Senin, 19 Januari 2015

Laporan Praktikum SPH 1 2012

LAPORAN  PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“JARINGAN EPITEL”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  X (SEPULUH)
ASISTEN       : M. IQBAL ROBYANTO




LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar Teori
Dilihat dari arti katanya, kata epitel (Yun. Epi, di atas; thele, puting atau pentil) berarti sesuatu yang menutupi puting atau pentil (yang dimaksudkan dengan puting atau pentil disini adalah papil-papil jaringan ikat kecil-kecil yang mengandung kapiler, yang terjulur ke dalam epitel translusen bibir dan memberinya warna merah). Berawal dari sini, istilah epitel akhirnya dipergunakan untuk menyebut semua membran pembatas dan penutup tubuh yang terdiri atas sel-sel yang saling berdampingan. Bagian epitelial kulit (bagian luar) berkembang dari ektoderm. Epitel pembatas saluran cerna berkembang dari endoderm, sedangkan yang membatasi rongga peritoneum berkembang dari mesoderm (Cormack 1994: 170).
Jaringan dalam biologi adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Jaringan-jaringan yang berbeda dapat bekerja sama untuk suatu fungsi fisiologi yang sama membentuk organ. Cabang ilmu biologi yang mempelajari jaringan adalah histologi, sedangkan cabang ilmu biologi yang mempelajari jaringan dalam hubungannya dengan penyakit adalah histopatologi. Tubuh hewan tersusun dari kumpulan sel-sel yang tersusun berdasarkan aturan tertentu. Sel-sel tersebut menjadi banyak karena membelah dari zigot. Hasil pembelahan zigot merupakan embrio. Meskipun berasal dari zigot yang sama, namun setelah mengalami diferensiasi dan spesialisasi, terbentuklah berbagai sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda (Campbell 2003: 116).
Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Jaringan dengan struktur yang khusus memungkinkan mereka mempunyai fungsi yang spesifik. Sebagai contoh, otot-otot jantung yang bercabang menghubungkan sel jantung dengan yang lainnya. Percabangan tersebut membantu kontraksi sel-sel dalam satu koordinasi. Ilmu yang mempelajari jaringan disebut histologi (Anonima 2012: 1).
Sekumpulan sel dengan bentuk dan fungsi yang sama akan membentuk jaringan. Sekumpulan jaringan akan membentuk organ. Jaringan dengan struktur yang khusus memungkinkan mereka mempunyai fungsi yang spesifik. Ilmu yang mempelajari mengenai jaringan adalah histologi, atau dalam hubungannya dengan penyakit adalah histopatologi. Jaringan yang ada pada hewan berbeda dengan tumbuhan. Ada empat jaringan dasar pada hewan yaitu: jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot dan jaringan saraf (Campbell 2003: 116).
Jaringan didalam tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus dalam melakukan fungsinya, seperti peka dan pengendali (jaringan saraf), gerakan (jaringan otot), penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat), absorbsi dan sekresi (jaringan epitel), bersifat cair (darah) dan lainnya. Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Masing-masing jaringan dasar dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai dengan fungsinya. Pada saat perkembangan embrio, lapisan kecambah (germ layers) berdiferensiasi (dengan proses yang disebut histogenesis) menjadi empat macam jaringan utama, yaitu jaringan epitel, jaringan pengikat, jaringan otot, dan jaringan saraf (Anonimb 2012: 1).
Bentuk-bentuk sel biasanya lebih tidak teratur, khususnya, permukaan lateral sel sering mempunyai morfologi yang kompleks tonjolan-tonjolan sel dari sel disampingnya yang saling bertautan satu sama lain. Suatu bentuk khusus epitel silindris terdiri atas lapisan-lapisan sel, dimana semua sel-sel melekat pada membran basalis, tetapi hanya beberapa sel mencapai permukaan, karena tingginya bervariasi. Letak inti bervariasi tingginya di atas membrana basalis dan karenanya epitel tampak bertingkat sehingga disebut epitel bertingkat (pseudostratified). Pada epitel berlapis dalam arti kata yang sebenarnya, hanya sel-sel pada lapisan paling bawah lapisan paling bawah melekat pada membrana basalis (Geneser 1994: 116-117).

1.2.Tujuan Praktikum
               Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui fungsi jaringan epitel sebagai jaringan yang melapisi permukaan tubuh, organ tubuh atau permukaan tubuh hewan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan epitel merupakan jaringan yang menutupi permukaan tubuh, antara lain yaitu pembuluh darah dan sel napas. Jaringan epitel terbagi menjadi dua golongan utama, masing-masing juga terdiri atas beberapa varietas. Semua epitel terletak di atas bahan homogennya yang disebut membran alas (dasar) dan juga mempersatukan sel itu. Jaringan ini terdiri dari selapis atau beberapa lapis sel epitel yang bentuknya teratur dan satu                 sama lain terletak berdekatan, hanya dihubungkan oleh zat sela atau zat intra seluler (Syaifuddin 1997: 10).
Jaringan epitel dengan ciri khasnya mampu melaksanakan beberapa fungsi tertentu, misalnya sebagai pelindung, sebagai penyerap, sebagai sekresi dan ekskresi, reseptor rangsangan dan membentuk barier untuk proses permeablelitas selektif. Klasifikasi jaringan epitel berdasarkan pada bentuk sel-sel dan jumlah lapisannya, misalnya : epitel selapis, terdiri dari satu lapis sel di atas membran basal, dan epitel banyak lapis, terdiri dari dua atau lebih lapis sel di atas membran basal (Cormack 1994: 182).
Jaringan epitel ada di dalam banyak struktural. Umumnya itu baik tutup maupun  bentuk sesuatu dan secara khas terdiri dari lembar sel yang flatnya dapat diperbaharui yang mempunyai spesialisasi permukaan sesuai peranan tertentu mereka. Kadang jaringan epitel terpisah dari dasar, jaringan ini bersebelahan oleh suatu selaput landasan. Fungsi                      jaringan epitel yang khas adalah sebagai penyerapan atau absorbsi, sebagai pengangkutan atau transpor, sebagai ekskresi, sebagai perlindungan atau proteksi, dan sebagai                 penerima rangsangan (contohnya, perasa pada lidah di dalam lidah). Ukuran, bentuk, dan             pengaturan sel epitel secara langsung dihubungkan dengan fungsi spesifik ini                  (Miller dan Jhon 1992: 53).
Fungsi dari jaringan epitel yaitu meliputi; sebagai proteksi (melindungi jaringan yang ada dibawahnya), sebagai absorbsi (mengisap zat-zat yang ada diluarnya), sebagai sekresi (mengeluarkan atau menghasilkan zat-zat yang berguna bagi tubuh berupa kelenjar eksokrin atau kelenjar terbuka yang merupakan kelenjar yang mempunyai saluran yang digunakan untuk mengeluarkan hasil kelenjarnya ke tempat yang butuh, misalnya pembuluh darah), sebagai ekskresi (mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi), sebagai filtrasi (dapat menyaring zat-zat, misalnya pada dinding kapiler darah dan kapsule Bowman pada ginjal) dan sebagai penerima rangsangan dari luar (Syarifuddin 1997: 7).
Selama perkembangan hewan, sel mengalami spesialisasi struktur dan fungsi sel. Epitel pipih selapis terdiri dari satu lapis sel yang berbentuk pipih dan licin pada penampang samping. Bila dilihat dari atas, bentuknya tidak teratur atau poligonal. Susunan sel berdiri pada membran basal. Daerah yang mengandung inti tampak menonjol, sehingga pada penampang melintang daerah tersebut paling tebal dibandingkan dengan daerah tepi sitoplasma. Epitel kubus selapis terdiri dari selapis sel berbentuk kubus yang lebar dan tingginya sama. Penampang samping berbentuk kubus, tetapi dari atas tampak berbentuk heksagonal. Susunan sel berdiri pada membran basal. Pada penampang melintang, bila tinggi lebih kecil dari lebar sel disebut kubus rendah; bila tinggi lebih besar dari lebar sel disebut kubus tinggi (Bresnick 2003: 68).
Jaringan merupakan sekumpulan sel-sel yang serupa baik bentuk, besar dan pekerjaannya tersusun menjadi satu dan mempunyai fungsi tertentu. Adapun sel-sel yang tersusun pada berbagai jaringan tubuh tersebut satu sama lainnya melekat terikat menjadi satu dengan lainnya sehingga sel-sel itu tidak bergerak sama sekali kecuali dua macam sel satu dengan lainnya tidak melekat melainkan masing-masing terlepas yaitu sel darah yang berenang dalam darah atau cairan darah. Sel lain adalah sel kelamin yang terdiri dari sel spermatozoa dan sel telur (Syarifuddin 1997: 7).
Jaringan epitel mengandung helaian sel yang terkemas rapat. Sel epitel terikat erat, dalam banyak kasus oleh taut erat di antara sel. Kalaupun ada, hanya sedikit bahan yang dapat lewat di antara dua sel epitel. Sebuah epitel mempunyai dua permukaan. Sel di permukaan bebas terpajan ke udara atau cairan. Sel di bagian dasar sawar terikat pada sebuah membran basal. Salah satu kriteria pengelompokkan jenis epitel yang berbeda adalah bentuk sel di permukaan bebasnya. Bentuk sel yang berbeda adalah kuboid (seperti dadu), kolumner (seperti batu bata di ujungnya), dan skuamosa (seperti lantai yang datar) (Bresnick 2003: 80).
Jaringan epitel terdiri atas satu atau banyak lapis sel, yang menutupi permukaan dalam dan luar suatu organ. Di bagian tubuh luar, epitel ini membentuk lapisan pelindung, sedangkan pada bagian dalam tubuh, jaringan epitel terdapat disepanjang sisi organ. Jaringan epitel dibedakan berdasarkan bentuk dan jumlah lapisan sel penyusunnya, yaitu epithelium satu lapisan, terdiri atas sel-sel berbentuk pipih, kubus, dan silindris. Epithelium pipih selapis ditemukan antara lain pada lapisan endotel pembuluh darah. Epithelium bentuk kubus ditemukan pada kelenjar tyroid dan pembuluh darah. Epithel berbentuk silindris ditemukan pada lambung dan usus. Epithelium berlapis banyak yang dibentuk oleh beberapa lapis sel yang berbentuk pipih, kuboid, atau silindris. Epithelium ini dapat ditemukan pada kulit, kelenjar keringat, dan uretra (Anonima 2012: 1-2).
Epitel selapis silindris merupakan jenis epitel yang terdiri atas selapis sel tinggi yang saling berhimpitan berpola heksagonal. Dalam bentuknya yang biasa, sel ini semuanya tampak serupa di bawah mikroskop. Fungsi utama epitel selapis silindris biasa ialah untuk melindungi permukaan badan yang basah. Selain itu ia menghasilkan sekret cair. Epitel demikian melapisi saluran keluar kecil kelenjar. Epitel selapis silindris yang terdiri atas sel absorptif dan sel sekretori membatasi usus. Agar memudahkan absorbsi, membran ini hanya setebal satu sel (Cormack 1994: 180).
Epitel pipih berlapis, seperti yang terdapat di pemukaan kulit kita, mampu melakukan mitosis dengan cepat. Sel-sel baru hasil mitosis menggantikan sel-sel permukaan yang mati. Epitel ini juga sebagai pelindung oragan terhadap abrasi               oleh makanan yang kasar, seperti yang ditemukan pada esofagus. Sebaliknya,         epitelium pipih selapis berukuran tipis dan lemah, yang cocok untuk pertukaran material dengan   cara difusi. Epitel ini ditemukan pada dinding kapiler darah dan alveoli paru-paru (Anonimb 2012: 2).
Epitel kubus banyak lapis terdiri dari dua lapis sel atau lebih, yang paling atas berbentuk kubus. Pada alat penyalur kelenjar, tampak memiliki dua lapis. Sedangkan epitel silinder banyak lapis terdiri dari beberapa lapis sel. Lapis permukaan bentuk selnya tinggi, prismatik dan tidak mencapai membran basal. Lapis dalam bentuk selnya kecil, polihedral, dan tidak mencapai permukaan epitel. Tipe ini terdapat pada bagian distral uretra, sebagai daerah khusus dalam epitel peralihan. Terdapat pula pada saluran kelenjar parotid dan mandibularis, sakus dan duktus lakrimalis (Miller dan Jhon 1992: 53).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 2 Oktober 2012, pada pukul   08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, buku gambar, dan mikroskop cahaya. Sedangakan bahan yang dibutukan adalah preparat awetan.

3.3 Cara Kerja
Diletakkan preparat awetan di meja mikroskop, kemudian diamati mulai dari resolusi yang paling rendah (kecil), digambar dan diberi keterangan.
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Jaringan epitel ditemukan pada kelenjar keringat, kelenjar andrenal, kulit, ureter, dan organ – organ dalam tubuh lainnya.
2.      Jaringan epitel terdiri dari sel-sel yang sejenis yang membalut permukaan luar dan dalam dari organ tubuh yang berbentuk saluran atau rongga.
3.      Macam-macam bentuk dari jaringan epitel yaitu epitel gepeng (pipih), epitel kubus, dan  epitel silindris.
4.      Jaringan epitel atau epithelium dibedakan berdasarkan jumlah sel dan morfologi sel permukaan yaitu epitel pipih selapis, epitel pipih berlapis, epitel kubus selapis, epitel kubus berlapis, epitel silindris selapis, epitel silindris berlapis dan epitel transisional.
5.      Jaringan epitel mampu melaksanakan beberapa fungsi tertentu yaitu sebagai pelindung, penyerap, sekresi, reseptor rangsang dan sebagai tempat keluat masuknya zat.














DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Jaringan Dasar Hewan. http://www.sith.itb.ac.id/profile/pdf/Jaringan %20%Dasar%20%Hewan.pdf. Diakses pada tanggal 29 September 2012.

Bresnick, S. 2003. Intisari Biologi. Hipokrates : Jakarta.
Campbell, N.A. 2003. Biologi Jilid II. Erlangga : Jakarta.
Cormack, D.H. 1994. HAM Histologi. Binarupa Aksara : Jakarta.
Geneser, F. 1994. Buku Teks Histologi. Binarupa Aksara : Jakarta.
Miller, S.A. dan Jhon, P.H. 1992. Zoologi. McGraw-Hill Book Company, Inc : The United States of America.

Syarifuddin, B.Ac. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. EGC : Jakarta.
ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “Jaringan Epitel”. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui fungsi jaringan epitel sebagai jaringan yang melapisi permukaan tubuh, organ tubuh, dan permukaan tubuh hewan. Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 2 Oktober 2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tuis, buku gambar, dan mikroskop cahaya. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah preparat awetan. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah mengetahui jaringan epitel dan bentuk bentuk jaringan epitel yang terdapat pada mus muculus, sedangkan kesimpulan yang diperoleh adalah Jaringan epitel atau epithelium dibedakan berdasarkan jumlah sel dan morfologi sel permukaan yaitu epitel pipih selapis, epitel pipih berlapis, epitel kubus selapis, epitel kubus berlapis, epitel silindris selapis, epitel silindris berlapis dan epitel transisional.


LAPORAN  PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“JARINGAN OTOT”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  X (SEPULUH)
ASISTEN       : M. IQBAL ROBYANTO




LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar Teori
Dilihat dari struktur jaringan otot dikhususkan untuk melakukan gerakan, baik oleh badan secara keseluruhan gerakan, maupun oleh berbagai bagian tubuh yang satu terhadap yang lain. Sel otot sangat berkembang dalam fungsi kontraktil dan tidak begitu berkembang dalam hal konduktivitas. Kekhususan ini meliputi pemanjangan selnya sesuai sumbu kontraksi. Pada jaringan otot, serat otot itu biasanya bergabung dalam berkas-berkas, sehingga jaringan otot tidak hanya terdiri atas serat-serat otot saja. Karena harus melakukan kerja mekanis, serat-serat otot memerlukan banyak kapiler darah yang mendatangkan makanan dan oksigen, dan mengangkut keluar produk sisa toksik (Ali 2008: 1).
Makhluk hidup mampu bereaksi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Salah satu bentuk reaksi terhadap suatu rangsangan yaitu gerakan, yang dapat berupa gerakan sebagian sel – contohnya silia – atau gerakan seluruh sel. Pada gerakan seluruh sel, sel itu mungkin memperlihatkan gerakan amuboid, tetapi pada makhluk multiseluler, terutama sel-sel ototlah yang     dikhususkan untuk fungsi gerakan. Dasar untuk pergerakan ini, dalam bentuk lebih umum pada sebagain besar sel dan pada sel otot secara sangat khusus, adalah  perubahan zat kimia menjadi tenaga mekanik melalui pemecahan ATP secara enzimatik.  Pada perpindahan hewan melibatkan kontraksi otot (Geneser 1994: 265).
 Kontraksi adalah satu-satunya kerja otot (pemanjangan terjadi secara pasit). Semua sel otot memerlukan stimulasi listrik (potensial aksi) untuk berkontraksi. Kemampuan kontraksi ini adalah karakteristik sel panjang yang dapat dirangsang, yang menyusun jaringan otot (jaringan yang paling banyak di tubuh). Pembuluh darah terdapat di dalam jaringan ikat fibrosa, yang juga berguna untuk mengikat serat otot menjadi satu dan sebagai pembungkus, pelindung sehingga tarikan dapat berlangsung secara efektif  (Bresnick 2003: 75).

Semua sel-sel otot berkembang, dengan sedikit pengecualian, dari sel-sel mesodermal (sfingter pupil dan sel-sel mioepitel pada kelenjar keringat dan kelenjar mammae berasal dari ektoderm). Sel-sel otot ini memanjang dengan sumbu panjang searah dengan pergerakan sel searah dengan arah kontraksi, seringkali sampai sedemikian besar sehingga disebut sebagai serat oleh ahli anatomi di masa lampau. Istilah serat otot ini masih dipakai walaupun serat-serat otot sebenarnya merupakan sel-sel yang berbeda dengan serat-serat jaringan ikat ekstraseluler (Geneser 1994: 265).
            Di dalam sarkoplasma yang mudah menyerap zat warna atau sitoplasma. Dengan pewarnaan H dan E sarkoplasma bersifat eosinofil. Adapun sebaran dari jaringan otot terdapat pada tiga daerah tubuh yaitu otot kerangka, jantung dan dinding organ berongga. Jaringan otot memiliki fungsi umum yaitu sebagai alat penggerak tubuh, termasuk anggota badan usus, paru-paru dan lain-lain (Syaifuddin 1997: 12).
            Bagian seperlima dari otot dapat memeperpanjang dan memperpendek bentuknya (menguncup) dengan kata lain dapat berkontrasi. Kalau otot bekerja keras, lama kelamaan sel otot menjadi besar (hipertrofi) dan kalau otot tidak dipergunakan maka ia akan menjadi kecil (atrofi). Pada jaringan otot terdapat serabut otot atau miofibril, tersusun dalam suatu berkas, sumbunya paralel dengan arah kontraksi (Bresnick 2003: 75).
            Semua sel otot kendur (refleks) secara khas berwujud panjang dan langsing dan oleh karena itu dikenal sebagai serat otot. Istilah ini juga dipergunakan berkenaan dengan otot jantung, namun disini istilah serat dipergunakan secara jauh lebih longgar untuk menunjuk kepada deretan sel otot jantung yang berhubungan secara ujung dengan ujung (terdiri atas serat dengan panjang sedang) daripada menunjuk kepada sel individu (Cormack 1994: 496-497).

 

1.2.Tujuan Pratikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam bentuk dan letak sel penyusun jaringan otot.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak, yang merupakan suatu sifat penting bagi suatu organisme. Sel-sel jaringan lain dapat pula bergerak, tetapi gerakannya kurang terintegrasi. Hanya kumpulan sel-sel yang menciptakan gerakan yang kuat melalui proses kontraksi dengan gerakan searah dilaksanakan oleh otot. Sel-sel khusus jaringan otot memiliki bangun khusus yang dikaitkan dengan aktivitas kontraksi. Bentuknya memanjang seperti kincir, membentuk serabut (Angelina 2008: 2).
Gerak sel yang terjadi karena sitoplasma merubah bentuk (lihat cara pergerakan dari amoeba). Jaringan otot secara langsung mampu menghasilkan gerakan. Berdasarkan bentuk serat bangunnya, sel otot disebut serabut otot (myofibers). Tetapi serabut otot tentu berbeda dengan serabut jaringan ikat, karena serabut jaringan ikat bersifat ekstraseluler, yang berbeda dengan sel. Istilah umum yang dipakai adalah myo- (otot) dan sarko- (daging). Pada sel-sel, sitoplasma ini merupakan benang-benang yang halus serta panjang yang disebut dengan miofibril. Kalau seandainya sel otot mendapat suatu rangsangan, maka miofibril akan memendekkan dirinya kearah tertentu atau berkontraksi                (Syaifuddin 1997: 35).
Beberapa komponen-komponen sel-sel otot seperti hal-hal yang lain, tetapi memiliki istilah khusus, membran sel disebut sarkolema, sitoplasma disebut sarkoplasma, retikulum endoplasma disebut retikulum sarkoplasma, dan mitokondria disebut sarkosoma. Sitoplasma untuk sel otot polos disebut sarkoplasma yang mengandung sepasang sentriole. Pada pewarnaan di H.E dalam sitoplasma sel otot polos tidak tampak adanya struktur filamen yang merupakan komponen penting untuk kontraksi. Oleh karena itu, sel jenis ini dinamakan otot polos (Ali 2008: 1).
Dalam sitoplasma terdapat butir-butir glikogen yang  penting sebagai sumber  energi seperti halnya sel-sel lainnya, sel otot polos diselubungi oleh sebuah            membran plasma yang dapat kita sebut dengan sarkolema. Pada serabut otot                 polos  memiliki bentuk seperti kincir atau gelendongan (spindel), berdiameter tidak lebih dari 10 m. Tidak tampak adanya garis-garis melintang. Semua serabut otot membentuk berkas dan terikat ketat oleh jalinan serabut elastik dan retikuler antara serabut otot polos (Subowo 1992: 135).
Ada tiga macam otot digolongkan berdasarkan struktur dan fungsi, yaitu              otot  rangka (skelet muscle) yang terdapat di semua rangka tubuh, otot jantung               yang terdapat di jantung (cardiac muscle), dan otot polos yang terdapat di usus          (smooth muscle). Otot rangka merupakan sebuah alat yang dapat bergerak secara aktif     dan memelihara sikap tubuh. Dalam keadaan istirahat, keadaannya tidak kendur            sama sekali tetapi tetap mempunyai tegangan sedikit yang disebut dengan tonus.           Pada masing-masing  orang memiliki tonus yang tidak sama dimana tonus tergantung    pada umur, jenis  kelamin dan dengan keadaan tubuhnya. Fungsi tonus antara lain          yaitu memelihara sikap tubuh, pada otot dinding perut berguna untuk menahan rangka perut, pada otot dinding pembuluh darah berguna untuk menahan tekanan darah (Syaifuddin 1997: 35).
Histologi umum otot rangka yaitu serabut otot kerangka yang ekstra panjang, panjangnya dapat mencapai seluruh panjang otot dengan diameter 10-120m. Serabut yang panjang ini berasal dari gabungan sel-sel mononuklear kedalam satu serabut. Jadi, satu serabut tanpa memiliki banyak inti yang mengambil posisi ditepi dengan letak subsarkolema pada mamalia. Pada sayatan melintang pola garis terdiri dari garis cerah dan garis gelap. Serabut otot bergabung menjadi berkas primer atau fasikulus. Lima sel utama yang terdapat pada fasikulus adalah serabut otot, sel endotel, peirisit, fibroblas, dan sel miosatelit. Serabut otot dominan. Inti yang lonjong memanjang, terutama mengandung kromatin dengan satu atau lebih nukleolus besar. Inti sel endotel (kapiler) dan fibroblas agak kecil dan gelap (Agelina 2008: 3).
Dalam garis besar, sel otot dapat kita bagi dalam tiga golongan, yaitu : Otot  motoris, disebut juga otot serat lintang karena didalamnya protaplasma mempunyai garis melintang. Pada umunya otot ini melekat pada kerangka, sehingga disebut  juga otot rangka. Bergerak menurut kemauan kita, pergerakannya cepat tetapi lekas lelah, rangsangan dialirkan melalui saraf motoris. Saraf otonom, disebut juga otot polos karena protoplasma licin tidak memiliki garis melintang. Otot-otot ini bekerja diluar kemauan kita karena rangsanganya melalui saraf otonom, Dan otot jantung, bentuknya menyerupai otot serat lintang, dimana sel protoplasmanya terdapat serabut-serabut melintang yang bercabang-cabang akan tetapi fungsinya seperti otot polos, yaitu dapat bergerak sendiri secara otomati(Syaifuddin 1997: 35).
Sel otonom dinamai sel otot polos karena memiliki miofibril yang homogen. Bentuknya adalah gelendong dengan satu nukleus di tengahnya. Sel otot polos sifatnya tidak sadar dan tahan lelah. Sel otot polos terdapat pada organ-organ dalam tubuh seperti ginjal, uterus, organ reproduksi wanita dan pria, organ sistem pencernaan, organ sistem pernapasan, iris mata, dan pembuluh darah. Sel otot ini juga dikenal dengan nama sel otot licin (Angelina 2008: 2).
Dalam beberapa hal, Otot jantung bersifat lurik dan invalunter berkontraksi secara ritmis dan automatis. Mereka hanya terdapat pada miokard (lapisan otot pada jantung) dan pada pembuluh darah yang besar yang secara langsung berhubungan dengan jantung. Pada daerah khusus yang disebut diskus interkalaris. Miofibril-miofibril terpisah oleh deretan mitokondria yang mengakibatkan gambaran gurat-gurat memanjang yang nyata. Gambaran lurik melintang pada miofibril, dengan gurat-gurat A,1,2,N dan M sebagaimana pada otot rangka juga nyata tetapi guratnya tidak sejelas terdapat pada otot rangka. Intinya lonjong panjang dan terdapat di tengah serat diantara miofibril-miofibril yang divergen. Sekitar inti terdapat daerah sarkoplasma berbentuk gelandong dengan banyak mitokondria                (Ali 2008: 2-3).
Struktur halus dari otot jantung sama dengan halnya pada otot kerangka, khususnya mengenai hubungan antara miofilamen yang halus dengan miofilamen yang tebal, sehingga lempeng-lempeng yang tampak jelas pada miofibril tidak berbeda pula. Perbedaan yang tampak dengan menggunakan alat bantu yang berupa mikroskop elektron yaitu susunan sarcoplasmid retikulum dan mitokondria yang tidak teratur sehingga berkas-berkas miofilamen yang membentuk suatu miofibril tidak disusun secara teratur, sehingga yang terlihat dari batas-batas miofibril tidak terlihat dengan jelas. Selain itu juga, mitokondria lebih buah sarkomer. Butir-butir pada glikogen banyak terdapat didaerah pada lempeng (Subowo 1992: 155).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 9 Oktober 2012, pada pukul   08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, kertas catatan, mikroskop. Sedangakan bahan yang dibutukan adalah berbagai macam preparat awetan.

3.3 Cara Kerja
Disiapkan mikroskop yang akan digunakan dan dipastikan dalam kondisi baik. Diletakkan preparat yang akan diamati di atas meja preparat. Diatur penerangan dan perbesaran pada mikroskop hingga gambar tertilhat jelas. Diamati dan digambar, hasil lalu diberi keterangan.


BAB V
KESIMPULAN

            Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.      Sel otot lurik memiliki garis terang dan garis gelap yang berselang-selang yang membentuk suatu pola lurik pada selnya, sel berbentuk serabut memanjang dan bercabang, inti sel dipinggir dan bekerja sesuai kehendak tubuh.
2.      Sel otot jantung memiliki bentuk yang mirip dengan sel otot lurik tetapi tidak membentuk percabangan dan inti sel berada ditengah, otot ini bekerja diluar kehendak tubuh.
3.      Sel otot jantung terletak di pusat jantung sedangkan sel otot lurik melekat pada rangka tubuh.
4.      Sel  otot polos memiliki bentuk sederhana, tidak memiliki garis-garis pada selnya, inti berbentuk bulat ditengah sel dan ujungnya meruncing, sel ini bekerja diluar kehendak kita.
5.      Contoh kelainan dan penyakit pada otot antara lain kram, tetani, hipertrofi, atrofi, dan distrofi otot.


















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Jaringan Otot. http://Jaringan%20Otot%20«%20iqbalali-dot-com.htm.
Diakses pada tanggal 06 Oktober 2012.

Bresnick, S. 2003. Intisari Biologi. Jakarta. Hipokrates.
Campbell, N.A. 2003. Biologi Jilid II. Jakarta. Erlangga.
Cormack, D.H. 1994. HAM Histologi. Jakarta. Binarupa Aksara.
Fawcett, D.W. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta. EGC.
Geneser, F. 1994. Buku Teks Histologi. Jakarta. Binarupa Aksara.
Syarifuddin, B.Ac. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta. EGC.



























ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “Jaringan Otot”. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam bentuk dan letak sel penyusun jaringan otot. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 9 Oktober 2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, kertas catatan, mikroskop. Sedangakan bahan yang dibutukan adalah berbagai macam preparat awetan. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah berbagai macam bentuk sel penyusun jaringan otot, sedangkan kesimpulan yang diperoleh adalah sel otot jantung terletak di pusat jantung sedangkan sel otot lurik melekat pada rangka tubuh.

  
LAPORAN  PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“JARINGAN KULIT”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  X (SEPULUH)
ASISTEN       : M. IQBAL ROBYANTO




LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar Teori
Di dalam tubuh kita manusia sebagai sebuah sistem, terdiri dari berbagai bagian yang berbeda fungsi dan saling melengkapi. Dilihat Penting bagi kita untuk memiliki pengetahuan dasar yang cukup tentang struktur dan fungsi yang normal dari suatu organ sebelum bisa memahami struktur dan fungsi yang abnormal. Kulit seperti lapisan penghias pada ‘kue’ anatomi. Kulit merupakan bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan. Kulit bagaikan kertas pembungkus yang memberikan keindahan, dan tanpanya makhluk hidup tidak hanya tidak terlihat menarik, tetapi berbagai fenomen fisiologis yang tidak menyenangkan bisa membawa ke arah kematian (Graham-Brown 2005: 1).
Selain berfungsi sebagai organ panca indera, jaringan kulit juga berfungsi sebagai pelindung tubuh, memelihara panas tubuh, dan memelihara penguapan. Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang. Kita perlu memberikan perhatian khusus dalam perawatan kulit karena kita hidup di negara yang beriklim tropis yang selalu berudara panas, dan kulit merupakan pertahanan pertama terhadap lingkungan sekitar kita, juga kulit kita paling banyak diganggu oleh sengatan sinar matahari dan kotoran keringat badan (Anonima 2012: 1).
Kulit menutup tubuh manusia pada daerah tubuh yang paling luas dari kepala sampai ke kaki. Diduga dengan bertambahnya usia, kadar asam amino pembentuk kolagen pun berkurang sehingga kalogen yang terbentuk bermutu rendah, selain itu kalogen kehilangan kelembaban dan menjadi kering serta kaku. Akibatnya jaringan penunjang itu tak mampu menopang kulit dengan baik, seperti yang tampak pada kulit orang tua yang makin lama makin kendur dan kurang lentur. Perubahan susunan molekul kolagen ini merupakan salah satu faktor utama yang membuat kulit manusia lebih cepat keriput, timbul pigmentasi, kehilangan kelembaban dan elastisitas           (Alya 2004: 5).
Secara garis besar, lapisan kulit dibagi menajdi dua bagain yaitu kulit luar (epidermis) dan kulit bagain dalam (dermis). Saat tubuh manusia mengalami penuaan, beberapa bagian juga mengalami penurunan fungsi berupa pertumbuhan epidermis lambat, sel fibroblas pada lapisan dermis yang mati tidak ada ganti, kolagen menjadi lebih tipis, produksi kelenjar keringat dan kelenjar minyak menurun, dan berkurangnya lemak (Graham-Brown 2005: 3).
Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh sangat berbeda. Sifat-sifat anatomis yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan faali yang berbeda di masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak kaki, merupakan pencerminan penyesuaiannya kepada fungsinya masing-masing. Kulit di daerah tersebut berbeda ketebalannya, keeratan hubungannya dengan lapisan bagian dalam, dan berbeda pula dalam jenis serta banyaknya andeksa yang ada di dalam lapisan kulitnya. Pada permukaan kulit terlihat adanya garis-garis halus yang membentuk pola yang berbeda di berbagai daerah tubuh serta bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan, telapak tangan atau dikenal dengan pola sidik jari (Moeloek 2007: 10).
Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi. Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai peran penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit sangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari (Anonimb 2012: 1).

1.2.Tujuan Praktikum
               Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan perkembangan jaringan kulit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam kulit terdapat banyak struktur yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Keseluruhan kulit (semua struktur dan lapisan jaringan) disebut sistem intergumen. Jaringan Kulit atau kutis adalah pelindung tubuh yang paling luar yang tersusun atas beberapa lapisan jaringan. Kulit memiliki banyak fungsi seperti menerima rangsangan dari luar, melindungi diri dari infeksi dan luka, mencegah kekeringan, membantu pengaturan suhu tubuh, mengeluarkan keringat, menyimpan lemak dan membuat vitamin D (Stockley 2005: 82).
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis). Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis (Anonima 2012: 1).
Epidermis tersusun atas beberapa lapisan (stratum) yaitu Stratum korneum merupakan sel mati yang mengandung keratin (suatu protein yang tahan air), sel ini terus menerus mengalami penuaan dan terkelupas. Stratum granulosum merupakan sel bergranula yang lama-kelamaan akan mati kemudian terdorong ke atas menjadi bagian stratum korneum karena tidak memiliki pembuluh darah sebagai penyuplai makanan dan oksigen. Stratum germinativum tersusun atas dua lapisan sel, lapisan paling atas (stratum spinosum) mengandung sel-sel baru. Sel-sel akan terdorong ke atas karena di bawahnya terbentuk sel-sel baru yang dibuat oleh sel yang terus membelah yaitu lapisan malpighi atau stratum basale (Stockley 2005: 82).
Suatu sel dari stratum basale (sel aktif membelah) membutuhkan kurang lebih 8-10 minggu untuk mencapai permukaan epidermis dan sel-sel yang hilang dari permukaan sama banyaknya dengan sel-sel yang diproduksi pada stratum basale sehingga ketebalan epidermis selalu tetap. Keseimbangan ini dipertahankan oleh stimulator-stimulator dan inhibitor-inhibitor pertumbuhan seperti epidermal growth factor (EGF) dan transforming growth factor alfa dan beta. Sel-sel pada permukaan kulit yang membentuk stratum korneum, adalah sel-sel mati yang telah mengalami keratinisasi yang secara bertahap terkikis oleh kerusakan yang terjadi tiap hari (Graham-Brown 2005: 2).
Lapisan subkutan merupakan lapisan lemak (jaringan adiposa) di bawah dermis yang merupakan tempat penyimpanan lemak. Serat-serat elastis di dalamnya menghubungkan dermis dengan organ-organ di bawahnya, seperti misalnya otot. Lapisan ini berfungsi sebagai lapisan insulasi. Kelenjar minyak terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka (Stockley 2005: 82-83).
Sesudah 4 bulan, epidermis menjadi epitel berlapis banyak yang terdiri atas beberapa lapisan sel, yaitu Stratum germinativum atau sel basalis; Stratum granulosum, lapisans sel di atas stratum germinativum, sel yang mengandung granula keratohialin; Stratum lucidum, di atas stratum granulosum, sel tipis dan bening keratohialin degeneratif; Stratum corneum, sel gepeng pada pemukaan sel, sitoplasma menjadi sel mati bertanduk/kornifikasi dengan inti berdegenerasi, Kornifikasi tidak intensif pada beberapa daerah, lapisan merah bibir dan anus (Moeloek 2007: 16).
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut. Sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar minyak yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat 95 % membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel             (Anonimb 2012: 1).
Kulit pada setiap organisme memiliki warna tersendiri karena memiliki pigmen. Warna kulit tergantung pada 3 (tiga) komponen menurut derajat yang bervariasi. Jaringan memiliki warna inheren kekuningan akibat kandungan karoten. Adanya Hb beroksigen dalam dasar kapiler dari dermis memberinya warna kemerahan. Dan warna kecoklatan sampai kehitaman adalah akibat jumlah pigmen melanin yang bervariasi. Dari ketiga substansi berwarna ini hanya melanin yang dihasilkan di kulit. Melanin adalah produk dari melanosit (Alya 2004: 1).
Suatu pigmen coklat yang melindungi kulit terhadap sinar ultraviolet dengan cara menyerap energi cahaya. Pigmen ini ditemukan di semua lapisan epidermis orang-orang daerah tropis sehingga kulit mereka berwarna gelap. Orang yang berkulit pucat, hanya memiliki melanin di lapisan epidermis bagian bawah. Namun melanin tersebut dapat diproduksi lebih bila terkena sinar matahari langsung yang menyebabkan kulit berwarna coklat. Orang dengan melanin yang hanya terdapat di lapisan epidermis bawah memiliki kulit pucat. Pigmen karoten bersama dengan melanin akan menghasilkan warna kulit kuning langsat. Kulit berwarna gelap disebabkan oleh banyaknya melanin di semua lapisan epidermis (Stockley 2005: 82).
Ketegangan dan elastisitas adalah kemampuan utama yang dimiliki kulit. Ketegangan merupakan sifat yang memampukan kulit menahan peregangan. Ketegangan paling jelas pada kulit yang padat dengan jaringan fiber elastik, khususnya jika kulit tersebut tipis. Garis anatomis ketegangan disebut garis Langer. Elastisitas menunjuk kepada kemampuan kulit untuk kembali ke bentuk normal setelah dilakukan peregangan eksternal. Seperti ketegangan, elastisitas menurun dengan bertambahnya umur. Kekuatan peregangan adalah daya tahan kulit terhadap robekan pada ketegangan. Rata-rata ketegangan adalah 1,8 kg/m2. Kekuatan peregangan yang lebih rendah dari normal ditemukan pada            penyakit seperti Sindroma Ehlers-Danlon dimana terdapat defek produksi kolagen (Schwartz 2000: 217).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 16 Oktober 2012, pada pukul   08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki bedah, cutter atau gunting, kaca objek, mikroskop, dan pinset. Sedangakan bahan yang dibutukan adalah          Mus musculus.

3.3 Cara Kerja
Diletakkan bahan yang akan diambil dsn diltakkan diatas baki. Mencit dibedah, diambil sebagian kulit mencit sebanyak 2 sayatan dan diletakkan diatas kaca objek. diamati di bawah mikroskop dan ditentukan bagian bagiannya. Digambar dalam kertas kerja dan diberi keterangan.

 BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Kulit berfungsi untuk melindungi organ-organ dalam tubuh, sebagai alat ekskresi, berfungsi dalam penyerapan, menjaga suhu tubuh, dan menyempurnakan bentuk tubuh.
2.      Kulit terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu epidermis,dermis, dan hipodermis.
3.      Terdapat tiga kelenjar yang terdapat pada jaringan kulit, yaitu kelenjar keringat, kelenjar minyak, dan kelenjar adiposa.
4.      Kelenjar keringat berfungsi sebagai alat ekskresi yang mengeluarkan keringat untuk menjaga suhu tubuh.
5.      Kelenjar minyak berfungsi untuk mengsekresi minyak agar menjaga kelembaban kulit.
6.      Kelenjar lemak atau adiposa berfungsi untuk resistansi terhadap air yang akan masuk ke dalam tubuh melalui kulit.















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Jaringan Kulit. www.pdf.kq5.org/doc/jaringan-kulit. Diakses pada tanggal
14 Oktober 2012.

Cormack, D.H. 1994. HAM Histologi. Jakarta. Binarupa Aksara.
Geneser, F. 1994. Buku Teks Histologi. Jakarta. Binarupa Aksara.
Graham-Brown, R. 2005. Dermatologi. Jakarta. Erlangga.
Stockley, C. 2005. Kamus biologi bergambar. Jakarta. Erlangga.
Schwartz, S.I. 2000. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Jakarta. EGC.















ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “Jaringan Kulit”. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan  perkembangan jaringan kulit pada hewan. Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 16 Oktober 2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki bedah, cutter atau gunting, kaca objek, mikroskop, dan pinset. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Mus musculus. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah mengetahui struktur jaringan epidermis sel  dermis Mus musculus, sedangkan kesimpulan yang diperoleh adalah setiap jaringan kulit pada hewan memiliki struktur yang berbeda-beda tiap kelas nya.


 LAPORAN  PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“JARINGAN SARAF”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  X (SEPULUH)
ASISTEN       : M. IQBAL ROBYANTO




LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar Teori
          Jaringan saraf adalah jaringan yang merasakan adanya stimulus atau rangsangan dan menghantarkan sinyal dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lainnya. Unit fungsional jaringan saraf adalah neuron, atau sel saraf yang secara unik dikhususkan untuk menghantarkan sinyal yang disebut impuls saraf. Neuron terdiri atas sebuah badan sel dan dua atau lebih penjuluran, atau proses yang disebut dendrit dan akson. Dendrit menghantarkan impuls dari ujung menuju bagian neuron yang lainnya. Akson menghantarkan impuls menuju neuron lainnya atau menuju efektor, suatu struktur yang melakukan respon tubuh (Campbell 2004: 8).
Sel saraf mempunyai kemampuan iritabilitas dan konduktivitas. Iritabilitas artinya mempunyai kemampuan sel saraf untuk bereaksi terhadap perubahan lingkungan. Konduktivitas artinya kemampuan sel saraf untuk membawa impuls-impuls saraf. Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempuyai bentuk yang bervariasi. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel yang lainnya berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar dan dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan, contohnya otot dan kelenjar (Cormack 1994: 177).
Kepekaan atau iritabilitas tubuh atau kemampuan untuk merespons rangsangan bergantung pada penghantaran impuls saraf oleh serabut sel saraf (neuron). Serabut saraf pembawa impuls ke otak dan sumsum tulang belakang merupakan bagian dari sistem aferen, sedangkan yang membawa impuls dari otak dan sumsum tulang belakang adalah bagian dari sistem eferen. Serabut saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang, menyusun saraf tubuh yang dikenal sebagai sistem saraf perifer atau sistem saraf tepi (Stockley 2005: 78).
Sistem saraf pusat adalah pusat dari seluruh pengendalian tubuh. Pada sistem saraf pusat terjadi koordinasi semua peristiwa mekanis dan kimiawi dengan bekerja sama       dengan hormon. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Berjuta-juta saraf di tubuh membawa pesan atau impuls saraf menuju dan dari daerah pusat ini. Sistem saraf pusat terdiri dari otak, sumsum tulang belakang, dan neuroglia atau glia (Stockley 2005: 74).
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel neuron. Fungsi sel saraf yaitu untuk mengirimkan sinyal atau pesan impuls beruipa rangsangan atau tanggapan. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit). Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke dalam sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan yang lainnya. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak yang disebut             myelin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson                       (Anonim 2012: 1).
Jaringan saraf tersusun atas sel-sel neuron. Tiap neuron atau sel saraf terdiri dari badan sel saraf, cabang dendrit dan cabang akson. Cabang-cabang inilah yang menghubungkan tiap-tiap sel saraf sehingga membentuk jaringan saraf. Terdapat tiga macam sel saraf yaitu sel saraf sensorik, berfungsi untuk menghantarkan rangsangan dari reseptor (penerima rangsang) ke sumsum tulang belakang. Sel saraf motorik, berfungsi menghantarkan impuls motorik dari susunan sel saraf pusat ke efektor. Sel saraf penghubung, merupakan penghubung sel saraf yang satu dengan sel saraf yang lainnya (Geneser 1994: 115).


1.2.Tujuan Praktikum
               Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan perkembangan jaringan saraf pada hewan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan saraf merupakan jenis keempat dari jaringan dasar terdapat hampir di seluruh jaringan tubuh  sebagai jaringan komunikasi. Dalam melaksanakan fungsinya, jaringan saraf mampu menerima rangsang dari lingkungannya, mengubah rangsang tersebut menjadi impuls, meneruskan impuls tersebut menuju pusat dan akhirnya pusat akan memberikan jawaban atas rangsangan tersebut. Rangakaian kegiatan tersebut dapat terselenggara karena bentuk sel saraf yang khas yaitu mempunyai tonjolan yang panjang dan bercabang-cabang. Selain berkemampuan utama dalam merambatkan impuls, sejenis sel saraf berkemampuan bersekresi seperti halnya sel kelenjar endokrin. Sel saraf demikian dimasukkan dalam kategori neroen-dokrin yang sekaligus menjadi penghubung antara sistem saraf dan sistem endorin (Anonim 2012: 2).
Sistem saraf terdiri atas seluruh jaringan saraf pada organisme dan fungsi utamanya adalah komunikasi. Sel-sel saraf dengan sifat elekrofisiologis yang khusus dan bentuk struktural dengan prosesus-prosesus  yang sangat panjang, dikhususkan untuk fungsi komunikasi ini. Pada sel saraf atau neuron, fungsi-fungsi seluler  umum  disebut iritabilitas dan konduktivitas, mencapai perkembangannya yang paling tinggi. Iritabilitas berarti kemampuan sel untuk memberi reaksi terhadap berbagai rangsangan, sedangkan konduktivitas menunjukkan kemampuan untuk meneruskan efek dari perangsangan ke bagian lain dari sel tersebut (Geneser 1994: 293).
   Badan sel yaitu bagian sel saraf yang mengandung inti, maka kadang-kadang bagian ini disebut pula perikaryon. Bentuk dan ukuran dapat beraneka ragam, tergantung fungsi dan letaknya . inti sel biasanya terletak sentral, walaupun kadang-kadang dapat eksentrik. Biasanya berbentuk bulat dan berukuran besar. Di dalmnya terdapat butir-butir khromatin halus yang tersebar. Nukleous biasanya besar sehingga kadang dapat disangka sebagai intinya sendiri. Penampilan inti yang demikian merupakan ciri khas dari sel saraf. Dalam nukleous banyak mengandung molekul RNA yang penting untuk kegiatan sel terutama dalam sintesis protein, sehingga mengikat warna basofil. Sitoplasma sel saraf mengandung berbagai macam organela seperti halnya jenis sel lain (Anonim 2012: 2).
Sistem eferen adalah sistem kedua dari sel saraf (neuron) di dalam tubuh. Benang-benang neuronnya membawa impuls dari otak menuju sumsum tulang belakang dan seluruh tubuh. Sel saraf yang terlibat adalah semua neron motorik pada tubuh. Impuls yang dibawa akan merangsang kerja permukaan otot rangka atau di dalam kelenjar dan otot polos. Pada dinding organ pembuluh darah. Semua organ ini secara kolektif disebut efektor                (Stockley 2005: 80).
Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter yang disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuronpran-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai ke ujung neuron maka vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin. Neurotransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis. Neurotransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak (Anonim 2012: 3).
Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (treshold) tidak akan menghasilkan impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah. Penghantar impuls melalui sinapsis, titik temu antara terminal akson salah stu neuron dengan neuron lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan sinapsis (Cormack 1994: 178).
Reseptor adalah bagian dari sistem aferen yang mengirimkan impuls ketika dirangsang. Kebanyakan resepto berupa satu ujung cabang suatu dendron. Panjang neuron sensori urutan pertama atau berupa kumpulan ujung cabang dendron. Reseptor-reseptor tersebut tertanam dalam jaringan tubuh dan banyak diantaranya yang memiliki suatu struktur tertentu di sekitarnya (contohnya tonjolan pengecap pada lidah). Resepto terdapat ditemukan di seluruh tubuh, baik di permukaan pada kulit, organ pengindera, otot rangka, dan lainnya maupun jauh di dalam tubuh yang terhubung dengan organ dalam, dinding pembuluh darah (Stockley 2005: 79).
Penghantar impuls yang baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian
luar dan kutub negatif terdapat di bagian sel saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan gelombang perbedaan potensial bervariasi antara satu sampai dengan 120 m per detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin
(Geneser 1994: 115).
Sel saraf sensorik berfungsi sebagai penghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf  asosiasi. Sel ini ditemukan didalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf yang lainnya yang ada didalam sistem saraf pusat. Sel ini menerima impuls dari reseptor sensori atau berhubungan dengan saraf yang lainnya. Kelompok kelompok serabut saraf, akson dan dendrite bergabung dalam satu selubung dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul diimpuls, dan diantarkan melalui beberapa cara, diantaranya melalui sel saraf dan sinapsis (Cormack 1994: 177).
Antara saraf motor  dan otot terdapat sinapsis berbentuk cawan dengan membran pra-sinapsis dan membran post-sinapsis yang terbentuk dari sarkolema yang mengelilingi sel otot. Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis saraf-saraf lainnya. Sistim saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang. Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi tiga lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningtis. Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah durameter merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak. Araknoid disebut demikian karena bentuknya seperti sarang laba-laba (Geneser 1994: 115).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 23 Oktober 2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki bedah, gunting, lup dan pinset. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Mus musculus.

3.3 Cara Kerja
Dibedah bagian kepala mencit, diamati bagian otaknya menggunakan lup, digambar dan diberi keterangan.


BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Otak besar berfungsi mengatur pergerakkan tubuh, otak tengah berfungsi mengendalikan visual, dan otak kecil berfungsi mengatur posisi tubuh dan keseimbangan.
2.      Jaringan saraf terdiri dari sistem saraf pusat yang terdiri dari otak dan medula spinalis, serta sistem saraf tepi yang terdiri dari semua jaringan saraf di luar otak dan medula spinalis.
3.      Pada vertebrata terdapat 3 bagian otak, yaitu otak besar, otak tengah, dan otak kecil.
4.      Sebuah sel saraf memiliki satu badan sel yang lengkap dengan sitoplasma dan inti sel.
5.      Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit.
























DAFTAR PUSTAKA

Diakses pada tanggal 18 Oktober 2012.

Campbell, N.A. 2004. Biologi Jilid III. Erlangga : Jakarta.

Cormack, D.H. 1994. HAM Histologi. Binarupa Aksara : Jakarta.
Fawcett, D.W.  2002.  Buku ajar histologi. EGC : Jakarta.
Geneser, F. 1994. Buku Teks Histologi. Binarupa Aksara : Jakarta.
Siregar, A. 2008. Biologi pertanian. Depdiknas : Jakarta.
Stockley, C. 2005. Kamus biologi bergambar. Erlangga : Jakarta.
Watson, R. 2002. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. EGC : Jakarta.

 ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “Jaringan Saraf”. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan  perkembangan jaringan saraf pada hewan. Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 23 Oktober 2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki bedah, gunting, lup, dan pinset. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah               Mus musculus. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah mengetahui struktur jaringan saraf dari Mus muculus, sedangkan kesimpulan yang diperoleh adalah setiap jaringan saraf pada hewan memiliki struktur yang berbeda-beda tiap tingkatan kelas nya.

LAPORAN  PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“JARINGAN IKAT”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  X (SEPULUH)
ASISTEN       : M. IQBAL ROBYANTO




LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar Teori
Jaringan ikat satu-satunya yang secara normal mengandung substansi mukoid interseluler adalah tali pusat. Jaringan ikat yang mengalami degenerasi mukoid, mengandung substansi interseluler yang akan memisahkan sel jaringan ikat sehingga sel akan tampak bercabang-cabang dan dinamakan sel bintang (stelatte). Jadi sel stelatte ini dipisahkan satu dengan lainnya oleh musin iterseluler. Degenerasi mikrosomatosa atau degenerasi mukoid jaringan ikat sering terjadi pada mebrana mukosa yang mensekresi mukus atau pada tumor epitelial maupun tumor jaringan ikat (Sudiono 2001: 13).
Jaringan adalah kumpulan sel-sel dengan struktur dan fungsi yang sama. Jenis jaringan yang berbeda memiliki struktur berbeda yang sesuai dengan fungsinya. Suatu jaringan disatukan oleh suatu matriks ekstraseluler lengket yang melapisi sel-sel itu atau menenun mereka bersama-sama menjadi suatu anyaman serat. Sesungguhnya, istilah jaringan berasal dari bahasa Latin yang berarti “tenunan”. Kita dapat mengelompokkan jaringan ke dalam empat kategori utama yaitu jaringan epitelium, jaringan ikat, jaringan saraf, dan jaringan otot. Keempat macam jaringan                    tersebut ditemukan pada semua hewan terkecuali hewan yang paling sederhana                     (Campbell 2004: 5).
Rongga badan utama dilapisi oleh membran serrosa peritoneum yang melapisi rongga perut, pleura, dan rongga dada. Membran terdiri atas selapis tipis jaringan ikat longgar, biasa ditutupi oleh mesotel, sejenis epitel gepeng berasal dari mesoderm. Perluasan peritoderm mirip lembaran tipis terjulur dari dinding posterior rongga perut membentuk mesenterium, yang menunjang usus. Mereka ini lembaran-lembaran jaringan ikat longgar sangat tipis yang kedua sisinya ditutupi mesotel. Pada mamalia kecil, mesenterium ini demikian tipisnya sehingga dapat direntangkan di atas kaca objek untuk mempelajari penampilan jaringan ikat tanpa diiris (Fawcett 2002: 143).
Sel Mast merupakan sel jaringan ikat berbentuk bulat sampai lonjong yang sitoplasmanya dipenuhi granul sekretori basofilik. Inti bulatnya yang agak kecil terletak di tengah, inti sel mast sering ditutupi granul sitoplasmanya. Plasmasel merupakan sel lonjong dan besar, dengan sitoplasma basofilik karena banyaknya reticulum endoplasma kasar. Serat jaringan ikat dibentuk dari protein yang berpolimerisasi menjadi struktur panjang. Ketiga jenis utama serat jaringan ikat adalah kolagen, retikulin, dan elastin. Serat kolagen dan retikulin terdiri atas protein kolagen, dan serat elastin terutama terdiri protein elastin. Serat retikulin terutama terdiri atas kolagen tipe III (Wahyudi 2009: 2).
Semua hewan kecuali hewan yang paling sederhana (spons dan coelentrata) dan beberapa hewan cnidaria, jaringan-jaringan yang berbeda fiorganisasikan membentuk organ. Pada beberapa organ, seperti kulit hewan vertebrata, jaringan itu tersusun dalam lapisan-lapisan. Lambung vertebrata terdiri atas empat lapisan jaringan utama. Epitelium yang tebal melapisi lumen dan mengsekresi mukus dan getah pencernaan ke dalam lumen. Keseluruhan lambung juga masih dibungkus lagi oleh selapis jaringan ikat (Campbell 2004: 9).
Penelitian terhadap kejadian intrasel dalam biosintesis kolagen menghasilan pengertian yang lebih baik tentang patogenesis penyakit bawaan dan yang didapat tertentu. Pada manusia, kekurangan vitamin C yang berat berakibat gangguan pembentukkan kolagen, disebut scurvy. Vitamin C (asam askorbat) diperlukan untuk hidroksilasi enzimatik dari residu prolil dan lisil dari kolagen. Jika ia tidak ada, maka molekul prokolagen tidak mempunyai residu hidroksiprolin dan terbentuk triple helix yang tidak stabil. Ini berakibat pertumbuhan tulang abnormal, fraktur sukar sembuh, dan cenderung berdarah, karena fragilitas kapiler dan pembuluh darah kecil lain (Fawcett 2002: 149).

1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui bentuk eritrosit, leukosit dan trombosit pada jaringan hewan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan ikat longgar paling banyak ditemukan di dalam tubuh. Jaringan ini terdiri dari kumpulan sel fibroblas, sel mast, sel makrofag, sel lemak, serat elastin, dan serat kolagen. Jaringan ini memiliki ciri sel-selnya jarang dan sebagian besar tersusun atas matriks. Dalam matriks jaringan ikat longgar hanya sedikit ditemukan serabut. Fungsi utama jaringan ikat longgar adalah pengikat dan pengepak material, dan sebagai tumbuhan bagi jaringan dan organ lainnya. Jaringan ikat longgar di kulit membatasi dengan otot. Contohnya: mesenkim (pada embrio), mukoid (pada tali pusat), areolar (organ pada umumnya), lemak (jaringan subkutis), retikular (sumsum tulang dan limfonodus). Jaringan ikat padat atau sering disebut jaringan pengikat serabut putih karena pada matriksnya mempunyai serat-serat yang berhimpitan yang terbuat dari serat kolagen                  (Anonima  2012: 1).
Jaringan ikat yang paling banyak terdapat dalam tubuh vertebrata adalah jaringan ikat longgar (loose connective tissue). Jaringan ini mengikatkan epithelium dengan jaringan di bawahnya dan berfungsi sebagai bahan pengemas, yang menjaga agar organ tetap berada ditempatnya. Jenis jaringan ikat ini dinamai demikian karena serat-seratnya tertenun longgar. Jaringan ikat longgar memiliki ketiga jenis serat yang ada; berkolagen, serat elastic, dan serat retikuler. Diantara sel-sel yang tersebar dalam anyaman berserat jaringan ikat longgar tersebut, ada dua jenis mendominasi; fibriblas dan makrofaga. Fibroblast mensekresikan unsure protein serat ekstraseluler. Makrofaga adalah sel-sel amoeboid yang berkeliaran si seluruh jaringan serat, yang menelan bakteri dan serpihan-serpihan sel-sel mati melalui fagisitosis (Campbell 2003: 7).
Jaringan pengikat berbeda dengan jaringan epitel, jaringan pengikat mengandung matriks yang sangat banyak. Jaringan pengikat berfungsi: untuk mengikat satu alat dengan alat lain, untuk membungkus alat-alat, untuk mengganti jaringan yang rusak (luka), untuk menetralkan racun dan untuk membentuk kerangka penyokong. Atas dasar struktur dan fungsinya, jaringan pengikat dibedakan atas tiga macam jaringan yang masing-masing dapat dibagi lagi menjadi jaringan-jaringan yang lebih khas: jaringan pengikat sebenarnya, jaringan pengikat rangka tulang rawan hialin, jaringan pengikat cair (Pearce 1999: 135).
Serat elastis (elastic fiber) adalah untaian panjang yang terbuat dari protein yang disebut elastin. Serat elastic memberikan suatu sifat seperti karet yang melengkapi kekuatan serat berkolagen yang tidak elastic. Ketika anda mencubit bagian belakang telapak tangan anda dan kemudian melepaskannya, serat elastic akan dengan cepat memulihkan kulit anda ke bentuk semulanya. Serat retikuler (reticular fiber) adalah serat yang sangat tipis dan bercabang. Tersusun atas kolagen dan tersambung dengan serat berkolagen, serat ini membentuk suatu anyaman yang ditenun dengan ketat yang menghubungkan jaringan ikat dengan jaringan yang ada disebelahnya (Campbell 2003: 5).
Jaringan ikat diseluruh tubuh mengandung sedikit sel mobil yang memiliki kesanggupan besar untuk fagositosis. Makrofag ini berperan dalam mempertahankan jaringan normal dengan memakan sel mati dan debris sel dan benda renik lain dan memecah enzim dengan lisosomnya. Mereka adalah juga garis pertahanan pertama terhadap infeksi, dengan lahap memakan dan menghancurkan bakteri yang masuk. Mereka juga partisipan yang harus ada pada pertahanan immunoglobulis tubuh dengan memproses dan menyajikan antigen pada limfosit yang mampu menghasilkan antibody protektif (Fawcett 2002 : 134).
Jaringan adipose (adipose tissue) adalah bentuk khusus dari jaringan ikat longgar yang menyimpan lemak dalam sel-sel adipose yang tersebar di seluruh matriksnya. Jaringan adipose melapisi dan menginsulasi tubuh, serta menyimpan molekul-molekul bahan bakar. Setiap sel adipose mengandung suatu butiran lemak besar yang membengkak ketika lemak disimpan dan akan mengkerut ketika tubuh menggunakan lemak itu sebagai bahan bakar. Factor keturunan, olahraga, dan jumlah lemak yang kita makan dapat mempengaruhi jumlah lemak yang kita makan dapat mempengaruhi jumlah lemak yang tersimpan dalam sel adipose kita. Terdapat juga beberapa bukti bahwa jumlah lemak yang kita simpan ketika kita masih bayi turut menentukan jumlah sel-sel lemak dalam jaringan ikat kita    (Campbell 2003: 7).
Sel adipose atau sel lemak adalah sel tetap jaringan ikat yang dikhususkan bagi sintesis dan penimbunan lipid. Sel-sel ini mengumpulkan lipid begitu banyaknya sehingga intinya menggepeng dan terdesak ke satu sisi dan sitoplasmanya tesisa berupa lapisan tpis mengelilingi tetes lipid sangat besar. Begitu tidak mencoloknya inti dan sitoplasma sehingga sel lemak dalam jaringan ikat tidak dipulas tampak sebagai tetes lemak besar dan mengkilap. Mereka terdapat satu dalam jaringan ikat namun lebih sering terlihat berkelompok dengan ukuran bervariasi. Mereke cenderung mengumpul sepanjang pembuluh darah kecil. Bila jumahnya begitu besar, sehingga menjadi unsur utama sel, maka mereka membentuk jaringan adipose (Fawcett 2002: 134).
Serat jaringan ikat, yang terbuat dari protein, terdiri atas tiga jenis: serat berkolagen, serat elastic, dan serat retikuler. Serat berkolagen (collagenous fiber) terbuat daari kolagen, yang mungkin merupakan protein yang paling berlimpah dalam kingdom hewan. Serat berkolagen bersifat tidak elastic dan tidak mudah robek jika ditarik mengikuti panjangnya. Jika anda mencubit dan menarik sebagian kulit belakang telapak tangan anda, kolagenlah yang berperan besar dalam menjaga daging itu tidak lepas dari tulang (Campbell 2003: 5).
 Rongga badan utama dilapisi oleh membran serrosa peritoneum yang melapisi rongga perut, pleura, dan rongga dada. Membran terdiri atas selapis tipis jaringan ikat longgar, biasa ditutupi oleh mesotel, sejenis epitel gepeng berasal dari mesoderm. Perluasan peritoderm mirip lembaran tipis terjulur dari dinding posterior rongga perut membentuk mesenterium, yang menunjang usus. Mereka ini lembaran-lembaran jaringan ikat longgar sangat tipis yang kedua sisinya ditutupi mesotel (Fawcett 2002: 143).
Tulang rawan (cartilage) memiliki serat berkolagen yang sangat berlimpah, yang tertanam dalam suatu matriks mirirp karet yang tersusun atas suatu bahan yang disebut kondroitin sulfat, suatu kompleks protein-karbohidrat. Kondroitin sulfat dan kolagen disekresikan oleh oleh kondrosit, sel-sel yang hanya terdapat pada ruangan yang tersebar dalam matriks yang disebut lacuna. Gabungan serat berkolagen dan kondroitin sulfat membuang tulang rawan menjadi suatu material penyokong yang kuat namun fleksibel kerangka hiu terbuat dari tulang rawan. Vertebrata lain, termasuk manusia, memiliki kerangka bertulang rawan selama tahapan perkembangan embrio, tetapi sebagian besar tulang rawan itu digantikan oleh tulang sejati ketika embrio tersebut tumbuh dewasa. Namun demikian, kita tetap mempertahankan tulang rawan sebagai penyokong yang fleksibel pada lokasi tertentu (Campbell 2003: 8).                     
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 23 Oktober 2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki bedah dan gunting, dan pinset. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Mus musculus.

3.3 Cara Kerja
Disiapkan bahan yang akan diamati dan diletakkan diatas baki. Diambil darah mencit sebanyak 2 tetes dengan menggunakan jarum suntik, dan diletakkan siatas kaca objek. Direndam dalam larutan Gymsa dan keringkan. diamati, diberi keterangan.

BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Jaringan ikat terdiri dari jaringan ikat longgar, jaringan ikat padat, jaringan adiposa, jaringan darah, jaringan tulang rawan, dan jaringan tulang keras.
2.      Jaringan ikat tersusun dari sel-sel yang mensintesis  matriks seperti anyaman serat.
3.      Jaringan ikat berfungsi untuk menunjang tubuh, penghubung jaringan satu dengan jaringan lainnya, pembawa nutrisi dari satu jaringan ke jaringan lainnya.
4.      Jaringan tulang berfungsi sebagai penopang tubuh, pemberi bentuk tubuh, tempat melekatnya otot, dan sebagai alat gerak pasif.
5.       Pada mamalia, sel-sel darah dibentuk di dalam sumsum tulang belakang yang juga terdapat banyak saraf-saraf.
















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Jaringan ikat. www.sentra-edukasi.com/2012/18/jaringan-ikat.html. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2012.

Bresnick, S. 2003. Intisari Biologi. Hipokrates : Jakarta.
Campbell, N.A. 2003. Biologi Jilid II. Erlangga : Jakarta.
Cormack, D.H. 1994. HAM Histologi. Binarupa Aksara : Jakarta.
Geneser, F. 1994. Buku Teks Histologi. Binarupa Aksara : Jakarta.
Miller, S.A. dan Jhon, P.H. 1992. Zoologi. McGraw-Hill Book Company, Inc : The United States of America.

Syarifuddin, B.Ac. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. EGC : Jakarta.


ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “Jaringan Ikat”. Praktikum ini bertujuan untuk melihat struktur anatomi jaringan ikat dari Mus musculus. Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 23 Oktober 2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki bedah, gunting, dan pinset. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Mus musculus. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah struktur jaringan ikat berupa jaringan tulang pada Mencit (Vertebrata), sedangkan kesimpulan yang diperoleh adalah jaringan tulang berfungsi sebagai penopang tubuh, pemberi bentuk tubuh, tempat melekatnya otot, dan sebagai alat gerak pasif.


 LAPORAN  PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“PISCES”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  X (SEPULUH)
ASISTEN       : M. IQBAL ROBYANTO




LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar Teori
Pisces adalah sebutan umum yang dipakai untuk ikan atau nama super kelas, dan nama ini diambil dari kata latin icththyes juga berarti ikan, berasal dari kata Yunani dan kata ini dipakai dalam ichtyologi yang bearti ilmu yang mempelajari tentang ikan. Tempat hidup mereka bervariasi di perairan terbuka, perairan asin, sungai alkalin, dan danau, serta perairan hangat yang suhunya mencapai 12 derajat fahrenheit sampai 15 derajat fahrenheit. Tetapi Cyprinus carpio dapat bertahan hidup pada suhu atau temperatur yang lebih ekstrim (Storer 1995: 369).
Terdapat bermacam-macam hewan, mulai dari organisme bersel satu hingga bersel banyak yang tersusun dari beribu-ribu sel. Cara mengklasifikasikan atau pembagian ke dalam beberapa kelompok, tergantung pada kompleksitas tubuh mereka. Istilah hewan tingkat tinggi dan hewan tingkat rendah sering digunakan dalam konteks ini. Semakin tinggi tingkatan hewan, semakin kompleks organ-organ internalnya.
Secara umum, gambaran yang membedakan hewan tingkat tinggi adalah segmentasi, rongga tubuh, dan rangka tubuh (Stockley 2005: 36).
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang, dan berenang menggunakan sirip serta memiliki sisik. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), (kelas Osteichthyes) dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (Anonima 2012: 1).
Sebagian besar hewan mampu bergerak dari satu tepat ke tempat lain (lokomosi) setidaknya pada beberapa tahap dalam hidupnya. Hewan-hewan bergerak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti mencari makan, bereproduksi, dan berlindung. Bagian yang bergerak pada hewan bermacam-macam, pada hewan air contohnya yang bergerak adalah sirip dan ekornya. Banyak juga hewan yang memiliki sistem tulang dan otot yang mirip dengan manusia (Stockley 2005: 40).
Kebanyakan ikan berbiak dengan cara mengeluarkan telur dan sperma dalam air, kemudian meninggalkannya hingga tumbuh menjadi ikan. Ada pula ikan misalnya kerapu punggung duri dan ikan sirip lengkung yang menjaga telur serta anaknya setelah menetas. Jenis lain seperti beberapa macam hiu melahirkan anak dalam sosok sempurna setelah telur berkembang dalam tubuhnya (Dorling 2002: 114).
Perkembangan pengetahuan tentang ikan dan faktor-faktor yang membuat mereka beradaptasi terhadap lingkungan yang akhirnya berpengaruh dengan tingkah laku, bentuk tubuh, dan fungsi alat tubuh merupakan hasil dari pemikiran, keingintahuan yang selalu ada pada manusia tentang alam dan demi kebutuhan mereka akan keterangan yang berkaitan dengan jenis ikan yang digunakan untuk tujuan konsumsi maupun rekreasi. Ikan didefinisikan sebagai binatang vertebrata yang berdarah dingin yang hidup dalam lingkungan air dan pada umumnya sistem peredaran darahnya adalah tunggal. Pada ikan teleostei volume darah mencapai 1-5%-3% berat tubuhnya (Komarudin 2009: 2).
Pisces mempunyai karekteristik yaitu kulit (integumentum) mengandung banyak glandulae mucosae (kelenjar lendir) tertutup oleh squama (sisik). Ektrimitas berupa pinae atau sirip. Sirip mempunyai fungsi untuk membantu ikan dalam proses berenang. Ada beberapa jenis ikan yang bernapas dengan menggunakan paru-paru diantaranya lumba-lumba. Mulut terdapat pada ujung muka. berupa cela mulut atau rimaoris. Hidung pada ikan masih berupa fovea nasalis (cekung hidung), terdapat sepasang pada bagian dorsal mulut dan belum mempunyai hubungan dengan rongga mulut. Sedangkan mata pada ikan relatif besar tidak mempunyai kelopak mata atau palfibrae (Saanin 2001: 205).

1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk untuk mengenal, mengidentifikasi serta mempelajari beberapa sistem tubuh dari beberapa anggota kelas pisces.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hewan Vertebrata merupakan hewan yang bertulang belakang yang terdirir dari Pisces, Amphibi, Reptil, Aves, dan Mamalia. Setiap vertebrata mempunyai bentuk yang beraneka ragam. Tubuh vertebrata umumnya terdiri atas bagian kepala, batang tubuh, ekor, geleng vektoral atau gelang bahu, dan gelang pelvic atau gelang panggul. Didalam kepala terdapat otak yang fungsinya sebagai pusat pengatur segala aktivitas tubuh. Batang tubuh berongga berfungsi sebagai tempat hampir seluruh organ tubuh dalam leher merupakan perluasan trunkus (batang tubuh) tetapi tanpa rongga. Sistem pernapasan dari Pisces umumnya menggunakan insang. Pada beberapa jenis pisces, insangnya mempunyai satu perluasan keatas yang berupa lipatan-lipatan tidak teratur yang disebut labirin                  (Anonimb 2012: 1).
Pisces adalah sebutan umum yang dipakai untuk ikan atau sebagai nama superklas. Pada umumnya yang dimaksud ikan adalah ikan-ikan yang masuk kelas Osteichtyes. Tubuhnya berskeleton tulang keras, terbungkus oleh kulit yang bersisik, berbentuk seperti torpedo, berenang dengan sirip, bernafas dengan insang. Bermacam- macam spesies hidup dalam air tawar atau beragam (air laut). Ikan sebagai salah satu sumber protein bagi manusia, dan sebagai salah satu objek olah raga atau rekreasi memancing. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaan laut dan pada suhu 25-30 derajat celsius. Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras (Burhanuddin 2008: 10).
Integumen merupakan suatu system yang sangat bervariasi. Padanya terdapat sejumlah organ ataupun struktur tertentu dengan fungsi yang bermacam macam. Sistem integumen dapat dianggap terdiri dari kulit yang sebenarnya dan derivat-derivatnya. Gigi pada ikan hiu, scute, keel dan beberapa tulang tengkorak pada ikan merupakan modifikasidari sisik. Kulit yang sebenarnya yaitu lapisan penutup yang umumnya terdiri dua lapisan utama, letaknya sebelah luar dari jaringan ikat kendur yang meliputi otot dan struktur permukaan lain. Sedangkan derivate integumen yaitu struktur tertentu yang secara embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit sebenarnya. Struktur ini dapat berupa struktur yang lunak, seperti kelenjar eksresi, tetapi dapat juga berupa struktur keras dari kulit ini, dinamakan eksoskelet (Anonim 2012: 3).
Semua hewan memiliki lapisan luar yang berfungsi sebagai selubung dan pelindung. Pada ikan, selubungnya adalah kulit dan sisik. Sirip ikan terbagi menjdai lima macam, yaitu sirip punggung, sirip ekor, sirip dada, sirip perut, dan sirip anus. Sirip ekor, punggung, dan anus termasuk sirip tunggal, sedangkan sirip perut dan dada termasuk sirip berpasangan. Sirip punggung yang terdapat pada ikan-ikan kelas chondrichthyes disokong oleh keping-keping tulang rawan yang dinamakan rawan basal dan terletak di bagian bawah tertumpu pada cucuk neural dan rawan radial yang terletak di atas rawan basal menunjang jari-jari sirip (Komarudin 2009: 12).
Umumnya ikan yang tidak bersisik memproduksi lendir yang lebih banyak dan     tebal dibanding dengan ikan yang bersisik. Ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan dipengaruhi oleh kegiatan sel kelenjar yang berbentuk piala yang terletak di dalam epidermis. Kelenjar ini akan memproduksi lendir lebih banyak pada saat tertentu, misalnya pada saat ikan berusaha melepaskan diri dari bahaya/ genting dibanding pada saat atau keadaan normal. Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air supaya ia dapat berenang dengan lebih cepat, mencegah infeksi dan menutup luka, berperan dalam osmoregulasis ebagai lapisan semi-permiable yang mencegah keluar masuknya air melalui kulit (Burhanuddin 2008: 22).
Sel khusus yang memberikan warna pada ikan ada dua macam yaitu Iridocyte (leucophore dan guanophore) dan  Chromatophora. Iridocyte dinamakan juga sel cermin karena mengandung bahan yang dapat memantulkan warna di luar tubuh ikan. Warna pada ikan sangat dipengaruhi oleh schemachrome (konfigurasi fisik) dan biochrome (pigmen pembawa warna). Schemachrome warna putih ditemukan pada rangka, gelembung renang, sisik dan testes; biru dan ungu pada iris mata; warna pelangi pada sisik, mata dan membrane anus. Sedangkan tergolong ke dalam biochrome adalah Carotenoid  (kuning, merah dan corak lainnya); chromolipoid  (kuning sampai coklat); indigoid  (biru, merah dan hijau); melanin (hitam dan coklat); flavin (fluoresensi kehijau-hijauan); purin (putih atau keperak-perakan); pterin (putih, kuning, merah dan jingga) (Anonim 2012: 3).
Insang atau brankia adalah organ pernapasan pada sebagian hewan yang hidup di air, mengandung banyak saluran darah. Oksigen diabsorbsi ke dalam darah dari air melalui insang. Karbondioksida keluar melalui bagian dari insang. Ada dua jenis insang, yaitu internal (dalam) dan eksternal (luar). Sebagian besar ikan memiliki empat pasang insang dengan saluran-saluran diantaranya yang disebut celah insang. Insang yang terletak pada tubuh bagian luar, dijumpai pada semua ikan dan amphibia yang masih muda dan beberapa jenis amphibia yang lebih tua dan serangga muda yang hidup di air. Bentuk insang yang berumbai-rumbai menjulur dari kepalanya seperti pada kecebong merupakan modifikasi dari insang (Stockley 2005: 44).
Linea lateralis atau disebut dengan Gurat sisi merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang bisa di liat lansung. Bentuknya seperti sebutannya Gurat, maka bentuknya adalah garis gelap disepanjang sisi tubuh ikan, mulai dari posterior sampai pangkal ekor. Gurat sisi ini tidak hanya sebagai bagian tubuh yang dinikmati keindahannya, tetapi bagian ini memiliki fungsi untuk berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf, karena di bagian ini terdapat lubang-lubang kecil. Fungsi utama gurat sisi adalah sebagai organ sensorik ikan yang dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik dengan kata lain organ ini berfungsi untuk mengidentifikasi lingkungan sekitarnya (Anonim 2012: 4).
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah. Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang.  Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus. Ikan bereproduksi dengan menghasilkan telur. Dalam satu siklus reproduksi ikan dapat dihasilkan jutaan sel telur per ekor (Stockley 2005: 42).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 6 November 2012, pada pukul   08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki, gunting bedah dan kertas catatan. Sedangakan bahan yang dibutukan adalah Anabas testudiantes, Cyprinus carpio, Colossoma macropoma, Heleostoma temickii,             Ophiocheppalus striatus, Oreochormis niloticus, Pangasius pangasius, dan Trichogaster pectoralis.

3.3 Cara Kerja
Disiapkan ikan yang akan diamati, diletakkan diatas baki bedah, diamati morfologi yang menjadi ciri khas dari masing-masing bahan, seperti jenis sisik, jumlah sirip, dan jenis sirip, salah satu jenis ikan dibedah dan diamati anatomi ikan serta sstem tubuhnya, lalu digambar dalam kertas kerja.

 BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1.        Ikan dapat seimbang dalam air dan dapat mendeteksi benda di sekitarnya dengan menggunakan organ bernama linea lateralis.
2.        Ikan juga memiliki jumlah dan tipe sirip yang berbeda, serta pada ikan tertentu memiliki sirip khusus yang dinamakan sirip adipose (sirip lemak).
3.        Morfologi dari pisces terdiri dari 3 bagian utama yaitu caput (kepala), truncus (badan), dan caudal (ekor).
4.        Pada beberapa jenis ikan, tidak memiliki sisik seperti pada ikan laut dan tidak memilik alat peraba atau sungut peraba.
5.        Sistem pernapasan pada pisces umumnya menggunakan insang.















DAFTAR PUSTAKA

            Diakses 4 November 2012.
Burhanuddin. 2008. Ikhtiologi Ikan. Jurnal ilmu kelautan. 35 hlm.
Dellman & Brown. 1998. Histologi Veteriner. UI Press : Jakarta.

Fikri, N. 2001. Modul Fisika Biologi. Nurul Fikri : Jakarta.

Kimball, J.W. 1999.  Biologi edisi keenam. Erlangga : Jakarta.

Saanin, H. 2001. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta : Bandung.

 ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “Pisces”. Praktikum ini bertujuan untuk mengenal, mengidentifikasi serta mempelajari beberapa sistem tubuh dari beberapa anggota kelas pisces. Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 6 November 2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki, gunting bedah, dan kertas catatan. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah enam jenis ikan, yaitu  Clarias battracus, Cyprinus carpio, Oshprenemus gauramy, Pangasius pangasius,  Sardinela sp, Thunus sp. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah jenis-jenis sirip pada ikan serta jumlah tulang keras dan tulang lunak pada masing-masing sirip ikan, sedangkan kesimpulan yang diperoleh adalah pada dasarnya morfologi ikan sama yaitu memiliki sirip, ekor, insang, dan sisik, namun memiliki rumus sirip yang berbeda-beda.

LAPORAN  PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“AMPHIBI”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  X (SEPULUH)
ASISTEN       : M. IQBAL ROBYANTO




LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar Teori
Beberapa kelompok hewan amfibi adalah binatang bertulang belakang, berkulit lembab tanpa bulu yang hidup di dua alam. Kebanyakan hewan amfibi pada waktu berupa berudu hidup di air dan bernafas dengan insang, selanjutnya setelah dewasa hidup didarat dan bernafas dengan paru-paru dan kulit. Hewan amfibi termasuk kelompok hewan berdarah dingin, artinya hewan yang memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya. Amphibia termasuk hewan vetebrata yaitu mempunyai tulang belakang. Dikenal tiga ordo dalam ampibia yaitu ordo Anura, ordo Urodela, dan Apoda. Katak biasa didapati dari kawasan tropika ke subartik, tapi kebanyakan spesis katak terdapat dihutan hujan tropika. Katak merupakan antara kumpulan vertebrata yang paling banyak yaitu lebih 5,000 spesis yang dikenali (Kimball 2000: 56).
Kelenjar kulit katak menghasilkan mucus, yang tidak enak, bahkan beracun. Banyak spesies beracun memiliki pola warna yang cerah, yang sebenarnya memberikan peringatan kepada pemangsa yang kemudian mengaitkan pola warna itu dengan bahaya. Kodok (frog) dan katak alias bangkong (toad) adalah hewan amfibi yang paling dikenal orang di Indonesia. Bentuknya yang lucu, kerap melompat-lompat, tidak pernah menggigit dan tidak membahayakan. Kedua macam hewan ini bentuknya mirip. Kodok bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk, berkaki empat dan tak berekor (anura: a tidak, ura ekor). Kodok umumnya berkulit halus, lembab, dengan kaki belakang yang panjang. Sebaliknya katak atau bangkong berkulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul, kerapkali kering, dan kaki belakangnya sering pendek saja, sehingga kebanyakan kurang pandai melompat jauh (Anonima 2012: 1).
Satu-satunya famili yang diberi nama am "kodok" secara eksklusif ialah Bufonidae, tetapi banyak spesis dari famili lain turut dipanggil "kodok," dan spesis di bawah genus kodok Atelopus digelar "katak badut" (harlequin frogs). Kodok dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodok pegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembab, yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok kecil. Sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5.000-20.000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun (Iskandar 1998: 120).
Kodok dan katak kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan berbunyi-bunyi untuk memanggil betinanya, dari tepian atau tengah perairan. Beberapa jenisnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya limnocharis) dan kintel lekat alias belentung (kaloula baleata), kerap membentuk ‘grup nyanyi’, di mana beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan. Suara keras kodok dihasilkan oleh kantung suara yang terletak di sekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala digunakan. Katak dewasa bercirikan kaki belakang yang panjang, badan yang pendek, jari berselaput, mata jongang dan ketiadaan ekor. (Anonima 2012: 1).
Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina. Katak berperan sangat penting sebagai indikator pencemaran lingkungan dapat dilihat dari jumlah populasi katak yang dapat ditemukan di daerah tersebut. Kodok dan katak hidup menyebar luas, terutama di daerah tropis yang berhawa panas (Radiopuetro 1996: 474).

1.2.Tujuan Praktikum
               Praktikum ini bertujuan untuk mengamati morfologi anatomi anggota kelas amphibian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kodok sawah dimasukkan ke dalam ordo Anura. Nama Anura mempunyai arti tidak memiliki ekor (anura = a tidak, ura ekor). Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai cirri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang biak. Tungkai belakang lebih besar dari pada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Morfologi, kodok terdiri atas tiga bagian meliputi kepala, badan dan alat penggerak. Kepala berbentuk segitiga, terdiri atas mata, telinga, mulut, gendang telinga dan lubang hidung. Mulut terletak pada kepala bagian bawah, melintang secara horizontal, berukuran relatif lebar dengan belahan mulut hampir memenuhi semua bagian kepala. Gendang telinga berbentuk lingkaran, berwarna coklat kehitam-hitaman dengan warna hijau pada bagian tengahnya. Lubang hidung berukuran kecil, terdapat pada kepala bagian depan (Radiopuetro 1996: 473).
System peredaran darahnya adalah system peredaran darah ganda. Pada system peredaran darah tersebut, sebagian darah kaya oksigen masih bercampur dengan darah miskin oksigen di ventrikel. Jantung Amphibia beruang tiga terdiri atas dua atrium (serambi) dan satu ventrikel (bilik). Kodok sawah ialah sejenis katak yang banyak hidup di sawah-sawah, rawa, parit, dan selokan, sampai ke rawa-rawa bakau. Nama ilmiahnya Fejervarya cancrivora, dan dalam bahasa inggris dikenal sebagai marsh frog, rice-field frog atau crab-eating frog, nama yang terakhir diberikan karena kegemaran kodok ini memangsa ketam sawah. Orang jawa menyebutnya sebagi kodok hijau, karena banyak juga di antaranya yang berwarna kehijauan. Hewan jantan dewasa sekitar 60 mm dan betina dewasa sekitar 70-80 mm, namun yang terbesar bias sampai dengan 120 mm SVL (Snout to Vent Length, dari moncong ke anus). Spesimen yang kecil agak sukar dibedakan dari kodok tegalan  (Sudjadi 2004: 56).
Kulit Amphibia tidak bersisik dan halus, kelembabannya terjaga oleh berbagai kelenjar mukosa. Kulit hewan tersebut berperan dalam menjaga keseimbangan air dan respirasi, mengatur suhu tubuh ketika berada di darat melalui penguapan, dan melindungi diri dari hewan predator melalui pengeluaran racun yang terdapat di dalam kelenjar kulit. Meskipun kelenjar kulit tersebut lembab dan tipis, Amphibia tersebut biasanya tetap berada di sekitar tempat berair agar tidak terkena risiko kekeringan. Beberapa Amphibia memiliki kulitnya dapat berflouresen mengeluarkan warna hijau dan merah (khususnya pada katak beracun) (Campbell 2004: 92).
Reproduksi katak dewasa akan mencari lingkungan yang berair. Disana mereka meletakkan telurnya untuk dibuahi secara eksternal. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal dengan metamorfosis. Tidak seperti telur reptil dan burung, telur katak tidak memiliki cangkang dan selaput embrio. Sebaliknya telur katak hanya dilindungi oleh kapsul mukoid yang sangat permeabel sehingga telur katak harus berkembang di lingkungan yang sangat lembab atau berair (Radiopuetro 1996: 476).
Telur-telur kodok dan katak menetas menjadi berudu atau kecebong (tadpole), yang bertubuh mirip ikan gendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok atau katak kecil. Lidah pada katak bercabang dua (lingua bifida), berfungsi sebagai alat pengangkap mangsa. Jika ada serangga kan melekat pada lidah yang berlendir. Sesudah masuk mulut, makanan ditelan melewati kerongkongan menuju lambung. Di dalam lambung makanan dicerna kemudian masuk ke usus. Dinding usus mengandung kapiler darah dan di sini sari-sari makanan diserap. Selanjutnya sisa makanan didorong keluar menuju kloaka (Iskandar 1998: 128).
Warna tubuh kodok  bervariasi, terutama pada bagian punggung, ada yang berwarna kehijauan atau kecokelatan, dan biasanya dihiasi dengan bintik-bintik gelap. Kodok memiliki dua pasang kaki, yaitu sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang. Ukuran kaki belakang lebih panjang dari pada kaki depan. Bagian paha dan betis memiliki ukuran panjang yang hampir sama, namun daging bagian paha lebih tebal. Kaki depan memiliki empat pasang jari, sedangkan kaki belakang memiliki lima pasang jari. Kodok merupakan hewan amfibi yang daur hidupnya berlangsung dalam dua alam yang berbeda, yaitu air dan darat. Kodok mengalami empat kali metamorfosis (perubahan bentuk tubuh), yaitu telur, berudu (kecebong), percil dan kodok dewasa. Pada fase telur sampai kecebong, kodok hidup di air. Pada fase percil sampai kodok dewasa, kodok hidup di darat                                (Sukiya 2005: 47).
Ciri khas katak adalah adanya gendang telinga pada sebelah belakang matanya, pada kedua sisi kepalanya. Selaput gendang telinga ini konon sangat peka terhadap getaran udara dan berkaitan erat dengan kemampuan mereka menghasilkan suara. Pada katak suara ini sebagian juga merupakan ciri khas jenis kelamin yang umumnya jantan lebih besar dibandingkan yang betina. Malahan pada beberapa spesies katak, yang betina tidak menghasilkan suara sekali. Suara itu dihasilkan oleh suatu alat yang sangat bagus perkembangannya yang biasanya diperkuat dengan balon udara yang sangat besar. Dari suatu penelitian diketahuilah bahwa suara katak berbeda-beda dalam tinggi nada, panjang bunyi, kekuatan udara, dan keserasiannya. Pada katak jantan biasanya pekik suara yang dihasilkan bias mengandung banyak arti. Mereka sering memanfaatkan suaranya yang besar untuk memanggil pasangannya. Bisa juga untuk menegaskan batas teritirialnya agar sesama pejantan tidak mengganggu dan masuk daerahnya (Slamet 1998: 80).
Beberapa jenis katak, sisi tubuhnya terdapat lipatan kulit berkelenjar mulai dari belakang mata sampai diatas pangkal paha yang disebut lipatan dorsalateral. Katak mempunyai mata berukuran besar, dengan pupil mata horizontal dan vertikal. Pada beberapa jenis katak, pupil matanya berbentuk berlian atau segi empat yang khas bagi masing-masing kelompok. Pada kebanyakan jenis, binatang betina lebih besar dari pada jantan. Ukuran katak dan kodok di Indonesia bervariasi dari yang terkecil hanya 10 mm, dengan berat hanya satu atau dua gram sampai jenis yang mencapai 280 mm, dengan berat lebih dari 1500 gram (Iskandar 1998: 128).
Telur-telur katak menetas menjadi berudu atau kecebong, yang bertubuh mirip ikan gendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok atau katak kecil. Di daratan, kemampuan untuk mendeteksi suara merupakan hal yang sangat penting, dan amphibia telah mengembangkan telinga sederhana dari struktur yang diwarisinya dari moyang mereka (Kimball 2000: 56).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 13 November 2012, pada pukul   08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki bedah, gunting bedah, kertas catatan. Sedangakan bahan yang dibutukan adalah Bufo sp dan Rana sp.

3.3 Cara Kerja
Disiapkan bahan yang akan diamati dan letakkan di atas baki. Diamati morfologi yang menjadi ciri khas dari masing-masing bahan seperti kulit, bentuk rahang, ada tidaknya web dan lainnya. Dibedah salah satu bahan dan diamati anatomi serta sistem tubuhnya. Digambar dan diberi keterangan.











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
A.    Anatomi Rana sp
Klasifikasi      :
                                                                        Kingdom         : Animalia
                                                                        Filum               : Chordata
                                                                        Kelas               : Amphibia
                                                                        Ordo                : Anura
                                                                        Famili              : Raniidae
                                                                        Genus              : Rana
                                                                        Spesies            : Rana sp
                                                                        Nama Umum   : Katak
Keterangan Gambar :         
1.                Gaster              5. Pulmo
2.                Cor                  6. Hepar
3.                Ren                  7. Cloaka
4.                Duo denum

Deskripsi :
Pada bagian diperlihatkan organ-organ dalam Rana sp masih dalam keadaan hidup maka akan dapat dilihat jantung yang masih berdenyut. Menurut Slamet (1998: 84), bahwa sistem pernafasan pada katak sederhana untuk diamati, meliputi bagian saluran dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri dari rongga mulut dan gigi, maxilla, pharynx, esophagus, gaster, intestinum, rectum, duodenum, dan kloaka.

B.     Ventral dan dorsal Rana sp

Klasifikasi      :
                                                                        Kingdom         : Animalia
                                                                        Filum               : Chordata
                                                                        Kelas               : Amphibia
                                                                        Ordo                : Anura
                                                                        Famili              : Ranidae
                                                                        Genus              : Rana
                                                                        Spesies            : Rana sp
                                                                        Nama Umum   : Katak

Keterangan Gambar :         
1.         Rima oris
2.         Organon visus
3.         Membran timpani
4.         Caput
5.         Web
6.         Digiti
7.         Cloaka
8.         Femur

Deskripsi :
             Pada bagian abdomen Rana sp dapat terlihat rima oris, branches, abdominalis, femuralis, web, digiti, dan kloaka. Bagian-bagian ini yang menjadi ciri khas bagi jenis katak. Menurut Slamet (1998: 80), bahwa ukuran gendang telinga pada katak betina hampir sama dengan lingkar mata, warna kulit disekitar kerongkongan putih dengan bintik-bintik kehitaman, dan juga ukuran badan yang relatif lebih besar dan tentu saja tidak memiliki kantung suara.
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Bagian caput terdiri dari rima oris, organon visus, nares anterioles, dan membran timpani.
2.      Bagian ekstremitas terdiri atas dua macam yaitu extreminitas anterior (digiti, manus, ante branchium, branchium) dan extreminitas posterior (femur, crus, pes, digiti, web).
3.      Perbedaan katak dan kodok yaitu katak tubunya lebih besar, permukaan kulit lebih licin, memiliki warna yang mencolok, dan memiliki selaput di kaki nya. Sedangkan kodok memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil, keempat kakinya berukuran lebih pendek, memiliki permukaan kulit yang lebih kasar, warnanya kurang mencolok, dan tidak terdapat selaput di keempat kaki nya.
4.      Pada katak jantan memiliki tanda hitam di bagian lehernya dan juga berukuran lebih kecil dibandingkan katak betina.
5.      Sistem respirasi dari amphibi terdiri dari sepasang paru–paru, kulit, permukaan dinding cavum oris. Pada kulit terdapat banyak kelenjar dan pembuluh darah yang memungkinkan amphibi bernafas di darat.











DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2012. Amphibi. http://id.wikipedia.org/wiki/amphibi. Diakses pada tanggal                           10 November 2012.

Campbell, et al. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta. Erlangga: xxii + 404 hlm.

Brotowidjoyo. 1993. Zoologi Dasar. Jakarta. Erlangga: xii +349 hlm.

Kimball. 2000. Biologi Jilid I. Jakarta. Erlangga: xii + 341 hlm.
Madang, K. 2002. Zoology Vertebrata. Inderalaya. Universitas Sriwijaya: xii + 103 hlm.

Slamet, A. 1998. Penuntun  Kuliah Zoologi Vertebrata. Inderalaya. Universitas Sriwijaya: xii + 121 hlm.   





























LAMPIRAN
 






Gambar 1. Dorsal Bufo sp.                  Gambar 2. Ventral Bufo sp.

 








               Gambar 3. Dorsal Rana sp.                      Gambar 4. Ventral Rana sp.


 










Gambar 5. Anatomi Rana sp.



ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “Amphibi”. Praktikum ini bertujuan untuk mengamati morfologi dan anatomi anggota kelas amphibi. Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 13 November 2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki, gunting bedah, kapas, kertas catatan, dan kloroform. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Bufo sp. dan Rana sp. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah perbedaan morfologis katak dan kodok, perbedaan katak jantan dan betina, perbedaan kodok jantan dan betina, serta anatomi dari amphibi, sedangkan kesimpulan yang diperoleh adalah bagian dari morfologi amphibi adalah caput, truncus, dan ekstremitas, serta anatomi amphibi meliputi sistim pencernaan, pernapasan, sirkulasi, eksresi, dan reproduksi.

 LAPORAN  PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“REPTIL”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  X (SEPULUH)
ASISTEN       : M. IQBAL ROBYANTO




LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar Teori
Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total yaitu pada anggota Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota Sub-ordo Lacertilia. Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit (Zug 1993: 247).
Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada Serpentes dan sebagian Lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya memiliki 5 jari atau pentadactylus dan setiap jarinya bercakar. Rangkanya pada reptilia mengalami osifikasi sempurna dan bernafas dengan paru-paru (Anonima 2012: 1).
Ada lebih 6500 jenis reptilia. Kebanyakan dari hewan yang bersisik dan berdarah dingin itu hidup di air sedangkan buaya hidup di darat dan air. Para ilmuwan membagi reptilia ke dalam 4 kelompok besar. Pertama adalah kelompok terbesar, terdiri dari kadal dan ular yang saling berkerabat dekat. Berikutnya adalah bangsa Buaya (aligator dan buaya) satu-satunya kerabat dinosaurus yang masih hidup. Bangsa kura-kura (baning dan kuya) adalah reptilia bercangkang. Terakhir adalah bangsa Tuatara yang hanya terdiri dari dua jenis (Steford 2005: 8).
Warna tubuh Reptilia juga seperti kebanyakan vertebrata lain, memiliki beberapa fungsi. Pewarnaan mungkin untuk penyamaran dengan latar belakang lingkungannya dan dengan demikian hewan menjadi tersembunyi dan terlindungi. Beberapa spesies kadal menunjukkan tanda seksual dalam warna dimorfisme, khususnya pada masa kawin. Warna juga menjadi penting dalam termogulasi, yaitu akan terjadi perubahan konsentrasi granula-granula pigmen dalam kromatofora akibat respon temperatur tinggi dengan mengurangi pewarnaan sehingga menjadi terang (Soertono 1998: 123).
Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya memiliki 5 jari atau pentadactylus dan setiap jarinya bercakar. Rangkanya pada reptilia mengalami osifikasi sempurna dan bernafas dengan paru-paru. Udara masuk melalui lubang hidung, melalui celah koana masuk ke rongga mulut. Di belakang lidah terdapat celah (celah anak lidah) menuju kepangkal tenggorokan (laring) (Hidayat 2009: 4).
Reptil bernafas dengan paru-paru. Jantung pada reptil memiliki 4 lobi, 2 atrium dan 2 ventrikel. Pada beberapa reptil sekat antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak sempurna sehingga darah kotor dan darah bersih masih bisa bercampur. Reptil merupakan hewan berdarah dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan atau poikiloterm. Untuk mengatur suhu tubuhnya, reptil melakukan mekanisme basking yaitu berjemur di bawah sinar matahari. Saluran ekskresi kelas reptilia berakhir pada kloaka. Ada dua tipe kloaka yang spesifik untuk ordo-ordo reptilia. Kloaka dengan celah melintang terdapat pada Ordo Squamata yaitu Sub-ordo Lacertilia dan Sub-ordo Ophidia. Kloaka dengan celah membujur yaitu terdapat pada Ordo Chelonia dan Ordo Crocodilia.  Beberapa bentuk sisik yang umum pada reptil adalah sikloid (cenderung datar membundar), granular (berbingkul-bingkul), dan bertunas (memiliki gigir memanjang di tengahnya seperti tunas perahu)            (Murtiasih 2001: 59).

1.2.Tujuan Praktikum
               Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari struktur morfologi dan anggota dari kelas reptil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Reptil (binatang melata) adalah sebuah kelompok hewan vertebrata yang berdarah dingin dan memiliki sisik yang menutupi tubuhnya. Reptilia adalah tetrapoda (hewan dengan empat tungkai) dan menelurkan telur yang embrionya diselubungi oleh membrane amniotik. Sekarang ini mereka menghidupi setiap benua kecuali Antartika, dan saat ini mereka dikelompokkan sebagai Ordo Crocodilia (buaya, garhial, caiman, dan alligator) 23 spesies , Ordo Sphenodontia (tuatara Selandia Baru) 2 spesies, Ordo Squamata (kadal,ular dan amphisbaenia (worm-lizards) sekitar 7.900 spesies, Ordo Testudinata (kura-kura, penyu, dan terrapin) sekitar 300 spesies (Dorling 2002: 124).
Mayoritas reptil adalah ovipar (bertelur) meski beberapa spesies Squamata bersifat vivipar (melahirkan). Reptil vivipar memberi makan janin mereka menggunakan sejenis plasenta yang mirip dengan mamalia. Ukuran reptil bervariasi, dari yang berukuran hingga 1,6 cm (tokek kecil, Sphaerodactylus ariasae) hingga berukuran 6 m dan mencapai berat 1 ton (buaya air asin, Crocodylus porosus). Cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari reptil adalah herpetology (Anonimb 2012: 1).
Reptilia kadang-kadang diberi nama sebagai hewan berdarah dingin karena mereka tidak menggunakan metebolismenya secara luas untuk mengontrol suhu tubuh. Akan tetapi, reptilia mengatur suhu tubuhnya menggunakan adaptasi perilaku. Sebagai contoh, banyak kadal mengatur suhu internalnya dengan cara berjemur di bawah terik matahari ketika udara sejuk dan mencari tempat berteduh ketika udara terlalu panas. Karena mereka menyerap panas eksternal dan tidak menghasilkannya sendiri, reptilian juga dikatakan sebagai hewan ekstoderm, suatu istilah yang lebih tepat dibandingkan dengan berdarah dingin. Dengan langsung memanaskan diri dengan energi matahari dan bukan dengan cara perombakan makanan secara metabolisme, seekor reptilia dapat bertahan hidup dengan asupan kalori kurang dari 10% kalori yang diperlukan oleh mamalia dengan ukuran tubuh yang sama (Soertono 1998: 126).
Reptilia umumnya memiliki ciri-ciri, yakni tubuhnya terdiri atas kepala, leher, badan, dan ekor. Tubuhnya ditutupi oleh kulit yang kering dan keras serta disokong oleh sisik. Sisik berguna untuk menjaga cairan tubuh agar tidak mudah kering. Reptilia bergerak dengan cara merangkak atau melata, tergolong hewan poikiloterm (berdarah dingin). Bernafas dengan paru-paru, memiliki sistem peredaran darah tertutup. Jantung reptilian terbagi menjadi empat ruangan, yaitu serambi kanan, serambi kiri, bilik kanan, bilik kiri, tetapi sekat antara kedua bilik belum sempurna. Reptilia memiliki sel darah merah yang berinti. Alat kelamin pada reptilia terpisah, berkembang biak dengan cara bertelur dan pembuahan terjadi di dalam tubuh betinanya (pembuahan internal). Beberapa reptilia dapat mengalami ganti kulit atau ekskufikasi (Murtiasih 2001: 58).
Reptilia memiliki beberapa karakteristik, seperti tubuh yang dilapisi oleh kulit yang berduri atau bersisik dan kering, namun ada juga yang kulitnya agak halus. Memiliki dua pasang alat gerak dengan lima buah jari pada masing-masing alat gerak tersebut yang dilengkapi juga dengan cakar yang tajam, berfungsi untuk berlari, memanjat dan lain-lain. Pada hewan sejenis kadal, alat gerak ini mengalami reduksi sedangkan pada ular tidak terdapat kaki sebagai alat gerak. Semua hewan vertebrata mempunyai sistem transportasi darah tertutup (Dorling 2002: 125).
Hewan dari kelas reptilia baik jenis maupun individu hidup di daerah tropikal dan sub tropical. Jumlahnya menurun dengan sangat cepat pada daerah kutub dan daerah tinggi. Habitat reptilia tersebar luas dalam keanekaragamannya. Total konsumsi makanan reptilia adalah kecil jika dibandingkan dengan yang dibutuhkan oleh burung dna mamalia. Sebagian besar reptilian menghasilkan telur amniotik bercangkang. Fertilisasi pada reptilia harus terjadi secara internal, sebelum cangkang itu disekresi melalui saluran reproduksi betina. Beberapa spesies ular dan kadal adalah vivivar. Membran ekstra embrioniknya membentuk plasenta yang memungkinkan embrio mendapatkan nutrien dari induk (Soertono 1998: 132).
Buaya melipat kakinya ke belakang melekat pada tubuhnya untuk mengurangi hambatan air dan memungkinkannya mempertinggi kecepatan pada saat berenang. Jari-jari kaki belakangnya berselaput renang. Buaya dapat bergerak dengan sangat cepat pada jarak  pendek, bahkan juga di luar air. Binatang ini memiliki rahang yang sangat kuat. Gigi-gigi buaya runcing dan tajam, amat berguna untuk memegangi mangsanya. Otot-otot di sekitar rahangnya berkembang sedemikian baik sehingga dapat mengatup dengan amat kuat. Mulut yang telah mengatup demikian juga amat sukar dibuka, serupa dengan gigitan tokek. Cakar dan kuku buaya pun kuat dan tajam, akan tetapi lehernya amat kaku sehingga buaya tidak begitu mudah menyerang ke samping atau ke belakang. Spesies bayi-bayi buaya hanya berukuran sekitar 20 cm (Anonimb 2012: 1).
Anggota lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan sebagai ciri penting untuk identifikasi. Semua reptil memiliki gigi kecuali pada ordo testudinata. Pada saat jouvenile, reptil memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur untuk menetas, yang kemudian gigi telur tersebut akan tanggal dengan sendirinya saat mencapai dewasa. Beberapa jenis reptil memiliki alat pendengaran dan ada yang yang dilengkapi telinga luar atupun tidak. Pada beberapa jenis lainnya, alat pendengaran tidak berkembang. Mata pada reptil ada yang berkelopak dan ada yang tidak memiliki kelopak mata. Kelopak mata pada reptil ada yang dapat digerakkan dan ada yang tidak dapat digerakkan dan ada juga yang berubah menjadi lapisan transparan (Hidayat 2009: 5).
Seperti hewan vertebrata lainnya, reptilia menggunakan bau, pandangan, dan bunyi untuk mengetahui keadaan di sekitarnya. Beberapa jenis reptilia dapat mendeteksi panas tubuh mangsanya atau “merasakan” bau mangsanya di udara. Kebanyakan reptilia dapat melihat dengan baik, tetapi hanya bangsa buaya dan kadal yang mempunyai telinga luar. Bangsa kura-kura dan ular mempunyai pendengaran yang kurang baik. Ular “mendengar” dengan menangkap getaran di dalam tanah menggunakan tulang tengkoraknya                  (Steford 2005: 16).
Kadal, ular, dan kura-kura membaui melalui lubang hidung. Mereka juga mempunyai organ Jacobson, yaitu suatu cekungan di langit-langit mulut yang berfungsi “merasakan” udara. Seekor ular mengeluar-masukkan lidahnya untuk menangkap molekul bau dan memindahkannya ke organ Jacobson. Organ Jacobson dilapisi sel-sel yang dapat menganalisa bau. Pusat koordinasi pada tubuh seekor reptilia adalah otaknya. Bagian otak yang mengatur indera pembau dan inderaa pengecap berkembang dengan baik. Pesan-pesan mengalir dari otak ke sumsum tulang belakang. Sumsum tulang belakang adalah sekumpulan saraf yang terletak di tulang belakang seekor reptilian. Pada sistem genitalis ginjalnya berwarna merah muda dan berbentu melonjong. Kandung kencing berada di bawah tulang kemaluan dan anak ginjal berada di bawah ginjal (Anonim 2012: 1).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 27 November 2012, pada pukul   08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki, dan kertas catatan. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Chelonia midas, Gecko gecko, Hemydactilus frenatus, Mabouya multifaciata.

3.3 Cara Kerja
Alat dan bahan disiapkan, diambil, dan masing-masing diletakkan di dalam baki. Amati struktur morfologinya. Kemudian gambarkan dan diberi keterangan.












BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
A.    Gecko gecko

Klasifikasi      :
                                                                        Kingdom         : Animalia
                                                                        Filum               : Chordata
                                                                        Kelas               : Reptil
                                                                        Ordo                : Squamata
                                                                        Famili              : Geckonidae
                                                                        Genus              : Gecko
                                                                        Spesies            : Gecko gecko
                                                                        Nama Umum   : Tokek
Keterangan Gambar :                    
1.      Rima oris
2.      Organa visus
3.      Digiti
4.      Abdomen
Deskripsi :
            Gecko gecko atau tokek, tubuhnya terdiri dari caput, cerviks, truncus, dan caudal. Tubuh ditutupi oleh squamata yang direduksi dan bermodifikasi menjadi tuberculum atau granula kecil. Menurut Radiopoetro (2000: 99), bahwa Intergumennya tidak berkelenjar keringat. Tokek berukuran lebih besar dari cecak. Warna tubuhnya lebih gelap dari cecak. Bila dalam keadaan bahaya akan memutuskan ekornya. Setelah itu ekor baru berangsur-angsur akan tumbuh kembali, peristiwa ini disebut dengan autotomi.
B.     Dorsal Hemydactylus frenatus

Klasifikasi      :
                                                                        Kingdom         : Animalia
                                                                        Filum               : Chordata
                                                                        Kelas               : Reptil
                                                                        Ordo                : Squamata
                                                                        Famili              : Geckonidae
                                                                        Genus              : Hemydactylus
                                                                        Spesies            : Hemydactylus frenatus
                                                                        Nama Umum   : Cicak

Keterangan Gambar :
1.      Rima oris
2.      Organa visus
3.      Digiti
4.      Abdomen
5.      Caudalis
6.      Femur

Deskripsi :
            Secara morfologi, tubuh dari Hemidactylus frenatus mempunyai squama yang tebal. Warna kulitnya hitam kecoklatan di bagian dorsal dan lateral, dan putih di bagian dinding lateral. Menurut Anonim (2012: 1), bahwa Hemidactylus frenatus mempunyai caput yang berbentuk agak piramidal, meruncing ke arah cranial dan memipih dalam arah dorsoventral. Squama berbentuk hexagonal dan tidak berlendir. Berukuran lebih kecil dari Gecko gecko. Sedangkan warna tubuhnya lebih terang. Sama halnya dengan Gecko gecko, Hemidactylus frenatus bila dalam keadaan bahaya juga akan memutuskan ekornya. Setelah itu, ekor baru akan tumbuh kembali, yang disebut dengan autotomi.
C.     Mabouya multifaciata

Klasifikasi      :
                                                                        Kingdom         : Animalia
                                                                        Filum               : Chordata
                                                                        Kelas               : Reptil
                                                                        Ordo                : Squamata
                                                                        Famili              : Laterlitia
                                                                        Genus              : Mabouya
                                                                        Spesies            : Mabouya multifaciata
                                                                        Nama Umum   : Kadal
Keterangan Gambar :
1.    Rima oris
2.    Organa visus
3.    Digiti
4.    Abdomen
5.    Caudalis
6.    Femur
Deskripsi :
            Mabouya multifasciata (Kadal) merujuk pada garis-garis samar memanjang tubuhnya. Sisi atas tubuh berwarna coklat tembaga keemasan, kerap dengan bercak-bercak kehitaman di tepi sisik yang membentuk pola garis memanjang yang kabur terputus-putus. Sisi lateral tubuh dengan warna gelap kehitaman atau kecoklatan berbintik-bintik putih (pada yang betina atau hewan muda), atau keputihan dengan saputan warna kuning terang hingga jingga kemerahan (pada kadal jantan). Menurut Radiopoetro (2000: 99), bahwa sisi bawah tubuh abu-abu keputihan atau kekuningan. Sisik-sisik di tengah tubuh tersusun dalam 30-34 deret. Sisik-sisik dorsal (punggung), dan jarang-jarang juga sisik lateral (di sisi tubuh), pada hewan dewasa memiliki 3 lunas halus sampai kuat (jarang-jarang, sebagian sisik dorsal berlunas 4 atau 5).
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Reptil bernapas dengan paru-paru, dan jantung pada reptil telah memiliki empat lobi, dua atrium dan  dua ventrikel.
2.      Sisik yang terdapat pada ular untuk mengidentikisasi ular.
3.      Kura kura jantai mempunyai ciri dibagian ventran yaitu sisiknya mencekung sedangkan betina sisiknya datar karena merupakan tempat menyimpan telur.
4.      Kepala ular semakin berbentuk segitiga semakin menunjukkan tanda bahaya karena semakin berbisa.
  1. Untuk mengidentifikasi reptil dapat diperhatikan dari morfologinya, gigi, sisik, warna tubuh, dan bentuk kepala.
















DAFTAR PUSTAKA

Hickman, C.P., L. S. Roberts dan A. Larson. 2003. Animal Diversity. McGraw-Hill Companies, Inc.: North America.


Rodrigues, Maurice. 2003. The Complete Chelonian Taxonomy List World Chelonian Trust. http://www.chelonia.org/Turtle_Taxonomy.htm. Diakses 23 November 2012..

Steford, S. 2005. Ular dan Reptilia Lain. Erlangga. Jakarta, 121 hlm.

Zug, G.R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and Reptiles. Academic Press. London, 358 hlm.













LAMPIRAN
 



 Gbr 1. Hemydactilus frenatus
Gbr 2. Gecko gecko
 









                                                                                                       
Gbr 3. Ventral Trachemys sp.                   Gbr 4. Dorsal Trachemys sp.











Gbr 5. Crocodilus phorosus                     Gbr 6. Mabouya multifaciata











ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “Reptil”. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari struktur morfologi dari anggota kelas reptil. Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 27 November 2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki, dan kertas catatan. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah         Crocodilus phorosus, Gecko gecko, Hemydactilus frenatus, dan Mabouya multifaciata. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah struktur morfologi dari beberapa anggota kelas reptil, sedangkan kesimpulan morfologi kelas reptil umumnya terbagi atas caput (kepala), truncus (badan), dan caudal (ekor).

LAPORAN  PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“AVES”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  X (SEPULUH)
ASISTEN       : M. IQBAL ROBYANTO




LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar Teori
Dilihat dari arti katanya, aves adalah vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu (asal epidermal), sedangkan hewan lainnya tidak ada yang berbulu. Aves adalah vertebrata yang dapat terbang, karena mempunyai sayap yang merupakan modifikasi anggota gerak anterior. Sayap pada aves berasal dari elemen-elemen tubuh tengah dan distal. Pada fosil Pterodactyla (reptilian) dan chiropetra (mamalia terbang), sayap berasal dari elemen-elemen tubuh distal. Kaki pada aves digunakan untuk berjalan, bertengger, atau berenang (dengan selaput interdigital). Karakteristik tengkorak aves meliptui tulang-tulang tengkorak yang berfusi kuat, paruh berzat tanduk. Aves tidak bergigi, mata besar, kondil oksipetal tunggal, contoh aves, burung, penguin          (Sukra 2000: 128).
Burung adalah hewan vertebrata yang berdarah panas, memiliki bulu yang menutupi seluruh permukaan tubuhnya. Aves merupakan hewan vertebrata yang berkembang biak menghasilkan telur. Burung merupakan salah satu kelas yang memiliki sayap atau kemampuan untuk terbang, tetapi ada juga salah satu spesiesnya yang tidak dapat terbang misalnya pinguin. Karakteristik dari hewan ini adalah bagian atau batas anggota tubuhnya terlihat dengan jelas atau mudah untuk dibedakan. Dilihat dari segi makanan dan cara memperolehnya, hewan ini memiliki keanekaragaman dalam hal makanan dan cara memperoleh makanan, ada yang memakan biji-bijian, serangga, sampai pemakan daging, misalnya elang (Radiopoetro 2000: 205).
Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria. Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah (Anonima 2012: 1).
Bulu yang menutupi tubuh burung disebut plumae, yang memiliki dua fungsi utama yang sangat penting untuk terbang dan mencegah kehilangan panas tubuh. Burung menunjukkan beberepa adaptasi untuk terbang, bertulang ringan dan berongga. Pergerakan utama dijalankan oleh sayap dan kaki. Pada gerakan bipedal titik gravitasi harus terletak diatas kaki atau tepatnya diantara kedua kaki. Luas permukaan yang bersinggungan dengan tanah yang mereduksi sedangkan digiti bertambah panjang untuk mencegah kehilangan keseimbangan. Pada burung yang kakinya panjang dengan digiti pendek, tibiotarsi dan tarmpometatarsi kurang lebih harus mempunyai  panjang yang sama untuk mempertahankan keseimbