdegenerasi, Kornifikasi tidak
intensif pada beberapa daerah, lapisan merah bibir dan anus (Moeloek 2007: 16).
Kulit jangat atau dermis menjadi
tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat,
kelenjar minyak, pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut. Sel
umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam
membentuk batang rambut. Kelenjar minyak yang menempel di saluran kandung
rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung
rambut. Kulit jangat 95 % membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit
jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak
mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki.
Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar
yang menyerupai selai dan sel-sel (Anonimb 2012: 1).
Kulit pada setiap organisme memiliki warna
tersendiri karena memiliki pigmen. Warna kulit
tergantung pada 3 (tiga) komponen menurut derajat yang bervariasi. Jaringan
memiliki warna inheren kekuningan akibat kandungan karoten. Adanya Hb
beroksigen dalam dasar kapiler dari dermis memberinya warna kemerahan. Dan
warna kecoklatan sampai kehitaman adalah akibat jumlah pigmen melanin yang
bervariasi. Dari ketiga substansi berwarna ini hanya melanin yang dihasilkan di
kulit. Melanin adalah produk dari melanosit (Alya 2004: 1).
Suatu pigmen coklat yang
melindungi kulit terhadap sinar ultraviolet dengan cara menyerap energi cahaya.
Pigmen ini ditemukan di semua lapisan epidermis orang-orang daerah tropis
sehingga kulit mereka berwarna gelap. Orang yang berkulit pucat, hanya memiliki
melanin di lapisan epidermis bagian bawah. Namun melanin tersebut dapat
diproduksi lebih bila terkena sinar matahari langsung yang menyebabkan kulit
berwarna coklat. Orang dengan melanin yang hanya terdapat di lapisan epidermis
bawah memiliki kulit pucat. Pigmen karoten bersama dengan melanin akan
menghasilkan warna kulit kuning langsat. Kulit berwarna gelap disebabkan oleh
banyaknya melanin di semua lapisan epidermis (Stockley 2005: 82).
Ketegangan dan elastisitas adalah kemampuan
utama yang dimiliki kulit. Ketegangan merupakan sifat yang memampukan kulit
menahan peregangan. Ketegangan paling jelas pada kulit yang padat dengan
jaringan fiber elastik, khususnya jika kulit tersebut tipis. Garis anatomis
ketegangan disebut garis Langer.
Elastisitas menunjuk kepada kemampuan kulit untuk kembali ke bentuk normal
setelah dilakukan peregangan eksternal. Seperti ketegangan, elastisitas menurun
dengan bertambahnya umur. Kekuatan peregangan adalah daya tahan kulit terhadap
robekan pada ketegangan. Rata-rata ketegangan adalah 1,8 kg/m2.
Kekuatan peregangan yang lebih rendah dari normal ditemukan pada penyakit seperti Sindroma Ehlers-Danlon dimana terdapat
defek produksi kolagen (Schwartz 2000: 217).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 16
Oktober 2012, pada pukul 08.15 WIB
sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat
di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2 Alat dan
Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki
bedah, cutter atau gunting, kaca objek, mikroskop, dan pinset. Sedangakan bahan
yang dibutukan adalah Mus musculus.
3.3 Cara Kerja
Diletakkan bahan yang akan diambil dsn
diltakkan diatas baki. Mencit dibedah, diambil sebagian kulit mencit sebanyak 2
sayatan dan diletakkan diatas kaca objek. diamati di bawah mikroskop dan ditentukan bagian bagiannya. Digambar
dalam kertas kerja dan diberi keterangan.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kulit berfungsi untuk melindungi organ-organ dalam tubuh, sebagai alat
ekskresi, berfungsi dalam penyerapan, menjaga suhu tubuh, dan menyempurnakan
bentuk tubuh.
2. Kulit terdiri dari tiga lapisan utama,
yaitu epidermis,dermis, dan hipodermis.
3. Terdapat tiga kelenjar yang terdapat pada
jaringan kulit, yaitu kelenjar keringat, kelenjar minyak, dan kelenjar adiposa.
4. Kelenjar keringat berfungsi sebagai alat
ekskresi yang mengeluarkan keringat untuk menjaga suhu tubuh.
5. Kelenjar minyak berfungsi untuk
mengsekresi minyak agar menjaga kelembaban kulit.
6.
Kelenjar
lemak atau adiposa berfungsi untuk resistansi terhadap air yang akan masuk ke
dalam tubuh melalui kulit.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2012. Jaringan Kulit. www.pdf.kq5.org/doc/jaringan-kulit. Diakses pada tanggal
14 Oktober 2012.
Cormack, D.H. 1994. HAM Histologi. Jakarta.
Binarupa Aksara.
Geneser, F. 1994. Buku Teks Histologi. Jakarta.
Binarupa Aksara.
Graham-Brown, R. 2005. Dermatologi.
Jakarta. Erlangga.
Stockley, C. 2005. Kamus biologi
bergambar. Jakarta. Erlangga.
Schwartz, S.I. 2000. Intisari
prinsip-prinsip ilmu bedah. Jakarta. EGC.
ABSTRAK
Praktikum ini
berjudul “Jaringan Kulit”. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan
perkembangan jaringan kulit pada hewan. Praktikum ini dilaksanakan
pada hari selasa, tanggal 16 Oktober 2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan
10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah baki bedah, cutter atau gunting, kaca objek, mikroskop, dan pinset. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Mus
musculus. Hasil
yang diperoleh dalam praktikum ini adalah mengetahui struktur jaringan epidermis sel dermis Mus
musculus,
sedangkan kesimpulan yang diperoleh adalah setiap jaringan kulit
pada hewan memiliki struktur yang berbeda-beda tiap kelas nya.
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“JARINGAN
SARAF”
OLEH
:
NAMA :
RISMA VIVI AMALIA
NIM :
08111004037
KELOMPOK : X (SEPULUH)
ASISTEN : M.
IQBAL ROBYANTO
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar
Teori
Jaringan
saraf adalah jaringan yang merasakan adanya stimulus atau rangsangan dan
menghantarkan sinyal dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lainnya. Unit
fungsional jaringan saraf adalah neuron, atau sel saraf yang secara unik
dikhususkan untuk menghantarkan sinyal yang disebut impuls saraf. Neuron
terdiri atas sebuah badan sel dan dua atau lebih penjuluran, atau proses yang
disebut dendrit dan akson. Dendrit menghantarkan impuls dari ujung menuju
bagian neuron yang lainnya. Akson menghantarkan impuls menuju neuron lainnya
atau menuju efektor, suatu struktur yang melakukan respon tubuh (Campbell 2004:
8).
Sel saraf mempunyai kemampuan iritabilitas dan
konduktivitas. Iritabilitas artinya mempunyai kemampuan sel saraf untuk bereaksi terhadap perubahan lingkungan. Konduktivitas
artinya kemampuan sel saraf untuk membawa impuls-impuls saraf. Sistem saraf
tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempuyai bentuk yang bervariasi.
Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam
kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan)
antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan
sel yang lainnya berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar
dan dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan
terhadap rangsangan, contohnya otot dan kelenjar (Cormack 1994: 177).
Kepekaan atau iritabilitas tubuh atau kemampuan untuk
merespons rangsangan bergantung pada penghantaran impuls saraf oleh serabut sel
saraf (neuron). Serabut saraf pembawa impuls ke otak dan sumsum tulang belakang
merupakan bagian dari sistem aferen, sedangkan yang membawa impuls dari otak
dan sumsum tulang belakang adalah bagian dari sistem eferen. Serabut saraf di
luar otak dan sumsum tulang belakang, menyusun saraf tubuh yang dikenal sebagai
sistem saraf perifer atau sistem saraf tepi (Stockley 2005: 78).
Sistem saraf pusat adalah pusat dari seluruh pengendalian
tubuh. Pada sistem saraf pusat terjadi koordinasi semua peristiwa mekanis dan
kimiawi dengan bekerja sama dengan
hormon. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.
Berjuta-juta saraf di tubuh membawa pesan atau impuls saraf menuju dan dari
daerah pusat ini. Sistem saraf pusat terdiri dari otak, sumsum tulang belakang,
dan neuroglia atau glia (Stockley 2005: 74).
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel neuron. Fungsi sel
saraf yaitu untuk mengirimkan sinyal atau pesan impuls beruipa rangsangan atau
tanggapan. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat
sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit). Dendrit berfungsi mengirimkan
impuls ke dalam sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari
badan sel ke jaringan yang lainnya. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel.
Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak yang disebut myelin yang merupakan kumpulan sel
Schwann yang menempel pada akson (Anonim 2012: 1).
Jaringan saraf tersusun atas sel-sel neuron. Tiap neuron
atau sel saraf terdiri dari badan sel saraf,
cabang dendrit dan cabang akson. Cabang-cabang inilah yang menghubungkan
tiap-tiap sel saraf sehingga membentuk jaringan saraf. Terdapat tiga macam sel
saraf yaitu sel saraf
sensorik, berfungsi untuk menghantarkan rangsangan dari reseptor (penerima
rangsang) ke sumsum tulang belakang. Sel saraf motorik, berfungsi menghantarkan
impuls motorik dari susunan sel saraf pusat ke efektor. Sel saraf penghubung,
merupakan penghubung sel saraf yang satu dengan sel saraf yang lainnya (Geneser
1994: 115).
1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui struktur dan perkembangan jaringan saraf pada hewan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan saraf merupakan jenis keempat dari jaringan
dasar terdapat hampir di seluruh jaringan tubuh
sebagai jaringan komunikasi. Dalam melaksanakan fungsinya, jaringan
saraf mampu menerima rangsang dari lingkungannya, mengubah rangsang tersebut
menjadi impuls, meneruskan impuls tersebut menuju pusat dan akhirnya pusat akan
memberikan jawaban atas rangsangan tersebut. Rangakaian kegiatan tersebut dapat
terselenggara karena bentuk sel saraf yang khas yaitu
mempunyai tonjolan yang panjang dan bercabang-cabang. Selain berkemampuan utama
dalam merambatkan impuls, sejenis sel saraf berkemampuan bersekresi seperti
halnya sel kelenjar endokrin. Sel saraf demikian dimasukkan dalam kategori
neroen-dokrin yang sekaligus menjadi penghubung antara sistem saraf dan sistem
endorin (Anonim 2012: 2).
Sistem saraf terdiri atas seluruh jaringan saraf pada
organisme dan fungsi utamanya adalah komunikasi. Sel-sel saraf dengan sifat
elekrofisiologis yang khusus dan bentuk struktural dengan prosesus-prosesus yang sangat panjang, dikhususkan untuk fungsi
komunikasi ini. Pada sel saraf atau neuron, fungsi-fungsi seluler umum
disebut iritabilitas dan konduktivitas, mencapai perkembangannya yang
paling tinggi. Iritabilitas berarti kemampuan sel untuk memberi reaksi terhadap
berbagai rangsangan, sedangkan konduktivitas menunjukkan kemampuan untuk
meneruskan efek dari perangsangan ke bagian lain dari sel tersebut (Geneser
1994: 293).
Badan sel
yaitu bagian sel saraf yang mengandung inti, maka kadang-kadang bagian ini
disebut pula perikaryon. Bentuk dan ukuran dapat beraneka ragam, tergantung
fungsi dan letaknya . inti sel biasanya terletak sentral, walaupun
kadang-kadang dapat eksentrik. Biasanya berbentuk bulat dan berukuran besar. Di
dalmnya terdapat butir-butir khromatin halus yang tersebar. Nukleous biasanya
besar sehingga kadang dapat disangka sebagai intinya sendiri. Penampilan inti
yang demikian merupakan ciri khas dari sel saraf. Dalam nukleous banyak
mengandung molekul RNA yang penting untuk kegiatan sel terutama dalam sintesis
protein, sehingga mengikat warna basofil. Sitoplasma sel saraf mengandung
berbagai macam organela seperti halnya jenis sel lain (Anonim 2012: 2).
Sistem
eferen adalah sistem kedua dari sel saraf (neuron) di dalam tubuh.
Benang-benang neuronnya membawa impuls dari otak menuju sumsum tulang belakang
dan seluruh tubuh. Sel saraf yang terlibat adalah semua neron motorik pada
tubuh. Impuls yang dibawa akan merangsang kerja permukaan otot rangka atau di
dalam kelenjar dan otot polos. Pada dinding organ pembuluh darah. Semua organ
ini secara kolektif disebut efektor (Stockley 2005: 80).
Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur
kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter yang disebut vesikula sinapsis.
Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuronpran-sinapsis.
Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut
post-sinapsis. Bila impuls sampai ke ujung neuron maka vesikula bergerak dan
melebur dengan membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan
neurotransmitter berupa asetilkolin. Neurotransmitter adalah suatu zat kimia
yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis.
Neurotransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang terdapat di
seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik dan dopamin serta
serotonin yang terdapat di otak (Anonim 2012: 3).
Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang
(treshold) tidak akan menghasilkan impuls yang dapat merubah potensial listrik.
Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka impuls akan dihantarkan sampai ke
ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih
besar pada periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah. Penghantar impuls
melalui sinapsis, titik temu antara terminal akson salah stu neuron dengan
neuron lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk
tonjolan sinapsis (Cormack 1994: 178).
Reseptor
adalah bagian dari sistem aferen yang mengirimkan impuls ketika dirangsang.
Kebanyakan resepto berupa satu ujung cabang suatu dendron. Panjang neuron
sensori urutan pertama atau berupa kumpulan ujung cabang dendron.
Reseptor-reseptor tersebut tertanam dalam jaringan tubuh dan banyak diantaranya
yang memiliki suatu struktur tertentu di sekitarnya (contohnya tonjolan
pengecap pada lidah). Resepto terdapat
ditemukan di seluruh tubuh, baik di permukaan pada kulit, organ pengindera,
otot rangka, dan lainnya maupun jauh di dalam tubuh yang terhubung dengan organ
dalam, dinding pembuluh darah (Stockley 2005: 79).
Penghantar impuls yang baik yang berupa rangsangan
ataupun tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya
perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada waktu
sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian
luar dan kutub negatif terdapat di bagian sel saraf.
Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya
pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini
(depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan
gelombang perbedaan potensial bervariasi antara satu sampai dengan 120 m per
detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin
(Geneser 1994: 115).
Sel saraf sensorik berfungsi sebagai penghantar impuls
dari reseptor ke sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Sel
saraf intermediet disebut juga sel saraf
asosiasi.
Sel ini ditemukan didalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel
saraf motor dan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf yang
lainnya yang ada didalam sistem saraf pusat. Sel ini menerima impuls dari
reseptor sensori atau berhubungan dengan saraf yang lainnya. Kelompok kelompok
serabut saraf, akson dan dendrite bergabung dalam satu selubung dan membentuk
urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul diimpuls, dan diantarkan
melalui beberapa cara, diantaranya melalui sel saraf dan sinapsis (Cormack
1994: 177).
Antara saraf motor
dan otot terdapat sinapsis berbentuk cawan dengan membran pra-sinapsis
dan membran post-sinapsis yang terbentuk dari sarkolema yang mengelilingi sel
otot. Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis saraf-saraf lainnya. Sistim saraf
pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang. Keduanya merupakan organ yang sangat
lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain
tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi tiga lapisan
selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang
yang disebut meningtis. Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam
adalah durameter merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak.
Araknoid disebut demikian karena bentuknya seperti sarang laba-laba (Geneser
1994: 115).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 23
Oktober 2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2 Alat dan
Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki bedah, gunting, lup dan pinset.
Sedangkan bahan yang dibutuhkan
adalah Mus musculus.
3.3 Cara Kerja
Dibedah bagian
kepala mencit, diamati bagian
otaknya menggunakan lup,
digambar dan diberi keterangan.
BAB
V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Otak
besar berfungsi mengatur pergerakkan tubuh, otak tengah berfungsi mengendalikan
visual, dan otak kecil berfungsi mengatur posisi tubuh dan keseimbangan.
2.
Jaringan
saraf terdiri dari sistem saraf pusat yang terdiri dari otak dan medula
spinalis, serta sistem saraf tepi yang terdiri dari semua jaringan saraf di
luar otak dan medula spinalis.
3.
Pada
vertebrata terdapat 3 bagian otak, yaitu otak besar, otak tengah, dan otak
kecil.
4.
Sebuah sel saraf
memiliki satu badan sel yang lengkap dengan sitoplasma dan inti sel.
5.
Setiap
neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit.
DAFTAR PUSTAKA
Diakses pada tanggal 18 Oktober
2012.
Campbell, N.A.
2004. Biologi Jilid III. Erlangga :
Jakarta.
Cormack, D.H. 1994. HAM Histologi. Binarupa
Aksara : Jakarta.
Fawcett, D.W. 2002. Buku
ajar histologi. EGC : Jakarta.
Geneser, F. 1994. Buku Teks Histologi.
Binarupa Aksara : Jakarta.
Siregar, A. 2008. Biologi pertanian. Depdiknas : Jakarta.
Stockley, C. 2005. Kamus biologi
bergambar. Erlangga : Jakarta.
Watson, R. 2002. Anatomi dan
fisiologi untuk perawat. EGC : Jakarta.
ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “Jaringan
Saraf”. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur
dan perkembangan jaringan saraf pada
hewan. Praktikum
ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 23 Oktober 2012, pada pukul 08.15
WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi
, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah baki bedah,
gunting, lup, dan pinset. Sedangkan bahan yang dibutuhkan
adalah Mus musculus. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini
adalah mengetahui struktur jaringan
saraf dari Mus
muculus, sedangkan kesimpulan yang diperoleh adalah setiap jaringan saraf pada hewan memiliki struktur yang
berbeda-beda tiap tingkatan kelas nya.
LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“JARINGAN
IKAT”
OLEH
:
NAMA :
RISMA VIVI AMALIA
NIM :
08111004037
KELOMPOK : X (SEPULUH)
ASISTEN : M.
IQBAL ROBYANTO
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar
Teori
Jaringan ikat satu-satunya yang secara normal
mengandung substansi mukoid interseluler adalah tali pusat. Jaringan ikat yang
mengalami degenerasi mukoid, mengandung substansi interseluler yang akan
memisahkan sel jaringan ikat sehingga sel akan tampak bercabang-cabang dan
dinamakan sel bintang (stelatte).
Jadi sel stelatte ini dipisahkan satu dengan lainnya oleh musin iterseluler.
Degenerasi mikrosomatosa atau degenerasi mukoid jaringan ikat sering terjadi
pada mebrana mukosa yang mensekresi mukus atau pada tumor epitelial maupun
tumor jaringan ikat (Sudiono 2001: 13).
Jaringan
adalah kumpulan sel-sel dengan struktur dan fungsi yang sama. Jenis jaringan
yang berbeda memiliki struktur berbeda yang sesuai dengan fungsinya. Suatu
jaringan disatukan oleh suatu matriks ekstraseluler lengket yang melapisi
sel-sel itu atau menenun mereka bersama-sama menjadi suatu anyaman serat.
Sesungguhnya, istilah jaringan berasal dari bahasa Latin yang berarti
“tenunan”. Kita dapat mengelompokkan jaringan ke dalam empat kategori utama
yaitu jaringan epitelium, jaringan ikat, jaringan saraf, dan jaringan otot.
Keempat macam jaringan
tersebut ditemukan pada semua hewan terkecuali hewan yang paling
sederhana (Campbell
2004: 5).
Rongga
badan utama dilapisi oleh membran serrosa peritoneum yang melapisi rongga
perut, pleura, dan rongga dada. Membran terdiri atas selapis tipis jaringan
ikat longgar, biasa ditutupi oleh mesotel, sejenis epitel gepeng berasal dari
mesoderm. Perluasan peritoderm mirip lembaran tipis terjulur dari dinding
posterior rongga perut membentuk mesenterium, yang menunjang usus. Mereka ini
lembaran-lembaran jaringan ikat longgar sangat tipis yang kedua sisinya
ditutupi mesotel. Pada mamalia kecil, mesenterium ini demikian tipisnya
sehingga dapat direntangkan di atas kaca objek untuk mempelajari penampilan
jaringan ikat tanpa diiris (Fawcett 2002: 143).
Sel Mast merupakan sel jaringan ikat berbentuk bulat sampai lonjong yang
sitoplasmanya dipenuhi granul sekretori basofilik. Inti bulatnya yang agak
kecil terletak di tengah, inti sel mast sering ditutupi granul sitoplasmanya.
Plasmasel merupakan sel lonjong dan besar, dengan sitoplasma basofilik karena banyaknya
reticulum endoplasma kasar. Serat jaringan ikat dibentuk dari protein yang
berpolimerisasi menjadi struktur panjang. Ketiga jenis utama serat jaringan ikat
adalah kolagen, retikulin, dan elastin. Serat kolagen dan retikulin terdiri
atas protein
kolagen, dan serat elastin terutama terdiri protein elastin. Serat retikulin terutama terdiri atas kolagen tipe III (Wahyudi 2009: 2).
Semua hewan
kecuali hewan yang paling sederhana (spons dan coelentrata) dan beberapa hewan
cnidaria, jaringan-jaringan yang berbeda fiorganisasikan membentuk organ. Pada beberapa organ, seperti
kulit hewan vertebrata, jaringan itu tersusun dalam lapisan-lapisan. Lambung
vertebrata terdiri atas empat lapisan jaringan utama. Epitelium yang tebal
melapisi lumen dan mengsekresi mukus dan getah pencernaan ke dalam lumen.
Keseluruhan lambung juga masih dibungkus lagi oleh selapis jaringan ikat
(Campbell 2004: 9).
Penelitian terhadap kejadian intrasel dalam
biosintesis kolagen menghasilan pengertian yang lebih baik tentang patogenesis
penyakit bawaan dan yang didapat tertentu. Pada manusia, kekurangan vitamin C
yang berat berakibat gangguan pembentukkan kolagen, disebut scurvy. Vitamin C (asam askorbat)
diperlukan untuk hidroksilasi enzimatik dari residu prolil dan lisil dari
kolagen. Jika ia tidak ada, maka molekul prokolagen tidak mempunyai residu
hidroksiprolin dan terbentuk triple helix
yang tidak stabil. Ini berakibat pertumbuhan tulang abnormal, fraktur sukar
sembuh, dan cenderung berdarah, karena fragilitas kapiler dan pembuluh darah
kecil lain (Fawcett 2002: 149).
1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui bentuk eritrosit, leukosit dan trombosit
pada jaringan hewan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan ikat longgar paling banyak ditemukan di dalam
tubuh. Jaringan ini terdiri dari kumpulan sel fibroblas, sel mast, sel
makrofag, sel lemak, serat elastin, dan serat kolagen. Jaringan ini memiliki
ciri sel-selnya jarang dan sebagian besar tersusun atas matriks. Dalam matriks
jaringan ikat longgar hanya sedikit ditemukan serabut. Fungsi utama jaringan
ikat longgar adalah pengikat dan pengepak material, dan sebagai tumbuhan bagi
jaringan dan organ lainnya. Jaringan ikat longgar di kulit membatasi dengan
otot. Contohnya: mesenkim (pada embrio), mukoid (pada tali pusat), areolar
(organ pada umumnya), lemak (jaringan subkutis), retikular (sumsum tulang dan
limfonodus). Jaringan ikat padat atau sering disebut jaringan pengikat serabut
putih karena pada matriksnya mempunyai serat-serat yang berhimpitan yang
terbuat dari serat kolagen
(Anonima 2012: 1).
Jaringan
ikat yang paling banyak terdapat dalam tubuh vertebrata adalah jaringan ikat longgar
(loose connective tissue). Jaringan
ini mengikatkan epithelium dengan jaringan di bawahnya dan berfungsi sebagai
bahan pengemas, yang menjaga agar organ tetap berada ditempatnya. Jenis
jaringan ikat ini dinamai demikian karena serat-seratnya tertenun longgar.
Jaringan ikat longgar memiliki ketiga jenis serat yang ada; berkolagen, serat
elastic, dan serat retikuler. Diantara sel-sel yang tersebar dalam anyaman
berserat jaringan ikat longgar tersebut, ada dua jenis mendominasi; fibriblas
dan makrofaga. Fibroblast mensekresikan unsure protein serat ekstraseluler.
Makrofaga adalah sel-sel amoeboid yang berkeliaran si seluruh jaringan serat,
yang menelan bakteri dan serpihan-serpihan sel-sel mati melalui fagisitosis
(Campbell 2003: 7).
Jaringan
pengikat berbeda dengan jaringan epitel, jaringan pengikat mengandung matriks
yang sangat banyak. Jaringan pengikat berfungsi: untuk mengikat satu alat
dengan alat lain, untuk membungkus alat-alat, untuk mengganti jaringan yang
rusak (luka), untuk menetralkan racun dan untuk membentuk kerangka penyokong.
Atas dasar struktur dan fungsinya, jaringan pengikat dibedakan atas tiga macam
jaringan yang masing-masing dapat dibagi lagi menjadi jaringan-jaringan yang
lebih khas: jaringan pengikat sebenarnya, jaringan pengikat rangka tulang rawan
hialin, jaringan pengikat cair (Pearce 1999: 135).
Serat
elastis (elastic fiber) adalah
untaian panjang yang terbuat dari protein yang disebut elastin. Serat elastic
memberikan suatu sifat seperti karet yang melengkapi kekuatan serat berkolagen
yang tidak elastic. Ketika anda mencubit bagian belakang telapak tangan anda
dan kemudian melepaskannya, serat elastic akan dengan cepat memulihkan kulit
anda ke bentuk semulanya. Serat retikuler (reticular
fiber) adalah serat yang sangat tipis dan bercabang. Tersusun atas kolagen
dan tersambung dengan serat berkolagen, serat ini membentuk suatu anyaman yang
ditenun dengan ketat yang menghubungkan jaringan ikat dengan jaringan yang ada
disebelahnya (Campbell 2003: 5).
Jaringan
ikat diseluruh tubuh mengandung sedikit sel mobil yang memiliki kesanggupan
besar untuk fagositosis. Makrofag ini berperan dalam mempertahankan jaringan
normal dengan memakan sel mati dan debris sel dan benda renik lain dan memecah
enzim dengan lisosomnya. Mereka adalah juga garis pertahanan pertama terhadap
infeksi, dengan lahap memakan dan menghancurkan bakteri yang masuk. Mereka juga
partisipan yang harus ada pada pertahanan immunoglobulis tubuh dengan memproses
dan menyajikan antigen pada limfosit yang mampu menghasilkan antibody protektif
(Fawcett 2002 : 134).
Jaringan
adipose (adipose tissue) adalah
bentuk khusus dari jaringan ikat longgar yang menyimpan lemak dalam sel-sel
adipose yang tersebar di seluruh matriksnya. Jaringan adipose melapisi dan
menginsulasi tubuh, serta menyimpan molekul-molekul bahan bakar. Setiap sel
adipose mengandung suatu butiran lemak besar yang membengkak ketika lemak
disimpan dan akan mengkerut ketika tubuh menggunakan lemak itu sebagai bahan
bakar. Factor keturunan, olahraga, dan jumlah lemak yang kita makan dapat
mempengaruhi jumlah lemak yang kita makan dapat mempengaruhi jumlah lemak yang
tersimpan dalam sel adipose kita. Terdapat juga beberapa bukti bahwa jumlah
lemak yang kita simpan ketika kita masih bayi turut menentukan jumlah sel-sel
lemak dalam jaringan ikat kita
(Campbell 2003: 7).
Sel
adipose atau sel lemak adalah sel tetap jaringan ikat yang dikhususkan bagi
sintesis dan penimbunan lipid. Sel-sel ini mengumpulkan lipid begitu banyaknya
sehingga intinya menggepeng dan terdesak ke satu sisi dan sitoplasmanya tesisa
berupa lapisan tpis mengelilingi tetes lipid sangat besar. Begitu tidak
mencoloknya inti dan sitoplasma sehingga sel lemak dalam jaringan ikat tidak
dipulas tampak sebagai tetes lemak besar dan mengkilap. Mereka terdapat satu
dalam jaringan ikat namun lebih sering terlihat berkelompok dengan ukuran
bervariasi. Mereke cenderung mengumpul sepanjang pembuluh darah kecil. Bila
jumahnya begitu besar, sehingga menjadi unsur utama sel, maka mereka membentuk
jaringan adipose (Fawcett 2002: 134).
Serat
jaringan ikat, yang terbuat dari protein, terdiri atas tiga jenis: serat
berkolagen, serat elastic, dan serat retikuler. Serat berkolagen (collagenous fiber) terbuat daari
kolagen, yang mungkin merupakan protein yang paling berlimpah dalam kingdom
hewan. Serat berkolagen bersifat tidak elastic dan tidak mudah robek jika
ditarik mengikuti panjangnya. Jika anda mencubit dan menarik sebagian kulit
belakang telapak tangan anda, kolagenlah yang berperan besar dalam menjaga
daging itu tidak lepas dari tulang (Campbell 2003: 5).
Rongga
badan utama dilapisi oleh membran serrosa peritoneum yang melapisi rongga
perut, pleura, dan rongga dada. Membran terdiri atas selapis tipis jaringan
ikat longgar, biasa ditutupi oleh mesotel, sejenis epitel gepeng berasal dari
mesoderm. Perluasan peritoderm mirip lembaran tipis terjulur dari dinding
posterior rongga perut membentuk mesenterium, yang menunjang usus. Mereka ini
lembaran-lembaran jaringan ikat longgar sangat tipis yang kedua sisinya
ditutupi mesotel (Fawcett
2002: 143).
Tulang
rawan (cartilage) memiliki serat
berkolagen yang sangat berlimpah, yang tertanam dalam suatu matriks mirirp
karet yang tersusun atas suatu bahan yang disebut kondroitin sulfat, suatu
kompleks protein-karbohidrat. Kondroitin sulfat dan kolagen disekresikan oleh
oleh kondrosit, sel-sel yang hanya terdapat pada ruangan yang tersebar dalam
matriks yang disebut lacuna. Gabungan serat berkolagen dan kondroitin sulfat
membuang tulang rawan menjadi suatu material penyokong yang kuat namun
fleksibel kerangka hiu terbuat dari tulang rawan. Vertebrata lain, termasuk
manusia, memiliki kerangka bertulang rawan selama tahapan perkembangan embrio,
tetapi sebagian besar tulang rawan itu digantikan oleh tulang sejati ketika
embrio tersebut tumbuh dewasa. Namun demikian, kita tetap mempertahankan tulang
rawan sebagai penyokong yang fleksibel pada lokasi tertentu (Campbell 2003: 8).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 23
Oktober 2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2 Alat dan
Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki bedah dan gunting, dan pinset.
Sedangkan bahan yang dibutuhkan
adalah Mus musculus.
3.3 Cara Kerja
Disiapkan bahan yang akan diamati dan diletakkan
diatas baki. Diambil darah mencit sebanyak 2 tetes dengan menggunakan jarum
suntik, dan diletakkan siatas kaca objek. Direndam dalam larutan Gymsa dan
keringkan. diamati, diberi
keterangan.
BAB
V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Jaringan
ikat terdiri dari jaringan ikat longgar, jaringan ikat padat, jaringan adiposa,
jaringan darah, jaringan tulang rawan, dan jaringan tulang keras.
2. Jaringan
ikat tersusun dari sel-sel yang mensintesis
matriks seperti anyaman serat.
3. Jaringan
ikat berfungsi untuk menunjang tubuh, penghubung jaringan satu dengan jaringan
lainnya, pembawa nutrisi dari satu jaringan ke jaringan lainnya.
4. Jaringan
tulang berfungsi sebagai penopang tubuh, pemberi bentuk tubuh, tempat
melekatnya otot, dan sebagai alat gerak pasif.
5.
Pada mamalia, sel-sel
darah dibentuk di dalam sumsum tulang belakang yang juga terdapat banyak
saraf-saraf.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2012. Jaringan
ikat. www.sentra-edukasi.com/2012/18/jaringan-ikat.html. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2012.
Bresnick, S. 2003. Intisari Biologi. Hipokrates : Jakarta.
Campbell, N.A. 2003. Biologi Jilid II.
Erlangga : Jakarta.
Cormack, D.H. 1994. HAM Histologi. Binarupa
Aksara : Jakarta.
Geneser, F.
1994. Buku Teks Histologi. Binarupa Aksara : Jakarta.
Miller, S.A. dan Jhon, P.H. 1992. Zoologi. McGraw-Hill
Book Company, Inc : The United States of America.
Syarifuddin, B.Ac. 1997. Anatomi
Fisiologi untuk Siswa Perawat. EGC : Jakarta.
ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “Jaringan
Ikat”. Praktikum ini bertujuan untuk melihat struktur anatomi
jaringan ikat dari Mus musculus. Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 23 Oktober
2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium
Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah baki bedah, gunting, dan pinset. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Mus musculus. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah struktur jaringan ikat berupa jaringan tulang pada
Mencit (Vertebrata),
sedangkan kesimpulan yang diperoleh adalah jaringan tulang berfungsi sebagai penopang tubuh, pemberi bentuk tubuh,
tempat melekatnya otot, dan sebagai alat gerak pasif.
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“PISCES”
OLEH
:
NAMA :
RISMA VIVI AMALIA
NIM :
08111004037
KELOMPOK : X (SEPULUH)
ASISTEN : M.
IQBAL ROBYANTO
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar
Teori
Pisces adalah
sebutan umum yang dipakai untuk ikan atau nama super kelas, dan nama ini
diambil dari kata latin icththyes juga berarti ikan, berasal dari kata Yunani
dan kata ini dipakai dalam ichtyologi yang bearti ilmu yang mempelajari
tentang ikan. Tempat hidup mereka bervariasi di perairan terbuka, perairan
asin, sungai alkalin, dan danau, serta perairan hangat yang suhunya mencapai 12
derajat fahrenheit sampai 15 derajat fahrenheit. Tetapi Cyprinus
carpio dapat bertahan hidup pada suhu atau temperatur yang lebih ekstrim
(Storer 1995: 369).
Terdapat bermacam-macam
hewan, mulai dari organisme bersel satu hingga bersel banyak yang tersusun dari
beribu-ribu sel. Cara mengklasifikasikan atau pembagian ke dalam beberapa
kelompok, tergantung pada kompleksitas tubuh mereka. Istilah hewan tingkat
tinggi dan hewan tingkat rendah sering digunakan dalam konteks ini. Semakin
tinggi tingkatan hewan, semakin kompleks organ-organ internalnya.
Secara umum, gambaran yang membedakan hewan tingkat tinggi adalah segmentasi, rongga tubuh, dan rangka tubuh (Stockley 2005: 36).
Secara umum, gambaran yang membedakan hewan tingkat tinggi adalah segmentasi, rongga tubuh, dan rangka tubuh (Stockley 2005: 36).
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang
hidup di air dan bernapas dengan insang, dan berenang menggunakan sirip serta memiliki sisik. Ikan
merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih
dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi,
ikan tergolong kelompok paraphyletic yang
hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan biasanya ikan dibagi menjadi ikan
tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan
(kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), (kelas Osteichthyes) dan sisanya tergolong
ikan bertulang keras (Anonima 2012: 1).
Sebagian besar hewan mampu bergerak dari
satu tepat ke tempat lain (lokomosi) setidaknya pada beberapa tahap dalam
hidupnya. Hewan-hewan bergerak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti
mencari makan, bereproduksi, dan berlindung. Bagian yang bergerak pada hewan
bermacam-macam, pada hewan air contohnya yang bergerak adalah sirip dan ekornya. Banyak juga
hewan yang memiliki sistem tulang dan otot yang mirip dengan manusia (Stockley
2005: 40).
Kebanyakan ikan berbiak dengan cara mengeluarkan telur
dan sperma dalam air, kemudian meninggalkannya hingga tumbuh menjadi ikan. Ada
pula ikan misalnya kerapu punggung duri dan ikan sirip lengkung yang menjaga
telur serta anaknya setelah menetas. Jenis lain seperti beberapa macam hiu melahirkan
anak dalam sosok sempurna setelah telur berkembang dalam tubuhnya (Dorling
2002: 114).
Perkembangan pengetahuan tentang ikan
dan faktor-faktor yang membuat mereka beradaptasi terhadap lingkungan yang
akhirnya berpengaruh dengan tingkah laku, bentuk tubuh, dan fungsi alat tubuh
merupakan hasil dari pemikiran, keingintahuan yang selalu ada pada manusia
tentang alam dan demi kebutuhan mereka akan keterangan yang berkaitan dengan
jenis ikan yang digunakan untuk tujuan konsumsi maupun rekreasi. Ikan didefinisikan
sebagai binatang vertebrata yang berdarah dingin yang hidup dalam lingkungan
air dan pada umumnya sistem peredaran darahnya adalah tunggal. Pada ikan
teleostei volume darah mencapai 1-5%-3% berat tubuhnya (Komarudin 2009: 2).
Pisces mempunyai karekteristik yaitu kulit (integumentum) mengandung banyak glandulae mucosae (kelenjar lendir)
tertutup oleh squama (sisik).
Ektrimitas berupa pinae atau sirip.
Sirip mempunyai fungsi untuk membantu ikan dalam proses berenang. Ada beberapa
jenis ikan yang bernapas dengan menggunakan paru-paru diantaranya lumba-lumba.
Mulut terdapat pada ujung muka. berupa cela mulut atau rimaoris. Hidung pada
ikan masih berupa fovea nasalis
(cekung hidung), terdapat sepasang pada bagian dorsal mulut dan belum mempunyai
hubungan dengan rongga mulut. Sedangkan mata pada ikan relatif besar tidak
mempunyai kelopak mata atau palfibrae
(Saanin 2001: 205).
1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk untuk mengenal, mengidentifikasi serta mempelajari beberapa
sistem tubuh dari beberapa anggota kelas pisces.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hewan Vertebrata merupakan hewan yang bertulang belakang yang terdirir
dari Pisces, Amphibi, Reptil, Aves, dan Mamalia. Setiap vertebrata mempunyai
bentuk yang beraneka ragam. Tubuh vertebrata umumnya terdiri atas bagian
kepala, batang tubuh, ekor, geleng vektoral atau gelang bahu, dan gelang pelvic
atau gelang panggul. Didalam kepala terdapat otak yang fungsinya sebagai pusat
pengatur segala aktivitas tubuh. Batang tubuh berongga berfungsi sebagai tempat
hampir seluruh organ tubuh dalam leher merupakan perluasan trunkus (batang
tubuh) tetapi tanpa rongga. Sistem pernapasan dari Pisces umumnya menggunakan
insang. Pada beberapa jenis pisces, insangnya mempunyai satu perluasan keatas
yang berupa lipatan-lipatan tidak teratur yang disebut labirin (Anonimb 2012: 1).
Pisces adalah sebutan umum
yang
dipakai untuk ikan atau sebagai nama superklas. Pada umumnya yang dimaksud ikan adalah ikan-ikan
yang
masuk kelas Osteichtyes. Tubuhnya berskeleton tulang
keras, terbungkus oleh kulit yang bersisik, berbentuk seperti torpedo, berenang dengan sirip,
bernafas dengan insang. Bermacam- macam spesies hidup dalam air tawar atau
beragam (air laut). Ikan
sebagai salah satu sumber protein
bagi manusia,
dan sebagai salah satu objek olah raga atau rekreasi memancing. Ikan
mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaan laut dan pada suhu 25-30 derajat celsius. Ikan mas menyukai tempat
hidup (habitat) di perairan
tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras
(Burhanuddin 2008: 10).
Integumen
merupakan suatu system yang sangat bervariasi. Padanya terdapat sejumlah organ ataupun struktur tertentu dengan fungsi yang bermacam macam. Sistem integumen dapat dianggap terdiri dari kulit yang sebenarnya dan
derivat-derivatnya. Gigi pada ikan hiu, scute, keel
dan beberapa tulang tengkorak pada ikan merupakan modifikasidari sisik. Kulit yang sebenarnya yaitu lapisan penutup yang
umumnya terdiri dua lapisan utama, letaknya sebelah luar dari jaringan ikat kendur yang
meliputi otot dan struktur permukaan lain. Sedangkan derivate integumen yaitu struktur tertentu yang secara embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit sebenarnya. Struktur ini dapat berupa struktur yang
lunak, seperti kelenjar eksresi, tetapi dapat juga berupa struktur keras dari kulit ini, dinamakan
eksoskelet (Anonim 2012: 3).
Semua hewan memiliki lapisan luar yang
berfungsi sebagai selubung dan pelindung. Pada ikan, selubungnya adalah kulit
dan sisik. Sirip ikan terbagi menjdai lima macam, yaitu sirip punggung, sirip
ekor, sirip dada, sirip perut, dan sirip anus. Sirip ekor, punggung, dan anus
termasuk sirip tunggal, sedangkan sirip perut dan dada termasuk sirip
berpasangan. Sirip punggung yang terdapat pada ikan-ikan kelas chondrichthyes
disokong oleh keping-keping tulang rawan yang dinamakan rawan basal dan
terletak di bagian bawah tertumpu pada cucuk neural dan rawan radial yang
terletak di atas rawan basal menunjang jari-jari sirip (Komarudin 2009: 12).
Umumnya ikan
yang tidak bersisik memproduksi lendir yang lebih banyak dan tebal dibanding dengan ikan yang bersisik. Ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan dipengaruhi oleh kegiatan sel
kelenjar yang berbentuk piala yang terletak di dalam epidermis. Kelenjar ini akan memproduksi lendir lebih banyak pada saat tertentu, misalnya pada saat ikan
berusaha melepaskan diri dari bahaya/ genting dibanding pada saat atau keadaan
normal. Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air supaya ia dapat
berenang dengan lebih cepat, mencegah infeksi dan menutup luka, berperan dalam
osmoregulasis ebagai lapisan semi-permiable yang mencegah keluar masuknya air melalui kulit (Burhanuddin 2008: 22).
Sel khusus yang memberikan warna pada ikan ada dua macam yaitu Iridocyte (leucophore dan guanophore) dan Chromatophora. Iridocyte dinamakan juga sel cermin karena mengandung bahan yang dapat memantulkan warna di luar tubuh
ikan. Warna pada ikan sangat dipengaruhi oleh schemachrome (konfigurasi fisik)
dan biochrome (pigmen pembawa warna). Schemachrome warna putih
ditemukan pada rangka, gelembung renang, sisik dan testes; biru dan ungu
pada iris mata; warna pelangi pada sisik, mata dan membrane anus. Sedangkan tergolong ke dalam biochrome adalah Carotenoid (kuning, merah dan corak
lainnya); chromolipoid (kuning sampai coklat); indigoid (biru, merah dan hijau); melanin (hitam dan coklat); flavin (fluoresensi kehijau-hijauan); purin (putih atau keperak-perakan); pterin (putih, kuning, merah dan jingga) (Anonim 2012: 3).
Insang atau brankia adalah organ pernapasan pada sebagian
hewan yang hidup di air, mengandung banyak saluran darah. Oksigen diabsorbsi ke
dalam darah dari air melalui insang. Karbondioksida keluar melalui bagian dari
insang. Ada dua jenis insang, yaitu internal (dalam) dan eksternal (luar).
Sebagian besar ikan memiliki empat pasang insang dengan saluran-saluran
diantaranya yang disebut celah insang. Insang yang terletak pada tubuh bagian
luar, dijumpai pada semua ikan dan amphibia yang masih muda dan beberapa jenis
amphibia yang lebih tua dan serangga muda yang hidup di air. Bentuk insang yang
berumbai-rumbai menjulur dari kepalanya seperti pada kecebong merupakan
modifikasi dari insang (Stockley 2005: 44).
Linea lateralis atau disebut dengan Gurat sisi merupakan
salah satu bagian tubuh ikan yang bisa di liat lansung. Bentuknya seperti
sebutannya Gurat, maka bentuknya adalah garis gelap disepanjang
sisi tubuh ikan, mulai dari posterior sampai pangkal ekor. Gurat sisi ini tidak hanya sebagai bagian tubuh yang
dinikmati keindahannya, tetapi bagian ini memiliki fungsi untuk berfungsi untuk
menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal yang menampung sel-sel
sensori dan pembuluh syaraf, karena di bagian ini terdapat lubang-lubang kecil.
Fungsi utama gurat sisi adalah sebagai organ sensorik ikan yang
dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik dengan kata lain organ ini
berfungsi untuk mengidentifikasi lingkungan sekitarnya (Anonim 2012: 4).
Saluran pencernaan
pada ikan dimulai dari rongga
mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang
berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak
dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan
ludah. Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang
terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus
berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui
makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke
lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada
beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan
makanan. Dari lambung,
makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama
besarnya. Usus bermuara pada anus. Ikan bereproduksi dengan menghasilkan telur. Dalam satu siklus reproduksi
ikan dapat dihasilkan jutaan sel telur per ekor (Stockley 2005: 42).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 6 November
2012, pada pukul 08.15 WIB sampai
dengan 10.00 WIB. Bertempat di
Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2 Alat dan
Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis,
baki, gunting bedah dan kertas catatan. Sedangakan bahan yang dibutukan adalah Anabas
testudiantes, Cyprinus carpio, Colossoma macropoma, Heleostoma
temickii, Ophiocheppalus
striatus, Oreochormis niloticus, Pangasius pangasius, dan Trichogaster
pectoralis.
3.3 Cara Kerja
Disiapkan ikan yang akan diamati,
diletakkan diatas baki bedah, diamati morfologi yang menjadi ciri khas dari
masing-masing bahan, seperti jenis sisik, jumlah sirip, dan jenis sirip, salah
satu jenis ikan dibedah dan diamati anatomi ikan serta sstem tubuhnya, lalu
digambar dalam kertas kerja.
BAB
V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Ikan dapat
seimbang dalam air dan dapat mendeteksi benda di sekitarnya dengan menggunakan
organ bernama linea lateralis.
2.
Ikan juga
memiliki jumlah dan tipe sirip yang berbeda, serta pada ikan tertentu memiliki
sirip khusus yang dinamakan sirip adipose (sirip lemak).
3.
Morfologi
dari pisces terdiri dari 3 bagian
utama yaitu caput (kepala), truncus (badan), dan caudal
(ekor).
4.
Pada beberapa jenis ikan, tidak memiliki sisik seperti pada ikan laut dan
tidak memilik alat peraba atau sungut peraba.
5.
Sistem pernapasan pada pisces umumnya menggunakan
insang.
DAFTAR
PUSTAKA
Diakses
4 November 2012.
Burhanuddin. 2008. Ikhtiologi Ikan. Jurnal ilmu kelautan. 35 hlm.
Dellman & Brown. 1998. Histologi Veteriner. UI Press :
Jakarta.
Fikri, N. 2001. Modul Fisika Biologi. Nurul Fikri : Jakarta.
Kimball, J.W. 1999. Biologi edisi keenam.
Erlangga : Jakarta.
Saanin, H. 2001. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta : Bandung.
ABSTRAK
Praktikum ini
berjudul “Pisces”. Praktikum ini bertujuan untuk mengenal, mengidentifikasi serta mempelajari beberapa sistem tubuh dari
beberapa anggota kelas pisces. Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa,
tanggal 6 November 2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB.
Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki, gunting bedah, dan
kertas catatan. Sedangkan
bahan yang dibutuhkan adalah
enam jenis ikan, yaitu Clarias battracus, Cyprinus
carpio, Oshprenemus gauramy, Pangasius pangasius, Sardinela
sp, Thunus sp. Hasil yang diperoleh dalam
praktikum ini adalah jenis-jenis
sirip pada ikan serta jumlah tulang keras dan tulang lunak pada masing-masing
sirip ikan, sedangkan kesimpulan yang diperoleh adalah pada dasarnya morfologi ikan sama yaitu memiliki
sirip, ekor, insang, dan sisik, namun memiliki rumus sirip yang berbeda-beda.
LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“AMPHIBI”
OLEH
:
NAMA :
RISMA VIVI AMALIA
NIM :
08111004037
KELOMPOK : X (SEPULUH)
ASISTEN : M.
IQBAL ROBYANTO
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar
Teori
Beberapa kelompok hewan amfibi adalah binatang
bertulang belakang, berkulit lembab tanpa bulu yang hidup di dua alam. Kebanyakan hewan amfibi pada waktu berupa
berudu hidup di air dan bernafas dengan insang, selanjutnya setelah dewasa
hidup didarat dan bernafas dengan paru-paru dan kulit. Hewan amfibi termasuk
kelompok hewan berdarah dingin, artinya hewan yang memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya. Amphibia termasuk hewan vetebrata yaitu mempunyai tulang belakang. Dikenal tiga ordo dalam
ampibia yaitu ordo Anura, ordo Urodela, dan Apoda. Katak biasa didapati dari
kawasan tropika ke subartik, tapi kebanyakan spesis katak terdapat dihutan
hujan tropika. Katak merupakan antara kumpulan vertebrata yang paling banyak
yaitu lebih 5,000 spesis yang dikenali (Kimball 2000: 56).
Kelenjar
kulit katak menghasilkan mucus, yang tidak enak, bahkan beracun. Banyak spesies
beracun memiliki pola warna yang cerah, yang sebenarnya memberikan peringatan
kepada pemangsa yang kemudian mengaitkan pola warna itu dengan bahaya. Kodok (frog) dan katak alias bangkong (toad) adalah hewan amfibi yang paling
dikenal orang di Indonesia. Bentuknya yang lucu, kerap
melompat-lompat, tidak pernah menggigit dan tidak membahayakan. Kedua macam
hewan ini bentuknya mirip. Kodok bertubuh pendek, gempal atau kurus,
berpunggung agak bungkuk, berkaki empat dan tak berekor (anura: a tidak, ura ekor). Kodok umumnya berkulit halus, lembab,
dengan kaki belakang yang panjang. Sebaliknya katak atau bangkong berkulit
kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul, kerapkali kering, dan kaki
belakangnya sering pendek saja, sehingga kebanyakan kurang pandai melompat jauh
(Anonima 2012: 1).
Satu-satunya
famili yang diberi nama am "kodok" secara eksklusif ialah Bufonidae,
tetapi banyak spesis dari famili lain turut dipanggil "kodok," dan
spesis di bawah genus kodok Atelopus digelar "katak badut" (harlequin
frogs). Kodok dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di sarang busa, atau di
tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodok pegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembab, yang
akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok
kecil. Sekali bertelur katak bisa menghasilkan
5.000-20.000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak
tiga kali dalam setahun (Iskandar
1998: 120).
Kodok dan
katak kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu
kodok-kodok jantan akan berbunyi-bunyi untuk memanggil betinanya, dari tepian atau tengah perairan. Beberapa
jenisnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya limnocharis) dan kintel lekat alias belentung (kaloula baleata),
kerap membentuk ‘grup nyanyi’, di mana beberapa hewan jantan berkumpul
berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan. Suara keras kodok dihasilkan oleh kantung suara yang
terletak di sekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala digunakan. Katak
dewasa bercirikan kaki belakang yang panjang, badan yang pendek, jari
berselaput, mata jongang dan ketiadaan ekor. (Anonima 2012: 1).
Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan
akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari
belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut
kodok betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok
jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi
telur-telur yang dikeluarkan si betina. Katak berperan sangat penting sebagai
indikator pencemaran lingkungan dapat dilihat dari
jumlah populasi katak yang dapat ditemukan di daerah tersebut. Kodok dan katak hidup menyebar luas, terutama di daerah tropis yang berhawa panas (Radiopuetro 1996: 474).
1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum ini
bertujuan untuk mengamati morfologi anatomi
anggota kelas amphibian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kodok sawah dimasukkan ke
dalam ordo Anura. Nama Anura mempunyai arti tidak memiliki ekor (anura = a tidak, ura ekor). Seperti namanya, anggota ordo ini
mempunyai cirri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak
mempunyai leher dan tungkai berkembang biak. Tungkai belakang lebih besar dari
pada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat.
Morfologi, kodok terdiri atas tiga
bagian meliputi kepala, badan dan alat penggerak. Kepala berbentuk segitiga,
terdiri atas mata, telinga, mulut, gendang telinga dan lubang hidung. Mulut
terletak pada kepala bagian bawah, melintang secara horizontal, berukuran
relatif lebar dengan belahan mulut hampir memenuhi semua bagian kepala. Gendang
telinga berbentuk lingkaran, berwarna coklat kehitam-hitaman dengan warna hijau
pada bagian tengahnya. Lubang hidung berukuran kecil, terdapat pada kepala
bagian depan (Radiopuetro 1996: 473).
System peredaran darahnya
adalah system peredaran darah ganda. Pada system peredaran darah tersebut,
sebagian darah kaya oksigen masih bercampur dengan darah miskin oksigen di
ventrikel. Jantung Amphibia beruang tiga terdiri atas dua atrium (serambi) dan
satu ventrikel (bilik). Kodok
sawah ialah sejenis katak yang banyak hidup di sawah-sawah, rawa, parit, dan
selokan, sampai ke rawa-rawa bakau. Nama ilmiahnya Fejervarya cancrivora, dan dalam bahasa inggris dikenal sebagai marsh frog, rice-field frog atau crab-eating frog, nama yang terakhir
diberikan karena kegemaran kodok ini memangsa ketam sawah. Orang jawa menyebutnya sebagi kodok hijau,
karena banyak juga di antaranya yang berwarna kehijauan. Hewan jantan dewasa
sekitar 60 mm dan betina dewasa sekitar 70-80 mm, namun yang terbesar bias
sampai dengan 120 mm SVL (Snout to Vent
Length, dari moncong ke anus). Spesimen yang kecil agak
sukar dibedakan dari kodok tegalan (Sudjadi 2004: 56).
Kulit Amphibia tidak bersisik
dan halus, kelembabannya terjaga oleh berbagai kelenjar mukosa. Kulit hewan
tersebut berperan dalam menjaga keseimbangan air dan respirasi, mengatur suhu
tubuh ketika berada di darat melalui penguapan, dan melindungi diri dari hewan
predator melalui pengeluaran racun yang terdapat di dalam kelenjar kulit. Meskipun
kelenjar kulit tersebut lembab dan tipis, Amphibia tersebut biasanya tetap
berada di sekitar tempat berair agar tidak terkena risiko kekeringan. Beberapa
Amphibia memiliki kulitnya dapat berflouresen mengeluarkan warna hijau dan
merah (khususnya pada katak beracun) (Campbell 2004: 92).
Reproduksi katak dewasa akan
mencari lingkungan yang berair. Disana mereka meletakkan telurnya untuk dibuahi
secara eksternal. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya,
kemudian berkembang menjadi dewasa dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya
hidup di darat, sebuah proses yang dikenal dengan metamorfosis. Tidak seperti telur reptil dan burung, telur katak tidak memiliki cangkang dan selaput embrio. Sebaliknya telur katak hanya dilindungi oleh kapsul mukoid yang sangat
permeabel sehingga telur katak harus berkembang di lingkungan yang sangat
lembab atau berair (Radiopuetro 1996: 476).
Telur-telur kodok
dan katak menetas menjadi berudu
atau kecebong (tadpole), yang bertubuh mirip ikan gendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang
kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan
bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke
darat sebagai kodok atau katak kecil. Lidah pada katak bercabang dua (lingua bifida), berfungsi sebagai alat
pengangkap mangsa. Jika ada serangga kan melekat pada lidah yang berlendir.
Sesudah masuk mulut, makanan ditelan melewati kerongkongan menuju lambung. Di
dalam lambung makanan dicerna kemudian masuk ke usus. Dinding usus mengandung
kapiler darah dan di sini sari-sari makanan diserap. Selanjutnya sisa makanan
didorong keluar menuju kloaka (Iskandar 1998: 128).
Warna tubuh kodok bervariasi, terutama pada bagian punggung,
ada yang berwarna kehijauan atau kecokelatan, dan biasanya dihiasi dengan
bintik-bintik gelap. Kodok memiliki dua pasang kaki, yaitu sepasang kaki depan
dan sepasang kaki belakang. Ukuran kaki belakang lebih panjang dari pada kaki
depan. Bagian paha dan betis memiliki ukuran panjang yang hampir sama, namun
daging bagian paha lebih tebal. Kaki depan memiliki empat pasang jari,
sedangkan kaki belakang memiliki lima pasang jari. Kodok merupakan hewan amfibi
yang daur hidupnya berlangsung dalam dua alam yang berbeda, yaitu air dan darat.
Kodok mengalami empat kali metamorfosis (perubahan bentuk tubuh), yaitu telur,
berudu (kecebong), percil dan kodok dewasa. Pada fase telur sampai kecebong,
kodok hidup di air. Pada fase percil sampai kodok dewasa, kodok hidup di darat (Sukiya 2005: 47).
Ciri khas katak adalah adanya
gendang telinga pada sebelah belakang matanya, pada kedua sisi kepalanya.
Selaput gendang telinga ini konon sangat peka terhadap getaran udara dan
berkaitan erat dengan kemampuan mereka menghasilkan suara. Pada katak suara ini
sebagian juga merupakan ciri khas jenis kelamin yang umumnya jantan lebih besar
dibandingkan yang betina. Malahan
pada beberapa spesies katak, yang betina tidak menghasilkan suara sekali. Suara
itu dihasilkan oleh suatu alat yang sangat bagus perkembangannya yang biasanya
diperkuat dengan balon udara yang sangat besar. Dari suatu penelitian
diketahuilah bahwa suara katak berbeda-beda dalam tinggi nada, panjang bunyi,
kekuatan udara, dan keserasiannya. Pada katak jantan biasanya pekik suara yang
dihasilkan bias mengandung banyak arti. Mereka sering memanfaatkan suaranya
yang besar untuk memanggil pasangannya. Bisa juga untuk menegaskan batas
teritirialnya agar sesama pejantan tidak mengganggu dan masuk daerahnya (Slamet
1998: 80).
Beberapa jenis katak, sisi
tubuhnya terdapat lipatan kulit berkelenjar mulai dari belakang mata sampai
diatas pangkal paha yang disebut lipatan dorsalateral. Katak mempunyai mata
berukuran besar, dengan pupil mata horizontal dan vertikal. Pada beberapa jenis
katak, pupil matanya berbentuk berlian atau segi empat yang khas bagi
masing-masing kelompok. Pada kebanyakan jenis, binatang betina lebih besar dari
pada jantan. Ukuran katak dan kodok di Indonesia bervariasi dari yang terkecil
hanya 10 mm, dengan berat hanya satu atau dua gram sampai jenis yang mencapai
280 mm, dengan berat lebih dari 1500 gram (Iskandar 1998: 128).
Telur-telur katak menetas
menjadi berudu atau kecebong, yang bertubuh mirip ikan gendut, bernafas dengan
insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki
belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor
dan bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan
melompat ke darat sebagai kodok atau katak kecil. Di daratan, kemampuan untuk
mendeteksi suara merupakan hal yang sangat penting, dan amphibia telah
mengembangkan telinga sederhana dari struktur yang diwarisinya dari moyang
mereka (Kimball 2000: 56).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 13
November 2012, pada pukul 08.15 WIB
sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat
di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2 Alat dan
Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat
tulis, baki bedah, gunting bedah, kertas catatan. Sedangakan bahan yang dibutukan adalah Bufo sp dan Rana sp.
3.3 Cara Kerja
Disiapkan
bahan yang akan diamati dan letakkan di atas baki. Diamati morfologi yang
menjadi ciri khas dari masing-masing bahan seperti kulit, bentuk rahang, ada
tidaknya web dan lainnya. Dibedah salah satu bahan dan diamati anatomi serta
sistem tubuhnya. Digambar dan diberi keterangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
A. Anatomi
Rana sp
Klasifikasi :
Kingdom
: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Raniidae
Genus : Rana
Spesies : Rana sp
Nama
Umum : Katak
Keterangan Gambar :
1.
Gaster 5. Pulmo
2.
Cor 6. Hepar
3.
Ren 7. Cloaka
4.
Duo denum
Deskripsi :
Pada bagian diperlihatkan
organ-organ dalam Rana sp masih dalam keadaan hidup maka akan dapat
dilihat jantung yang masih berdenyut. Menurut Slamet (1998: 84), bahwa sistem pernafasan pada katak sederhana untuk
diamati, meliputi bagian saluran dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan
terdiri dari rongga mulut dan gigi, maxilla, pharynx, esophagus, gaster,
intestinum, rectum, duodenum, dan kloaka.
B. Ventral
dan dorsal Rana sp
Klasifikasi :
Kingdom
: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana sp
Nama
Umum : Katak
Keterangan Gambar :
1.
Rima oris
2.
Organon visus
3.
Membran timpani
4.
Caput
5.
Web
6.
Digiti
7.
Cloaka
8.
Femur
Deskripsi :
Pada bagian abdomen Rana sp dapat terlihat rima oris,
branches, abdominalis, femuralis, web, digiti, dan kloaka. Bagian-bagian ini yang
menjadi ciri khas bagi jenis katak. Menurut Slamet (1998: 80), bahwa ukuran gendang telinga pada katak betina hampir
sama dengan lingkar mata, warna kulit disekitar kerongkongan putih dengan
bintik-bintik kehitaman, dan juga ukuran badan yang relatif lebih besar dan
tentu saja tidak memiliki kantung suara.
BAB
V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Bagian
caput terdiri dari rima oris, organon visus, nares anterioles, dan membran
timpani.
2. Bagian
ekstremitas terdiri atas dua macam yaitu extreminitas anterior
(digiti, manus, ante
branchium, branchium) dan extreminitas posterior
(femur, crus, pes, digiti,
web).
3. Perbedaan
katak dan kodok yaitu katak tubunya lebih besar, permukaan kulit lebih licin,
memiliki warna yang mencolok, dan memiliki selaput di kaki nya. Sedangkan kodok
memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil, keempat kakinya berukuran lebih pendek,
memiliki permukaan kulit yang lebih kasar, warnanya kurang mencolok, dan tidak
terdapat selaput di keempat kaki nya.
4. Pada katak jantan memiliki tanda hitam di
bagian lehernya dan juga berukuran lebih kecil dibandingkan katak betina.
5. Sistem
respirasi dari amphibi terdiri dari sepasang paru–paru, kulit, permukaan
dinding cavum oris. Pada kulit terdapat banyak kelenjar dan pembuluh darah yang
memungkinkan amphibi bernafas di darat.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, et
al. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta. Erlangga: xxii +
404 hlm.
Brotowidjoyo.
1993. Zoologi Dasar. Jakarta. Erlangga: xii +349 hlm.
Kimball. 2000. Biologi Jilid I. Jakarta. Erlangga: xii + 341 hlm.
Madang, K. 2002. Zoology Vertebrata. Inderalaya. Universitas Sriwijaya: xii +
103 hlm.
Slamet, A. 1998. Penuntun Kuliah Zoologi Vertebrata. Inderalaya.
Universitas Sriwijaya: xii + 121 hlm.
LAMPIRAN
Gambar 1.
Dorsal Bufo sp.
Gambar 2. Ventral Bufo sp.
Gambar 3. Dorsal Rana sp. Gambar 4. Ventral Rana sp.
Gambar 5. Anatomi Rana sp.
ABSTRAK
Praktikum ini
berjudul “Amphibi”. Praktikum ini bertujuan untuk mengamati morfologi dan anatomi anggota kelas amphibi. Praktikum ini dilaksanakan
pada hari selasa, tanggal 13 November 2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan
10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah alat tulis, baki, gunting
bedah, kapas, kertas catatan, dan kloroform. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Bufo
sp. dan Rana sp. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah perbedaan morfologis katak dan kodok, perbedaan
katak jantan dan betina, perbedaan kodok jantan dan betina, serta anatomi dari
amphibi, sedangkan kesimpulan yang diperoleh adalah bagian dari morfologi amphibi adalah caput,
truncus, dan ekstremitas, serta anatomi amphibi meliputi sistim pencernaan,
pernapasan, sirkulasi, eksresi, dan reproduksi.
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“REPTIL”
OLEH
:
NAMA :
RISMA VIVI AMALIA
NIM :
08111004037
KELOMPOK : X (SEPULUH)
ASISTEN : M.
IQBAL ROBYANTO
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar
Teori
Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan kelompok hewan
darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri umum kelas
ini yang membedakan dengan kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup
oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan
pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau
melakukan pergantian kulit baik secara total yaitu pada anggota Sub-ordo
Ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota Sub-ordo Lacertilia. Sedangkan
pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami
pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali kelenjar
kulit (Zug 1993: 247).
Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi
pada beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama
sekali seperti pada Serpentes
dan sebagian Lacertilia. Reptilia
yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya memiliki 5 jari atau pentadactylus dan setiap jarinya
bercakar. Rangkanya pada reptilia mengalami osifikasi sempurna dan
bernafas dengan paru-paru (Anonima 2012: 1).
Ada lebih 6500 jenis reptilia. Kebanyakan dari hewan yang bersisik dan
berdarah dingin itu hidup di air sedangkan buaya hidup di darat dan air. Para
ilmuwan membagi reptilia ke dalam 4 kelompok besar. Pertama adalah kelompok
terbesar, terdiri dari kadal dan ular yang saling berkerabat dekat. Berikutnya
adalah bangsa Buaya (aligator dan buaya) satu-satunya kerabat dinosaurus yang
masih hidup. Bangsa kura-kura (baning dan kuya) adalah reptilia bercangkang.
Terakhir adalah bangsa Tuatara yang hanya terdiri dari dua jenis (Steford 2005:
8).
Warna tubuh Reptilia juga seperti kebanyakan vertebrata lain,
memiliki beberapa fungsi. Pewarnaan mungkin untuk penyamaran dengan latar
belakang lingkungannya dan dengan demikian hewan menjadi tersembunyi dan
terlindungi. Beberapa spesies kadal menunjukkan tanda seksual dalam warna
dimorfisme, khususnya pada masa kawin. Warna juga menjadi penting dalam
termogulasi, yaitu akan terjadi perubahan konsentrasi granula-granula pigmen
dalam kromatofora akibat respon temperatur tinggi dengan mengurangi pewarnaan
sehingga menjadi terang (Soertono 1998: 123).
Reptilia termasuk dalam
vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada beberapa diantaranya
tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada serpentes dan
sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya
memiliki 5 jari atau pentadactylus dan setiap jarinya
bercakar. Rangkanya pada reptilia mengalami osifikasi sempurna dan bernafas
dengan paru-paru. Udara masuk melalui lubang
hidung, melalui celah koana masuk ke rongga mulut. Di belakang lidah terdapat
celah (celah anak lidah) menuju kepangkal tenggorokan (laring) (Hidayat 2009:
4).
Reptil bernafas dengan
paru-paru. Jantung pada reptil memiliki 4 lobi, 2 atrium dan 2 ventrikel. Pada
beberapa reptil sekat antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak sempurna
sehingga darah kotor dan darah bersih masih bisa bercampur. Reptil merupakan
hewan berdarah dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan
atau poikiloterm. Untuk mengatur suhu tubuhnya, reptil melakukan mekanisme
basking yaitu berjemur di bawah sinar matahari. Saluran ekskresi kelas reptilia
berakhir pada kloaka. Ada dua tipe kloaka yang spesifik untuk ordo-ordo
reptilia. Kloaka dengan celah melintang terdapat pada Ordo Squamata yaitu Sub-ordo Lacertilia
dan Sub-ordo Ophidia. Kloaka dengan
celah membujur yaitu terdapat pada Ordo Chelonia
dan Ordo Crocodilia. Beberapa bentuk sisik yang umum
pada reptil adalah sikloid (cenderung datar membundar), granular
(berbingkul-bingkul), dan bertunas (memiliki gigir memanjang di tengahnya
seperti tunas perahu) (Murtiasih 2001: 59).
1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum ini
bertujuan untuk mempelajari struktur morfologi dan anggota dari kelas reptil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Reptil (binatang
melata) adalah sebuah kelompok hewan vertebrata yang berdarah dingin dan
memiliki sisik yang menutupi tubuhnya. Reptilia adalah tetrapoda (hewan dengan
empat tungkai) dan menelurkan telur yang embrionya diselubungi oleh membrane amniotik.
Sekarang ini mereka menghidupi setiap benua kecuali Antartika, dan saat ini
mereka dikelompokkan sebagai Ordo Crocodilia (buaya, garhial, caiman, dan
alligator) 23 spesies , Ordo Sphenodontia (tuatara Selandia Baru) 2 spesies,
Ordo Squamata (kadal,ular dan amphisbaenia (worm-lizards) sekitar 7.900
spesies, Ordo Testudinata (kura-kura, penyu, dan terrapin) sekitar 300 spesies (Dorling
2002: 124).
Mayoritas
reptil adalah ovipar (bertelur) meski beberapa spesies Squamata bersifat vivipar (melahirkan). Reptil vivipar memberi
makan janin mereka menggunakan sejenis plasenta yang mirip dengan mamalia.
Ukuran reptil bervariasi, dari yang berukuran hingga 1,6 cm (tokek kecil, Sphaerodactylus ariasae) hingga
berukuran 6 m dan mencapai berat 1 ton (buaya air asin, Crocodylus porosus). Cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari
reptil adalah herpetology (Anonimb 2012: 1).
Reptilia
kadang-kadang diberi nama sebagai hewan berdarah dingin karena mereka tidak
menggunakan metebolismenya secara luas untuk mengontrol suhu tubuh. Akan
tetapi, reptilia mengatur suhu tubuhnya menggunakan adaptasi perilaku. Sebagai
contoh, banyak kadal mengatur suhu internalnya dengan cara berjemur di
bawah terik matahari ketika udara sejuk dan mencari tempat berteduh ketika
udara terlalu panas. Karena mereka menyerap panas eksternal dan tidak
menghasilkannya sendiri, reptilian juga dikatakan sebagai hewan ekstoderm,
suatu istilah yang lebih tepat dibandingkan dengan berdarah dingin. Dengan
langsung memanaskan diri dengan energi matahari dan bukan dengan cara
perombakan makanan secara metabolisme, seekor reptilia dapat bertahan hidup
dengan asupan kalori kurang dari 10% kalori yang diperlukan oleh mamalia dengan
ukuran tubuh yang sama (Soertono 1998: 126).
Reptilia
umumnya memiliki ciri-ciri, yakni tubuhnya terdiri atas kepala,
leher, badan, dan ekor. Tubuhnya ditutupi oleh kulit yang kering dan keras
serta disokong oleh sisik. Sisik berguna untuk menjaga cairan tubuh agar tidak
mudah kering. Reptilia bergerak dengan cara merangkak atau melata,
tergolong hewan poikiloterm (berdarah dingin). Bernafas dengan paru-paru,
memiliki sistem peredaran darah tertutup. Jantung reptilian terbagi menjadi
empat ruangan, yaitu serambi kanan, serambi kiri, bilik kanan, bilik kiri,
tetapi sekat antara kedua bilik belum sempurna. Reptilia memiliki sel darah
merah yang berinti. Alat kelamin pada reptilia terpisah, berkembang biak
dengan cara bertelur dan pembuahan terjadi di dalam tubuh betinanya
(pembuahan internal). Beberapa reptilia dapat mengalami ganti kulit atau
ekskufikasi (Murtiasih 2001: 58).
Reptilia
memiliki beberapa karakteristik, seperti tubuh yang dilapisi oleh kulit
yang berduri atau bersisik dan kering, namun ada juga yang kulitnya agak
halus. Memiliki dua pasang alat gerak dengan lima buah jari pada
masing-masing alat gerak tersebut yang dilengkapi juga dengan cakar yang tajam,
berfungsi untuk berlari, memanjat dan lain-lain. Pada hewan sejenis kadal, alat
gerak ini mengalami reduksi sedangkan pada ular tidak terdapat kaki
sebagai alat gerak. Semua hewan vertebrata mempunyai sistem transportasi darah
tertutup (Dorling 2002: 125).
Hewan
dari kelas reptilia baik jenis maupun individu hidup di daerah tropikal dan sub
tropical. Jumlahnya menurun dengan sangat cepat pada daerah kutub dan
daerah tinggi. Habitat reptilia tersebar luas dalam keanekaragamannya. Total
konsumsi makanan reptilia adalah kecil jika dibandingkan dengan yang dibutuhkan
oleh burung dna mamalia. Sebagian besar reptilian menghasilkan telur amniotik
bercangkang. Fertilisasi pada reptilia harus terjadi secara internal, sebelum
cangkang itu disekresi melalui saluran reproduksi betina. Beberapa spesies ular
dan kadal adalah vivivar. Membran ekstra embrioniknya membentuk plasenta yang
memungkinkan embrio mendapatkan nutrien dari induk (Soertono 1998: 132).
Buaya
melipat kakinya ke belakang melekat pada tubuhnya untuk mengurangi
hambatan air dan memungkinkannya mempertinggi kecepatan pada saat berenang.
Jari-jari kaki belakangnya berselaput renang. Buaya dapat bergerak dengan
sangat cepat pada jarak pendek, bahkan juga di luar air. Binatang
ini memiliki rahang yang sangat kuat. Gigi-gigi buaya runcing dan tajam, amat
berguna untuk memegangi mangsanya. Otot-otot di sekitar
rahangnya berkembang sedemikian baik sehingga dapat mengatup dengan amat
kuat. Mulut yang telah mengatup demikian juga amat sukar dibuka, serupa dengan
gigitan tokek. Cakar dan kuku buaya pun kuat dan tajam, akan tetapi lehernya
amat kaku sehingga buaya tidak begitu mudah menyerang ke samping atau
ke belakang. Spesies bayi-bayi buaya hanya berukuran sekitar 20 cm (Anonimb 2012: 1).
Anggota lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat
digunakan sebagai ciri penting untuk identifikasi. Semua reptil memiliki gigi
kecuali pada ordo testudinata. Pada saat jouvenile, reptil memiliki gigi telur
untuk merobek cangkang telur untuk menetas, yang kemudian gigi telur tersebut
akan tanggal dengan sendirinya saat mencapai dewasa. Beberapa jenis reptil
memiliki alat pendengaran dan ada yang yang dilengkapi telinga luar atupun
tidak. Pada beberapa jenis lainnya, alat pendengaran tidak berkembang. Mata
pada reptil ada yang berkelopak dan ada yang tidak memiliki kelopak mata.
Kelopak mata pada reptil ada yang dapat digerakkan dan ada yang tidak dapat
digerakkan dan ada juga yang berubah menjadi lapisan transparan (Hidayat 2009:
5).
Seperti hewan
vertebrata lainnya, reptilia menggunakan bau, pandangan, dan bunyi untuk
mengetahui keadaan di sekitarnya. Beberapa jenis reptilia dapat mendeteksi
panas tubuh mangsanya atau “merasakan” bau mangsanya di udara. Kebanyakan
reptilia dapat melihat dengan baik, tetapi hanya bangsa buaya dan kadal yang
mempunyai telinga luar. Bangsa kura-kura dan ular mempunyai pendengaran yang
kurang baik. Ular “mendengar” dengan menangkap getaran di dalam tanah
menggunakan tulang tengkoraknya
(Steford 2005: 16).
Kadal, ular,
dan kura-kura membaui melalui lubang hidung. Mereka juga mempunyai organ
Jacobson, yaitu suatu cekungan di langit-langit mulut yang berfungsi
“merasakan” udara. Seekor ular mengeluar-masukkan lidahnya untuk menangkap
molekul bau dan memindahkannya ke organ Jacobson. Organ Jacobson dilapisi
sel-sel yang dapat menganalisa bau. Pusat koordinasi pada tubuh seekor reptilia
adalah otaknya. Bagian otak yang mengatur indera pembau dan inderaa pengecap
berkembang dengan baik. Pesan-pesan mengalir dari otak ke sumsum tulang
belakang. Sumsum tulang belakang adalah sekumpulan saraf yang terletak di
tulang belakang seekor reptilian. Pada sistem
genitalis ginjalnya berwarna merah muda dan berbentu melonjong. Kandung kencing
berada di bawah tulang kemaluan dan anak ginjal berada di bawah ginjal (Anonim
2012: 1).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 27
November 2012, pada pukul 08.15 WIB
sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat
di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2 Alat dan
Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki, dan kertas catatan.
Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Chelonia midas, Gecko
gecko, Hemydactilus frenatus, Mabouya
multifaciata.
3.3 Cara Kerja
Alat dan
bahan disiapkan, diambil, dan masing-masing diletakkan di dalam baki. Amati
struktur morfologinya. Kemudian gambarkan dan diberi keterangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
A.
Gecko
gecko
Klasifikasi :
Kingdom
: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptil
Ordo : Squamata
Famili : Geckonidae
Genus : Gecko
Spesies : Gecko gecko
Nama
Umum : Tokek
Keterangan Gambar :
1. Rima
oris
2.
Organa visus
3.
Digiti
4.
Abdomen
Deskripsi :
Gecko gecko atau tokek, tubuhnya terdiri dari caput, cerviks,
truncus, dan caudal. Tubuh ditutupi oleh squamata yang direduksi dan
bermodifikasi menjadi tuberculum atau granula kecil. Menurut Radiopoetro
(2000: 99), bahwa Intergumennya
tidak berkelenjar keringat. Tokek berukuran lebih besar dari cecak. Warna
tubuhnya lebih gelap dari cecak. Bila dalam keadaan bahaya akan memutuskan
ekornya. Setelah itu ekor baru berangsur-angsur akan tumbuh kembali, peristiwa
ini disebut dengan autotomi.
B.
Dorsal Hemydactylus frenatus
Klasifikasi :
Kingdom
: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptil
Ordo : Squamata
Famili : Geckonidae
Genus : Hemydactylus
Spesies : Hemydactylus frenatus
Nama
Umum : Cicak
Keterangan Gambar :
1.
Rima oris
2.
Organa visus
3.
Digiti
4.
Abdomen
5.
Caudalis
6.
Femur
Deskripsi :
Secara morfologi, tubuh dari Hemidactylus frenatus mempunyai squama
yang tebal. Warna kulitnya hitam kecoklatan di bagian dorsal dan lateral, dan
putih di bagian dinding lateral. Menurut Anonim (2012: 1), bahwa Hemidactylus frenatus mempunyai caput yang berbentuk agak
piramidal, meruncing ke arah cranial dan memipih dalam arah dorsoventral.
Squama berbentuk hexagonal dan tidak berlendir. Berukuran lebih kecil dari Gecko
gecko. Sedangkan warna tubuhnya lebih terang. Sama halnya dengan Gecko
gecko, Hemidactylus frenatus bila dalam keadaan bahaya juga akan
memutuskan ekornya. Setelah itu, ekor baru akan tumbuh kembali, yang disebut
dengan autotomi.
C.
Mabouya
multifaciata
Klasifikasi :
Kingdom
: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptil
Ordo : Squamata
Famili : Laterlitia
Genus : Mabouya
Spesies : Mabouya multifaciata
Nama
Umum : Kadal
Keterangan Gambar :
1.
Rima oris
2.
Organa visus
3.
Digiti
4.
Abdomen
5.
Caudalis
6. Femur
Deskripsi :
Mabouya
multifasciata (Kadal) merujuk
pada garis-garis samar memanjang tubuhnya. Sisi atas tubuh berwarna coklat
tembaga keemasan, kerap dengan
bercak-bercak kehitaman di tepi sisik yang membentuk pola garis memanjang yang
kabur terputus-putus. Sisi lateral tubuh dengan warna gelap kehitaman
atau kecoklatan berbintik-bintik putih (pada yang betina atau hewan muda), atau
keputihan dengan saputan warna kuning terang hingga jingga kemerahan (pada
kadal jantan). Menurut Radiopoetro (2000: 99), bahwa sisi
bawah tubuh abu-abu keputihan atau kekuningan. Sisik-sisik di tengah tubuh tersusun dalam
30-34 deret. Sisik-sisik dorsal
(punggung), dan jarang-jarang juga sisik lateral (di sisi tubuh), pada
hewan dewasa memiliki 3 lunas
halus sampai kuat (jarang-jarang, sebagian sisik dorsal berlunas 4 atau
5).
BAB
V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Reptil bernapas dengan paru-paru, dan jantung
pada reptil telah memiliki empat lobi, dua atrium dan dua ventrikel.
2.
Sisik
yang terdapat pada ular untuk mengidentikisasi ular.
3.
Kura
kura jantai mempunyai ciri dibagian ventran yaitu sisiknya mencekung sedangkan
betina sisiknya datar karena merupakan tempat menyimpan telur.
4.
Kepala
ular semakin berbentuk segitiga semakin menunjukkan tanda bahaya karena semakin
berbisa.
- Untuk
mengidentifikasi reptil dapat diperhatikan dari morfologinya, gigi, sisik,
warna tubuh, dan bentuk kepala.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2012. Laporan Praktikum Kadal. http://feronazulfikar.blogspot.com/2010/03 /laporan-praktikum-kadal.html. Diakses 23 November 2012.
Hickman,
C.P., L. S. Roberts dan A. Larson. 2003. Animal Diversity. McGraw-Hill Companies, Inc.: North America.
Hidayat, L.N. 2009. Reptilia. http://ksh.biologi.ugm.ac.id/index.php?option=com_ content&view=section&layout=blog&id=4&Itemid=16. Diakses 23 November 2012.
Rodrigues,
Maurice. 2003. The Complete Chelonian Taxonomy List World Chelonian Trust. http://www.chelonia.org/Turtle_Taxonomy.htm. Diakses 23 November
2012..
Steford, S. 2005. Ular
dan Reptilia Lain. Erlangga. Jakarta, 121 hlm.
Zug, G.R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and
Reptiles.
Academic Press. London, 358 hlm.
Gbr 1. Hemydactilus
frenatus
Gbr 2. Gecko gecko
Gbr 3. Ventral Trachemys sp. Gbr 4. Dorsal Trachemys sp.
Gbr 5. Crocodilus phorosus Gbr 6. Mabouya multifaciata
ABSTRAK
Praktikum ini
berjudul “Reptil”. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari struktur morfologi dari anggota kelas reptil. Praktikum ini
dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 27 November 2012, pada pukul 08.15 WIB
sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi ,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah alat tulis,
baki, dan kertas catatan.
Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Crocodilus
phorosus, Gecko gecko, Hemydactilus frenatus, dan Mabouya multifaciata. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah struktur morfologi dari beberapa anggota kelas
reptil, sedangkan kesimpulan morfologi kelas reptil umumnya terbagi atas caput (kepala), truncus (badan),
dan caudal (ekor).
LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“AVES”
OLEH
:
NAMA :
RISMA VIVI AMALIA
NIM :
08111004037
KELOMPOK : X (SEPULUH)
ASISTEN : M.
IQBAL ROBYANTO
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar
Teori
Dilihat
dari arti katanya, aves
adalah vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu (asal epidermal),
sedangkan hewan lainnya tidak ada yang berbulu. Aves adalah vertebrata yang
dapat terbang, karena mempunyai sayap yang merupakan modifikasi anggota gerak
anterior. Sayap pada aves berasal dari elemen-elemen tubuh tengah dan distal.
Pada fosil Pterodactyla (reptilian) dan chiropetra (mamalia terbang), sayap
berasal dari elemen-elemen tubuh distal. Kaki pada aves digunakan untuk
berjalan, bertengger, atau berenang (dengan selaput interdigital).
Karakteristik tengkorak aves meliptui tulang-tulang tengkorak yang berfusi
kuat, paruh berzat tanduk. Aves tidak bergigi, mata besar, kondil oksipetal
tunggal, contoh aves, burung, penguin (Sukra 2000: 128).
Burung adalah hewan vertebrata yang berdarah panas,
memiliki bulu yang menutupi seluruh permukaan tubuhnya. Aves merupakan hewan
vertebrata yang berkembang biak menghasilkan telur. Burung merupakan salah satu
kelas yang memiliki sayap atau kemampuan untuk terbang, tetapi ada juga salah
satu spesiesnya yang tidak dapat terbang misalnya pinguin. Karakteristik dari
hewan ini adalah bagian atau batas anggota tubuhnya terlihat dengan jelas atau
mudah untuk dibedakan. Dilihat dari segi makanan dan cara memperolehnya, hewan
ini memiliki keanekaragaman dalam hal makanan dan cara memperoleh makanan, ada
yang memakan biji-bijian, serangga, sampai pemakan daging, misalnya elang
(Radiopoetro 2000: 205).
Meskipun
burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya
terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok
hewan yang disebut Archosauria. Diperkirakan burung berkembang dari sejenis
reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang
khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan
dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan
hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang
lebih rendah (Anonima
2012: 1).
Bulu yang menutupi tubuh burung disebut plumae, yang
memiliki dua fungsi utama yang sangat penting untuk terbang dan mencegah
kehilangan panas tubuh. Burung menunjukkan beberepa adaptasi untuk terbang,
bertulang ringan dan berongga. Pergerakan utama dijalankan oleh sayap dan kaki.
Pada gerakan bipedal titik gravitasi harus terletak diatas kaki atau tepatnya
diantara kedua kaki. Luas permukaan yang bersinggungan dengan tanah yang
mereduksi sedangkan digiti bertambah panjang untuk mencegah kehilangan
keseimbangan. Pada burung yang kakinya panjang dengan digiti pendek, tibiotarsi
dan tarmpometatarsi kurang lebih harus mempunyai panjang yang sama untuk mempertahankan
keseimbangan, pada prinsipnya sehubungan dengan cara bergeraknya pada berbagai
spesies burung tidak sama (Radiopoetro 2000: 205).
Aves tidak
memiliki vesica urinaria, zat-zat ekskresi setengah padat, pada hewan betina
biasanya memiliki ovarium kiri dan oviduct kiri, yaitu saluran yang
menghubungkan indung telur dengan rahim. Suhu tubuh tetap (homoiothermis).
Memiliki 12 nervi cranialis. Fertilisasi terjadi di dalam tubuh (Sukra 2000:
132).
Burung mempunyai dua cara pengambilan udara
pernapasan, yaitu pernapasan yang dilakukan
pada waktu tidak terbang dapat dijelaskan sebagai berikut, perlekatan
tulang rusuk pada tulang dada dan tulang belakang tidak secara persendian,
sehingga tulang-tulang rusuk bergerak kemuka kearah bawah, rongga dada membesar
dan paru-paru mengembang
sehingga udara dari luar masuk kedalam paru-paru melalui saluran alat
pernapasan. Pada weaktu udara masuk kedalam paru-paru, sebagian dari oksigen
udara diambil dan sebagian masuk kedalam kantong-kantong udara (Campbell 2000:
112).
1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum ini
bertujuan untuk mempelajari
struktur morfologi dari anggota kelas aves.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata aves berasal kata Latin
dipakai sebagai nama kelas, sedangkan Ornis dari kata Yunani dipakai dalam
Ornithology yang dapat berarti ilmu yang mempelajari burung-burung. Aves
merupakan hewan yang bertulang belakang yang sebagian besar permukaan tubuhnya
ditutupi oleh lapisan atau oleh bulu. Aves juga adalah satu-satunya vertebrata
yang dapat terbang karena memiliki sayap yang jumlahnya sepasang. Sayap ini
merupakan modifikasi anterior dari anggota gerak. Eksokleton pada burung antara
lain adalah bulu, sisik pada kaki dan kuku. Bulu pada burung berfugsi untuk
melindungi badan terhadap cuaca yang tidak cocok dan berfungsi juga untuk
terbang. Oleh karena itu bulu pada aves
memiliki bentuk tersendiri jika dibandingkan dengan bulu-bulu vertebrata
lain. Menurut susunan anatominya, bulu dapat dibedakan ke dalam plumae,
plumumae, dan filoplumae. Pada waktu bulu masih muda, kedua umbiculus dilalui
oleh pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makanan kepada bulu-bulu yang masih
muda (Brotowidjoyo 1996: 223).
Warna bulu aves terbagi 2
golongan, warna bulu yang disebabkan oleh biochrome yang menyerap dan
memantulkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu, yaitu bulu dengan warna
merah, jingga, kuning, hitam, kelabu, coklat dan hijau. Warna bulu yang
disebabkan oleh adanya elemen fisik, yaitu bulu dengan warna putih, biru dan
gemerlapan. Paruh aves mempunyai ciri-ciri seperti (panjang-lurus - pipih datar),
(pendek – bergigi), (berkait - berkantung leher). Sayap aves mempunyai beberapa
ciri-ciri, (panjang – bulat), pendek – runcing (Syahrum 1998: 31).
Sistem makanan pada burung dapat dibedakan menjadi tractus digestivus dan
glandula digestoria. Extremitas
posterior berupa kaki, otot daging paha kuat, sedang bagian bawahnya bersisik
dan bercakar. Mulut mempunyai rostum (paruh) yang terbentuk oleh maxilla pada
ruang atas dan mandibula pada ruang bawah. Bagian dalam rostum dilapisi oleh
lapisan yang disebut cera, sedang sebelah luar dilapisi oleh pembungkus selaput
zat tanduk. Pada atap paruh atas terdapat lubang hidung (nares interna pada
sebelah dalam dan nares externa sebelah luar). Organon visus relatif besar dan
terletak sebelah lateral pada kepala dengan kelopak mata yang berbulu. Pada
sudut medial terdapat membrana nicitan yang dapat ditarik menutup mata. Di
belakang dan di bawah tiap-tiap mata terdapat lubang telinga yang tersembunyi
di bawah bulu khusus. Di bawah ekor terdapat anus (Sukra 2000: 132).
Pernapasan pada burung dapat dibedakan menjadi, pernapasan pada waktu
istirahat dan pernapasan pada waktu terbang. Pada waktu terbang, organ yang
sangat berfungsi atau memegang peranan yang sangat penting adalah saccus interclavicularis
dan saccus axillaries. Apabila sayap diturunkan saccus axilaris terjepit,
sehingga saccus interclavicularis menjadi longgar dan sebaliknya apabila sayap
diangkat, saccus axillaries membesar sedangkan saccus servicalis mengecil.
Suara pada burung dihasilkan dari getaran membrane semilunaris. Getaran ini
terjadi hasil dari kerja otot-otot.
Badan burung terdiri dari caput, servix, truncus dan caudal. Caput
relatif kecil dan padanya terdapat rosrum bagian atas, cera adalah suatu
tonjolan kulit yang berbulu, padanya antara lain terdapat iris yang berwarna
kuning atau jingga kemerah-kemerahan (Brotowidjoyo 1996: 223).
Burung berdarah panas dan
berkembang biak melalui telur. Tubuhnya tertutup bulu dan memiliki
bermacam-macam adaptasi untuk terbang. Kedua tungkai depannya telah berubah
menjadi sayap. Ciri-ciri khusus aves antara lain, tubuh terbungkus oleh bulu,
mempunyai dua pasang anggota (extremitas), anggota anterior (sepasang)
mengalami modifikasi sebagai sayap, sedangkan sepasang anggota posterior
disesuaikan untuk hinggap dan berenang. Pada kaki terdapat 4 jari, 3 di depan
dan 1 dibelakang. Cakar terbungkus oleh kulit yang menanduk dan bersisik (Anonimb 2012: 1).
Sternum atau tulang dada, memiliki suatu crista medialis yang disebut
dengan carina sterni, dimana fungsi dari carina sterni ini adalah untuk atau
sebagai tempat melekatnya otot-otot untuk terbang. Sistem peredaran darah pada aves. Alat-alat
transportasi pada burung merpati terdiri atas jantung dan pembuluh darah.
Jantung terdiri atas empat ruang yaitu serambi kiri, serambi kanan, bilik kiri
dan bilik kanan. Darah yang banyak mengandung oksigen yang berasal dari
paru-paru tidak bercampur dengan darah yang banyak mengandung karbondioksida
yang berasal dari seluruh tubuh. Peredaran darah burung merupakan peredaran
darah ganda yang terdiri atas peredaran darah kecil dan peredaran darah
besar (Sukra 2000: 130).
Pada burung alat sekresinya terdiri dari ginjal, paru-paru dan kulit.
Burung mempunyai sepansang ginjal, yang berwarna coklat. Saluran ekskeri ginjal
dan saluran kelamin bermuara pada bagian khir dari usus (kloaka). Kloaka ini
merupkan tempat paertemuan saluran ginjal, saluran kelenjar kelamin dan usus.
Burung hampir sama sekali tidak mempunyai kelenjar kulit, tetapi mempunyai kelenjar
minyak, yang terdapat pada tunggingnya, yang berguna untuk meminyaki
bulu-bulunya. Sistem peredaran darah pada burung, terdiri dari jantung dan
pembuluh-pembuluh darah. Jantung burung berbentuk kerucut dan dibungkus oleh
suatu selaput yang disebut pericardium. Jantung burung terdiri dari empat
bagian, yaitu atrium kiri, atrium kanan, ventrikel kiri dan ventrikel kanan.
Aterium dan bilik dibatasi oleh suatu sekat yang disebut dengan klep (Campbell 2000:
112).
Bulu mempunyai 3 tipe, yaitu,
bulu kontur (plumae), untuk terbang dan mengandung sebuah baling-baling (vane)
yang tersebar dengan pola tertentu yang disebut pteril. Bulu kapas (plumulae),
tidak ada vane, mengandung serabut-serabut yang tidak terikat satu dengan
lainnya, dan tersebar diseluruh tubuh. Filoplumae, kecil-kecil dengan batang
bentuk benang berakhir dengan beberapa serabut, tumbuh di sekitar pangkal bulu
kontur. Bulu-bulu itu diganti tiap tahun, sehabis musim perkawinan. Hanya ada
sebuah kelenjar yang terdapat pada kulit (Radiopoetro 1998: 315).
Endoterm adalah hewan yang
panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih
konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia. Aves
tergolong pada hewan jenis amniota, karena janinnya mempunyai selaput embrional
yang dinamakan amnion. Tipe telur burung adalah telolecithal, tetapi oleh
karena detoplasmanya banyak sekali, maka dinamakan megalecithal. Bagian aktif
pada sel telur atau pada pembelahan sel telur burung, yaitu keping lembaganya
atau blastidiscnya. Pembelahan bertujuan untuk mendapatkan banyak sel yang
semuanya mengandung perangkat gen yang identik. Sel ini berdiferensiasi
membentuk bermacam-macam sel yang berbeda fungsi. Kelompok burung merupakan
hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat kelamin luar,
fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh (Campbell 2004: 94).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 27
Oktober 2012, pada pukul 08.15 WIB
sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat
di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2 Alat dan
Bahan
Alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah alat tulis,
baki bedah, kertas catatan,
sedangkan bahan yang digunakan adalah beberapa anggota kelas aves yaitu Columba
livia, Gallus gallus, Orthotormus sp, Turnix suscicator.
3.3 Cara Kerja
Disiapkan bahan yang akan diamati dan diletakkan diatas baki bedah, diamati
morfologi yang menjadi ciri khas masing-masing bahan, seperti jenis bulu, jenis
paruh, jenis kaki, dan lainnya, lalu digambar dan diberi keterangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
A. Columba
livia
Klasifikasi :
Kingdom
: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Columbae
Famili : Columbidae
Genus : Columba
Spesies : Columba livia
Nama
Umum : Merpati
Keterangan Gambar :
1. Cervix
2.
Remiges
3.
Organon visus
4.
Fascula
5.
Caput
Deskripsi :
Columba livia merupakan nama latin dari burung merpati. Burung
ini berukuran sedang yaitu sekitar 30 centimeter dan berwarna hitam kebiruan. Menurut Soewarsono (1991: 132), bahwa Iris berwarna kuning atau jingga
kemerah-merahan, dikelilingi oleh kulit yang berbulu. Pupil, jika dibandingkan
dengan besarnya mata relatif besar. Dada dari Columba livia berwarna biru kemerahan.
B.
Orthotormus sp
Klasifikasi :
Kingdom
: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Orthotormidae
Genus : Orthotormus
Spesies : Orthotormus sp
Nama
Umum : Pipit
Keterangan Gambar :
1.
Organon visus
2.
Falcula
3.
Caput
4.
Postrum
5.
Femur
6.
Truncus
Deskripsi :
Orthotormus sp merupakan nama latin dari burung pipit.
Burung ini suka bertengger, jari-jari tiga ke depan dan satu ke belakang,
biasanya sayap dengan sembilan atau sepuluh primer. Burung yang berukuran kecil
ini yaitu 11 cm, berwarna coklat dan kepala putih. Orthotormus sp
memiliki mahkota yang berwarna putih serta bagian sisi dari kepala dan bagian
belakang dari leher berwarna putih kecoklatan. Dagu, kerongkongan dada atas dan
bagian tengah dari perut berwarna hitam, setelahnya berwarna coklat pucat (Brotowidjoyo
1996: 223).
BAB
V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Tiga tipe bulu berdasarkan anatominya
adalah plumae, plumulae, dan filoplumae.
2. Pada burung jenis tertentu terdapat sera
yang merupakan bulu pada hidungnya, yang berfungsi sebagai alat adaptasi
fisiologinya.
3. Fungsi bulu-bulu aves untuk melindungi
kulit terhadap cuaca yang tidak cocok, menjaga suhu agar tetap konstan,
mengetahui predator, membaur diri dengan lingkungan, membantu terbang, serta
menarik pasangan.
4. Ekstremitas anterior sebagai sayap untuk
terbang di bagian dorsal dan mempunyai bulu agak panjang, berfungsi untuk
terbang.
5. Extremitas posterior berupa kaki, otot
daging paha kuat, bagian bawahnya bersisik dan bercakar.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2012. Morfologi aves. rykibio046.blogspot.com/2011/05/behaviorurldefaultvml-o.html. Diakses 25 Oktober 2012.
Brotowidjoyo. 1996. Zoologi Dasar. Jakarta. Erlangga: xii + 349
hlm.
Campbell, et all. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid II.
Jakarta. Erlangga: xxi + 404 hlm.
Radiopoetro.
1996. Zoologi. Erlangga : Jakarta.
Storer.
1991. General Zoology. Mc. Graw Hill
book company. United States : America.
Syahrum. 1998. Hewan Aves. Yrama Widya. Bandung : v + 260 hlm.
LAMPIRAN
Gbr 3. Orthotormus
sp.
Gbr
4. Columba livia
ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “Aves”.
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari struktur morfologi
dari anggota kelas aves. Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 27 Oktober
2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium
Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki, dan kertas catatan. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Columba livia, Gallus
gallus, Orthotormus sp, dan Turnix
suscitator. Hasil yang diperoleh dalam
praktikum ini adalah struktur
morfologi dari beberapa anggota kelas aves, sedangkan kesimpulan yang
diperoleh adalah morfologi kelas
aves sebagian besar terlindungi dengan bulu, dimana tetrices merupakan bula
dada, retrices merupakan bulu ekor, remiges merupakan bulu sayap, dan parpterum
merupakan bulu pada punggung.
LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“MAMALIA”
OLEH
:
NAMA :
RISMA VIVI AMALIA
NIM :
08111004037
KELOMPOK : X (SEPULUH)
ASISTEN : M.
IQBAL ROBYANTO
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar
Teori
Mamalia berasal dari kata mammal yang berarti
menyusui. Semua mamalia memiliki ciri yang sama yaitu semua memiliki rambut
walaupun kadang-kadang rambut ini tidak begitu nyata. Yang kedua adalah bahwa
semua spesies dari semua mamalia ini menyusui anaknya. Hewan mamalia memiliki
persamaan yang sama dengan manusia misalnya dalam system peredaran darahnya,
reproduksi, pernapasan dan pencernan makanan. Sistem rangka pada mamalia pada
umumnya yaitu pada setiap rahang terdapat gigi seri yang berjumlah dua buah di
bawah dan dua buah di atas. Kulit yang menutupi tubuh mamalia terdiri dari dua
lapisan yaitu corium lapisan di bagian dalam dan epidermis yang merupakan
lapisan di bagian luar tubuh dari mamalia. (Storer 1991: 775).
Mamalia merupakan hewan yang bersifat homoioterm atau sering disebut
hewan berdarah panas, karena kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar. Pada betina
mempunyai kelenjar mamae (air susu) yang tumbuh baik. Anggota gerak depan pada mammalia ini
bisa bermodifikasi yang digunakan untuk berlari, berenang juga menggali lubang dan terbang. Pada
jari-jarinya terdapat kuku dan cakar. Pada kulitnya terdapat banyak kelenjar
yaitu kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Mamalia diduga berasal dari reptil sinodon yaitu
periode triassik yang giginya berdiferensiasi. Dimasa itu mammalia itu kecil,
tapi kemudian terbentuk mammalia yang besar-besar. Mammalia berplesenta berasal
dari mammalia insektivora (Mukayat 1990 : 233).
Alasan
mengapa mammalia itu diduga berasal dari reptil yaitu memilki dua kondil
oksipetal; buka satu rahang bawah bersendi dengan tengkorak; tidak ada pada
tulang kuadrat, giginya hanya dua golongan gigi yaitu gigi susu dan gigi
permanen dan tidak dalam satu golongan serta berganti-ganti. Diproses
menulangnya, vertebrata dan tulang panjang yang berasal dari tiga buah pusat,
jadi tidak seperti pada reptilia yang menulang vertebrae dan tulang panjangnya
berasal dari satu pusat proses penulangan. Walupun mamalia jantan
tidak menyusui anaknya, bukan berarti mereka tidak memiliki kelenjar mamae.
Semua mamalia memiliki kelenjar mamae , tetapi pada mamalia jantan kelenjar ini
tidaklah berfungsi sebagaimana pada mamalia betina (Brotowidjoyo 1993: 180).
Berdasarkan ciri-ciri dasarnya hewan menyusui dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu mamalia monotrema, mamalia marsupialia, dan mamalia plasenta. Mamalia
monotrema adalah hewan menyusui yang mengerami telurnya. Merupakan kelompok
hewan menyusui yang jumlahnya paling sedikit, hanya dua jenis yang masih hidup
saat ini, yaitu platipus dan echidna. Mamalia marsupialia adalah hewan menyusui
yang berkantong. Kelompok hewan ini melahirkan anaknya yang masih lemah,
kemudian dibesarkan di dalam kantongnya. Terdapat sekitar 266 anggota kelompok
ini diantaranya kanguru, koala, dan oposum. Mamalia plasenta adalah hewan
menyusui yang mengandung dan melahirkan anaknya. Mempunyai bentuk dan ukuran
tubuh beragam (Radiopoetro
1996: 420).
Alat pernapasan pada manusia terdiri dari hidung,
rongga hidung sampai pada paru-paru, biasanya mamalia hampir seluruh spesiesnya
bernapas dengan paru-paru termasuk paus dan hiu yang hidup di air. Mamalia
memiliki indra yang digunakan oleh tubuh untuk mengenal dunia luar. Selain
memiliki indera seperti indera pengecap, perasa, pendengar, peraba,
penglihatan, mamalia juga memiliki reseptor reseptor yang ada pada
masing-masing indera, reseptor ini juga berfungsi sebagai upaya untuk mengatasi
gangguan-gangguan dari luar tubuh. Proses pengeluaran atau sekresi atau
pengeluaran yang berguna bagi tubuh, pada mamalia dan manusia memiliki
persamaan, pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme dalam tubuh yang tidak
berguna dikeluarkan melalui ginjal, kulit, paru-paru, dan seluruh pernapasan
(Kimball 1999: 492).
1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati morfologi
dan anatomi anggota kelas mamalia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mamalia
merupakan salah satu kelas dari kingdom animalia yang memiliki sejarah evolusi
hampir sempurna dibandingkan dengan kelas yang yang lain. Mamalogy adalah
bagian dari ilmu zoologi yang mempelajari tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan hewan mamalia. Mamalia merupakan salah satu hewan vertebrata
yang berperan penting dalam kelangsungan dan kelestarian alam semesta. Secara
umum ciri-ciri dari mamalia selain memiliki kelenjer mamae dan rambut mamalia
juga memiliki kelenjer keringat, melahirkan anak, gigi umumnya heterodont,
terdiri dari dua set gigi, yaitu gigi susu dan gigi permanent, mempunyai daun
telinga, rangkanya mengalami penyederhanaan, mempunyai cerebrae-cortex yang
telah mengalami pengembangan, serta mempunyai anus dan bukan kloaka (Pratigno 1992: 67).
Tubuh
mamalia memiliki bagian utama yaitu caput (kepala), truncus (badan),
cauda (ekor) dan extrimitas liberae (alat gerak). Pada bagian caput
terdapat auriculae (telinga), porus acusticus externa, organon visus, nares
(lubang hidung), fibrisae dan rima oris. Auricularae telah berkembang dengan
sempurna memiliki daun telinga yang membantu untuk proses pendengaran.
Organon visusnya terdapat palpebra superior (pelupuk mata atas) dan inferior
(pelupuk mata bawah), selain itu juga terdapat plica semilunaris yang terletak
di sudut mata sebelah medial. Rima oris dibatasi oleh labium superius, serta
terdapat palantum durum (langit-langit keras) dan palantum molle (langit-langit
lunak). Rima oris pada Rattus norvegicus terdapat insisivus (gigi seri)
yang termodifikasi sebagai hewan pengerat (Radiopoetro 1996: 424).
Sistem pencernaan pada mamalia
dibedakan menjadi dua yaitu tractus digestivus (saluran pencernaan) dan
Glandula digestoria (kelenjar pencernaan). Tractus digestivus disusun
oleh cavum oris, lingua, pharynk, esophagus, ventrikulus, intestinum tenue,
coecum, intestinum crasum, dan anus. Glandula digestoria terdiri dari hepar (hati) yang berwarna merah coklat,
vesica fellea (kantong empedu), dan pancreas yang terdapat pada mesentrium (Anonima 2012: 1).
Anggota gerak depan pada
mammalia dapat bermodifikasi untuk berlari, menggali lubang, berenang dan terbang.
Pada kulit banyak mengandung kelenjar, yaitu kelenjar minyak dan kelenjar
keringat. Mammalia umumnya dapat dibedakan dengan nyata antara caput, truncus
dan caudal. Kecuali
binatang yang berparuh bebek (ornithorynchus) yang termasuk ordo monp tremata,
semua mammalia melahirkan (vivipar). Ornithohynchus terdapat di benua
Australia. Hewan tersebut bertelur, dari telurnya menetaslah anak yang berambut
pada seluruh permukaan tubuhnya, seperti mammalia yang lain. Anak-anak yang
masih kecil menyusui pada induknya. Hewan mamalia mencakup tikus, monyet, paus, kelelewar,
kucing, manusia dan bentuk kehidupan lain (Soewasono 1983 : 139).
Disamping sekelompok besar
dari spesies langka. Semuanya kurang lebih ditubuhnya tertutupi oleh adanya
rambut dan berdarah panas. Beragam jenis mammalia hidup di berbagai bentuk
habitat dari daerah kutub sampai ke gurun atau hutan. Banyak yang mempunyai
kebiasaan hidup malam hari dan istirahat pada siang hari, sehingga jarang
terlihat. Beberapa spesies yang liar diburu untuk kesenangan dan lainnya untuk
diambil bulunya. Mamalia
selain primata tidak mengalami menstruasi, dan siklus mereka disebut dengan
siklus estrus. Siklus ini diberi nama dengan siklus estrus karena adanya
periode “panas” (estrus) yang mencolok pada saat ovulasi yang biasanya
merupakan satu-satunya waktu ketika terjadi peningkatan keinginan seksual pada
hewan betina (Ganong 2003 : 423).
Pada wanita, kegiatan seksual
terjadi sepanjang siklus menstruasi, tetapi melalui penelitian yang lebih teliti
tampak bahwa seperti juga pada golongan primate yang lainnya. Kegiatan seksual
wanita yang bersifat spontan lebih sering terjadi pada saat ovulasi. Birahi atau estrus adalah keadaan yang
menunjukkan bahwa seekor hewan betina memperlihatkan naluri atau keinginan
kawin. Pada sapi, estrus terjadi dengan adanaya perubahan alat kelamin luar,
seperti vulva membengkak, selaput lender vulva memerah dan berlendir.
Pembengkakkan vulva jelas terjadi pada babi selain itu hewan kurang nafsu
makan, nervous, sering kencing dan juga bersuara. Lain halnya dengan anjing
karena pada anjing estrus terjadi adanya keluar darah dari vulva (Sukra 2000 : 64).
Sistem sirkulasi pada mamalia terdiri dari jatung, pembuluh nadi,
pembuluh balik, dan kapiler-kepiler darah. Jantung terbagi manjadi empat
ruangan yang terdiri dari dua serambi dan dua bilik. Sistem reproduksi mamalia
terjadi secara internal dan terjadi di dalam tubuh. Perkembangan embrio terjadi
di dalam uterus, dimana plasenta terbentuk dari persatuan antara karion dan
allantois. Terbentuknya plasenta merupakan saran mekanisme difusi makanan dan
oksigen kepada embrio atau fetus yang membuang sisa atau hasil metabolism. Marmut,
mencit dan hamster anggota dari kelas mamalia umumnya merupakan hewan
vertebrata yang memiliki tulang belakang yang berfungsi untuk menopang tubuhnya
dan melindungi organ-organ di dalam tubuhnya yang lunak (Brotowidjoyo 1996:
219).
Bulu-bulu pada mamalia berfungsi
untuk melindungi terhadap perubahan suhu lingkungannya. Mencit digunakan sebagai
medium percobaan terhadap zat-zat atau senyawa-senyawa sebelum digunakan oleh
manusia. Marmut dan hamster adalah hewan hewan sejenis dengan kelinci hanya
saja ukuran tubuhnya lebih kecil dibandingkan dengan kelinci. Hamster ini
sangat mudah mengalami depresi jika berada dalam kondisi yang tidak sesuai. Sistem
reproduksi pada mamalia yaitu untuk fertilisasi internal pada yang jantan ada
organ intro mitten (penis). Testis terdapat pada skrotum, perkembangan terjadi
dalam uterus, plasenta terbentuk dari persatuan antara korion dan allantios,
terbentuknya plasenta merupakan sarana mekanisme difusi makanan dan makanan
minuman dan oksigen kepada embrio atau fetus dan membuang sisa metabolisme
(Campbell 2000 112).
Grandula mamae pada Homo sapiens ada pasangan dan terdapat pada
dinding internal thorax. Bagian yang menghasilkan secret berbentuk
kandungan-kandungan kecil atau alveoli. Alveoli ini terbagi 15 – 20 lobi. Dari
alveoli berjalan saluran-saluran keluar atau ductus lactiferi. Sebelum ductus
ini bermuara keluar mereka melebar menjadi sinus lactiferi. Karakteristik dari mammalia adalah betinanya memiliki
kelenjar mammae yang tumbuh sangat baik, pada jari-jarinya terdapat kuku dan cakar,
gigi umumnya terdiri dari 4 tipe yaitu gigi seri, taring, premolar, dan molar,
temperatur badannya tetap (homoiterm), ginjalnya bertipe mesonefros, terdapat
12 pasang syaraf cranial, membran niktitans mungkin vestigial, respirasi
melalui paru-paru, memiliki 3 buah osikel auditori, vertebrata servikal
biasanya 7 buah, anggota gerak depannya bermodifikasi untuk berlari, berenang,
menggali lubang dan terbang, lubang genital dan anusnya terpisah baik jantan
dan betina dan fertilisasinya secara internal (Mukayat 1990 : 232-233).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 4
Oktober 2012, pada pukul 08.15 WIB
sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat
di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2 Alat dan
Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki, dan kertas catatan,
gunting bedah. Sedangakan bahan yang dibutukan adalah Cavia cobaya, Felis domestica dan Mus
musculus.
3.3 Cara Kerja
Alat dan
bahan disiapkan diletakkan diatas baki bedah, kemudian diamati morfologi tiap-tiap bahan satu
persatu. Kemudian Mus musculus
diambil, dibedah, diamati
bagian-bagian anatominya, digambarkan di kertas catatan, dan diberi keterangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
A.
Cavia
cobaya
.
Klasifikasi :
Kingdom
: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Caviidae
Genus : Cavia
Spesies : Cavia cobaya
Nama
Umum : Marmut
Keterangan
Gambar :
1. Caput
2. Abdomen
3. Digiti
4. Organon
visus
Deskripsi :
Pengamatan yang telah dilakukan pada Cavia
cobaya perbedaan yang terlihat jelas antara hewan Cavia cobaya ini dengan hewan yang lain yaitu terletak pada
ekornya. Ekor Cavia cobaya ini memang
tidak terlihat. Menurut Kimball (1999: 492), bahwa makanan Cavia cobaya ini adalah tumbuhan. Hewan ini juga dikenal dengan
hewan pengerat.
B.
Felis
domestica
.
Klasifikasi :
Kingdom
: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Karnivora
Famili : Felidae
Genus : Felis
Spesies : Felis domestica
Nama
Umum : Kucing
Keterangan
Gambar :
1. Auriculate
2. Abdomen
3. Organon
visus
4. Caudal
Deskripsi :
Pengamatan yang dilakukan terhadap Felis
domestica dapat terlihat bagian-bagian tubuhnya seperti auriculate,
abdomen, glutae, dorsum, fibrise, dan juga anus. Pada Felis
domestica betina memiliki kelenjar mamae dan juga puting susu yang
digunakan untuk menyusui anaknya. Menurut Storer (1991: 775), bahwa ciri dari
mamalia yaitu semua spesies mamalia menyusui anaknya. Susu dikeluarkan oleh
kelenjar-kelenjar susu dalam kulit mamalia. Kelenjar susu yang menghasilkan
susu hanya terdapat pada mamalia betina saja. Pada mamalia jantan kelenjar susu
tidak berfungsi. Rambut dan kelenjar susu dan beberapa ciri rangka tubuh yang
lain memisahkan mamalia dari golongan hewan yang lainnya
C.
Mus
musculus
.
Klasifikasi :
Kingdom
: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
Nama
Umum : Mencit
Keterangan
Gambar :
1. Abdomen
2. Organon
visus
3. Digiti
4. Crus
5. Femur
6. Caudal
Deskripsi :
Pengamatan yang dilakukan terhadap Mus
musculus ini dapat terlihat bagian-bagian tubuhnya seperti auriculate,
abdomen, glutae, dorsum, fibrise, dan juga anus. Pada bagian tubuh Mus musculus dapat terlihat rambut. Menurut
Radiopoetro (2000: 246), bahwa rambut merupakan ciri dari mamalia. Biarpun
kadang-kadanhg rambut ini tidak begitu nyata. Semua spesies mamalia menyusui
anaknya. Susu dikeluarkan oleh kelenjar-kelenjar susu dalam kulit mamalia.
Kelenjar susu yang menghasilkan susu hanya terdapat pada mamalia betina saja.
Pada mamalia jantan kelenjar susu tidak berfungsi. Rambut dan kelenjar susu dan
beberapa ciri rangka tubuh yang lain memisahkan mamalia dari golongan hewan
yang lainnya.
BAB
V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pada mammalia secara garis besar ada 3
sistem peredaran darah yaitu circulatio magna (peredaran darah besar),
circulatio parva (peredaran darah kecil) dan system portae.
2. Cor pada mammalia termasuk pada Mus
musculus dan Felis domestica terdiri dari empat ruang yang sudah
terbagi sempurna.
3. Sistem urogenital Mus musculus pada
jantan dan betina terdiri dari dua macam, yaitu sistem urogenital externa dan
sistem urogenital interna.
4. Pada
bagian tubuh Mus musculus dapat
terlihat rambut. Rambut merupakan salah satu ciri dari mamalia.
5.
Mamalia berdarah panas, artinya dapat mempertahankan
panas tubuhnya pada suhu tertentu, tanpa dipengaruhi suhu lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2012. Jaringan
Dasar Hewan. http://www.sith.itb.ac.id/profile/pdf/Jaringan %20%Dasar%20%Hewan.pdf.
Diakses pada tanggal 2 November 2012.
Bresnick, S. 2003. Intisari Biologi. Hipokrates : Jakarta.
Campbell, N.A. 2003. Biologi Jilid II.
Erlangga : Jakarta.
Cormack, D.H. 1994. HAM Histologi. Binarupa
Aksara : Jakarta.
Geneser, F.
1994. Buku Teks Histologi. Binarupa Aksara : Jakarta.
Miller, S.A. dan Jhon, P.H. 1992. Zoologi. McGraw-Hill
Book Company, Inc : The United States of America.
Syarifuddin, B.Ac. 1997. Anatomi
Fisiologi untuk Siswa Perawat. EGC : Jakarta.
ABSTRAK
Praktikum ini
berjudul “Mamalia”. Praktikum
ini bertujuan untuk mengamati morfologi dan anatomi anggota
kelas mamalia. Praktikum
ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 4 November 2012, pada pukul 08.15
WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi
, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah alat tulis,
baki, dan kertas catatan, Sedangkan
bahan yang dibutuhkan adalah Cavia cobaya, Felis domestica, dan
Mus musculus. Hasil yang diperoleh dalam
praktikum ini adalah struktur
morfologi dari keempat bahan, sedangkan kesimpulan yang diperoleh adalah
ciri khusus kelas mamalia adalah
terdapat kelenjar susu, kelenjar keringat, kelenjar minyak, dan rambut.
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI I
“MORFOLOGI
JAMUR BENANG”
OLEH
:
NAMA :
RISMA VIVI AMALIA
NIM :
08111004037
KELOMPOK : 7 (TUJUH)
ASISTEN : NOVITA
APRIYANTI
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
LEMBAR HASIL KERJA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul Praktikum : Morfologi Jamur Benang
Nama/NIM : Risma Vivi Amalia/08111004037 Kelompok : VII
Asisten : Novita Apriyanti Tanggal : 28 Nov 2012
I.
TUJUAN
PRAKTIKUM
Tujuan
praktikum ini adalah untuk melakukan pengamatan terhadap morfologi jamur benang sekaligus membuat
preparat jamur benang.
II. LANDASAN TEORI
Jamur benang merupakan jamur yang berbentuk benang multiseluler tidak
berklorofil, dan sel-sel nya mengalami differensiasi dalam jaringan jamur benang.
Kalau kita pertama kali mengadakan
piaraan biasanya yang kita peroleh itu suatu piaraan campuran misal kita ambil
bahan (sample) dari udara, tanah, dan kotoran tumbuhan beraneka koloni yang
masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, jika kita mengambil bahan dari
salah satu koloni tersebut, kemudian bahan itu kita tanam pada medium baru yang
steril (Dwidjoseputro 1998: 36).
Piaraan-piaraan yang diperoleh
dari piaraan pertama disebut piaraan turunan (Sub-culture). Jamur benang
tambah seperti massa benang yang bercabang-cabang dan disenut misellium. Jamur
benang membentuk dua hifa yaitu hifa fertil dan hifa vegetatif. Dalam
pengamatan mikroskopis perlu diperhatikan ada atau tidaknya sekat pada hifa
berbentuk spora, badan buah, dasar buah, pendukung badan buah, stolon, sel
kaki, dan lain sebagainya. Banyak dari mikroorganisme dapat dengan mudah kita
jumpai hampir setiap hari (Hastowo 1992: 101).
Bakteri yang pada usia tertentu berubah dari gram positif menjadi gram
negatif atau sebaliknya. Bakteri yang demikian ini disebut gram variable.
Jumlah bakteri yang gram variable tidaklah banyak. Bakteri gram positif lebih
peka terhadap fenol penicilin dan resisten terhadap stroptomisin. Organisme ini
ditandai oleh suatu stadium pada siklus hidupnya yang dikenal dengan
plasmodium. Plasmodium dari jamur analog dengan misellium jamur. Keduanaya
adalah coenocytic. Selanjutnya aliran sitoplasma dibatasi oleh jaringan
bercabang (Jawetz et.al. 2005: 8).
Keragaman yang luar dalam hal
tipe, nutrisi diantara bakteri diimabngi oleh tersedianya berbagai media yang
banyak macamnya untuk kultivasinya macam media yang tersedia dapat
dikelompokkan dengan berbagai cara. Tipe media kimiawi, tidak digunkan untuk kultivasi
rutin bakteri, melainkan, substansi-substansi rumit tertentu, seperti pepton.
Ekstrak daging, dan kadang-kadang ekstrak khamir dilarutkan dalam air dengan
jumlah bermacam-macam sehingga menghasilkan media yang menunjang pertumbuhan
berbagai (Pelczar 2005: 135).
Semua jenis jamur
bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, Jamur tidak
memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat
organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudain menyimpannya
dalam bentuk glikogen (Winarno 1991: 40).
Oleh karena jamur merupakan konsumen, maka jamur bergantung pada substrat
yang menyediakan karbohidrta, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya.
Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur
dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. Jamur benang
yang berukuran kecil dan biasanya bersifat uniseluler dapat diamati dengan
mikroskop. Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada
inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya,
Penumoniacarinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS). Parasit
fakultatif adalah jamur yang ersifat parasit jika mendapatkan inang yang
sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati
(Anonim 2012: 1).
Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti
kayu tumbang dan buah jatuh. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang
atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup dilewati ribosom,
mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan
tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa
senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti
dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya
mengalami modifikasi menjadi austoria yang merupakan organ penyerap makanan
dari sustrat, haustoria dapat menembus jaringan substrat. Jamur dapat
berkembang biak secara vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual) (Hastowo
1992: 101).
Perkembang biakan asekusal dapat dilakuakn dengan fragmentasi miselium
(tahlus) dan pembentukkan spora aseksual. Ada empat cara perkembangbiakan
dengan fragmentasi thalus, yaitu dengan pemebntukkan tunas, misalnya pada
khamir, dengan blastospora, yaitu tunas yang tumbuh menjadi spora, misalnya
pada Candida sp., dengan arthospora,
yaitu terjadinya segmentasi pada ujung-ujung hifa, kemudian membulat dan
akhirnya lepas menjadi spora, misalnya pada Geotrichum
sp., dan dengan chlamydospora, yaitu pembulatan dan penebalan dinding sel apda
hifa vegetatif,misalnya pada Geothrichum
sp. Phycomytes termasuk jamur benang
yang mempunyai hifa tidak bersepta, sel vegetatif multinukleat, atau disebut
thalus senositik (Anonim 2012: 2).
Secara vegetatif dapat memeperbanyak diri dengan potongan-potongan hifa,
dan menghasilkan spora seksual dalam sporangium (Sporangiospora).
Perkembangbiakan secara generatif dengan membentuk spora seksual. Berdasarkan
cara terbentuknya spora dibagi menjadi duad macam, Oospora, hasil peleburan
antara gamet-gamet yang tidak sama besarnya, dan Zygospora, hasil peleburan
gamet-gamet yang sama besarnya. Berdasarkan tipe sporanya, aka jamur ini juga
dapat dikelompokkan dalam Oomycetes dan Zygomycetes (Winarno 1991: 41).
Suatu larutan biak yang dapat
dibuat dari senyaw-senyawa kimia tertentu, disebut media biak sintetik. Hal ini
harus diusahakan agar untuk setiap mikroorganisme dapat ditettapkan bahan
makanan dan minuman dan mengembangkan medium minimum untuk banyak miroorganisme
bertuntunan tinggi belum dikenal benar bahan-bahan makanan yang diperlukan.
Biasanya larutan-larutan biak yang diperlukan tidak terbentuk, dan lebih
disukai untuk menggunkan zat-zat kompleks, media biak seperti ini disebut media
biak kompleks. Fungi terdiri dari khamir dan kapang khamir biasanya uniselluler
sedangkan kapang berfilamen, kesamaanya adalah mikroorganisme heterofilik.
Beberapa adalah saprofit sedangkan yang lain adalah parasit, fungi bereproduksi
dengan berbagai cara meliputi penguncupan, pembelahan atau sporulasi (Anonim
2012: 2).
III.
CARA
KERJA
Morfologi Jamur
Diletakkan setetes larutan laktofenol pada gelas benda
yang telah dibersihkan dengan alkohol dan sudah dibakar di atas lampu spritus,
setelah itu diambil sedikit demi sedikit miselium dari jamur yang akan diamati
dan diletakkan pada larutan laktofenol dan diratakan dengan jarum preparat agar
miseliumnya terpisah. Kemudian diamati dan digambar.
IV.
HASIL
PENGAMATAN
1.
Morfologi
Jamur
Genus
|
Deskripsi Koloni
|
Pengamatan Mikrokopis
|
Rhizopus oryzae
|
Hifanya tidak bersekat dan
miselium yang bercabang-cabang. Dinding sel tersusun atas zat kitin, dan
multiseluler. Reproduksi vegetatif membentuk spora dan generatif dengan
konjugasi menghasilkan zigospora.
|
Hifanya bercabang banyak,
tidak bersekat, dan kotak spora sudah pecah.
|
Neurospora sitophila
|
Hifa
bersekat, memiliki inti haploid, membentuk badan buah yang disebut askokarp,
dan tubuhnya bisa uniseluler dan multiseluler. Dinding selnya tersusun atas
zat kitin. Reproduksi vegetatif membentuk konidiospora dan generatif
menghasilkan askospora.
|
Hifa bersekat dan sebagian kotak spora sudah
pecah.
|
Rhizopus nigricans
|
Hifa nya
bersepta, pembiakan seksual menghasilkan askospora. Tumbuh bulatan hitam yang
disebut sporangium, tubuhnya ada yang uniseluler dan multiseluler.
|
Hifa tidak
bersekat dan kotak sporanya sudah pecah.
|
V.
PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu morfologi
jamur benang, didapatkan jenis jamur pada roti adalah tipe jamur benang yaitu Rhizopus nigricans. Jamur ini
mensekresikan enzim pencernaan yang bekerja menguraikan gula dan tepung yang
ada pada roti. Gula tersebut kemudian diserap oleh rhizoid ke dalam hifa
sehingga pada roti terjadi perubahan warna, bau, dan rasa akibat perubahan
senyawa kimia hasil aktivitas enzim. Menurut Anonim (2012: 1), bahwa jamur Rhizopus nigricans hifa nya bersepta,
pembiakan seksual menghasilkan askospora. Tumbuh bulatan hitam yang disebut
sporangium.
Rhizopus
nigricans tubuhnya ada yang uniseluler dan ada juga yang multiseluler. Dalam
pengamatan mikroskopis hifa tidak bersekat dan kotak sporanya sudah pecah. Golongan jamur mencakup spesies yang jumlahnya
melebihi jumlah spesies bakteri. Bakteri dan jamur merupakan golongan organisme
yang tubunya tidak mengalami diferensiasi. Morfologi pada jamur yang terdapat
pada roti, berbentuk seperti tangkai bunga. Di atasnya terdapat hifa yang
bersekat dan berwarna hijau kehitaman. Menurut Anonim (2008: 1), bahwa disetiap
bundaran vesikualnya ada konidia yang terdiri dari satu tingkat yang
mengelilingi vesikelnya.
Jamur bennag dapat hidup sebagai saprofit dan parasit.
Jamur yang berupa organisme multiseluler berbentuk seperti benang atau filamen,
tidak memiliki klorofil. Masing-masing benang dapat disebut sebagai hifa.
Filamen-filamen ini akan membentuk miselium. Warna dari jamur pada roti
berwarna coklat kehitam-hitaman atau hijau kecoklat-coklatan pada koloni yang telah menghasilkan spora. Menurut
Winarno (1991: 40), bahwa jamur memiliki hifa yang bercabang-cabang, berwarna
kecoklatan, transparan serta terdapat bintik-bintik hitam yang merupakan spora.
Miseliumnya semula berwarna putih pada beberapa spesies
berkelompok dan hidup dalam kisaran yang luas.
Spora terbentuk karena protoplasma dalam satu sel berkelompok. Fungi hidup pada lingkungan yang beragam namun
sebagian besar jamur hidup di tempat yang lembab. Habitat fungi berada di darat
(terestrial) dan di tempat lembab. Meskipun demikian banyak pula fungi yang
hidup pada organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau di air tawar. Menurut
Anonim (2012: 1), bahwa jamur juga dapat hidup di lingkungan yang asam.
Rhizopus oryzae hifanya tidak bersekat dan miselium yang
bercabang-cabang. Dinding selnya tersusun atas zat kitin, dan multiseluler.
Reproduksi vegetatif membentuk spora dan generatif dengan konjugasi
menghasilkan zigospora. Pada pengamatan mikroskopis hifanya bercabang banyak,
tidak bersekat, dan kotak spora sudah pecah.
Neurospora sitophila, hifa bersekat, dan memiliki inti haploid, membentuk
badan buah yang disebut askokarp, dan Menurut Winarno (1991: 40), bahwa tubuhnya
bisa uniseluler dan biasa juga multiseluler. Dinding selnya tersusun atas zat
kitin. Reproduksi vegetatif membentuk konidiospora.
Neurospora
sitophila juga bereproduksi secara generatif menghasilkan askospora. Pada
saat pengamatan mikroskopis, hifa bersekat
dan sebagian kotak spora sudah pecah. Jamur roti
merupakan Ascomycota bersel satu, yang dikenal dengan nama yeast atau ragi atau
khamir yang biasanya digunakan sebagai pengembang roti. Menurut Anonim (2008: 2), bahwa jamur N. Sitophilia
dikenal pula sebagai kontaminan, terutama di dalam laboratorium.
Jamur dari genus
Saccharomices ada yang uniseluler dan ada pula yang multiseluler, ada yang
membentuk tubuh buah (askokarp), miselium
terdiri dari hifa yang bersekat (asenositik) dan berinti banyak, hidup sebagai
saprofit dan parasit. Beberapa jenis bersimbiosis dengan ganggang biru atau
ganggang hijau bersel satu membentuk liken/lichenes/lumut kerak, reproduksi
: Aseksual dengan membentuk tunas, membentuk konidia; Seksual dengan
konjugasi, membentuk askospora. Spesies Rhizopus sp. dapat menghasilkan
spora seksual dan aseksual. Spora aseksualnya sering disebut sporangiophore dan dihasilkan di dekat
sporangium. Secara genetik, sifat spora ini identik dengan induknya. Menurut
Hastowo (1992: 102), bahwa pada Rhizopus, sporangium didukung oleh sebuah kolumela yang besar.
Rhizospora yang berwarna gelap dihasilkan saat terjadi
fusi antara dua miselia yang sesuai. Fusi ini terjadi saat berlangsungnya reproduksi
seksual. Menurut Anonim (2012: 1), bahwa keturunan yang dihasilkan melalui
reproduksiseksual dapat memiliki perbedaan sifat dari induknya secara genetik.
Bagian tubuh Rhizopus oryzae seperti sporangium yang mengandung
spora, sporangiofor atau tangkai spora, kolumela, stolon, dan
rhizoid.
VI.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan,
didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Jamur benang membentuk
dua hifa yaitu hifa vegetatif dan hifa generatif.
2.
Jamur benang merupakan
jamur yang berbentuk benang, multiseluler, tidak berklorofil dan selnya tidak
berdiferensiasi.
3.
Spora dibentuk karena
protoplasma yang ada pada suatu sel berkelompok.
4.
Hifa vegetatif berfungsi untuk menyerap makanan dari
substrat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Klasifikasi
jamur. Thesinau.blogspot.com/2008/12/klasifikasi.jamur.html.
23 November 2012.
Dwidjoseputro.
1998. Dasar-dasar mikrobiologi.
Bandung. Djambatan: Vii + 300 hlm.
Hastowo.
1992. Mikrobiologi. Binarupa Aksara : Jakarta.
Jawetz, Melnick & Adelberg. 2005. Medical Microbiology. Twenty
second. Mc Graw Hill
Companies, Inc. Inggris. Xii +
372 hlm.
Pelczar. 2005. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta. UI
Press: iii + 300 hlm.
Winarno, F.G.
1991. Kimia pangan dan gizi.
Gramedia. Jakarta. 599 hlm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar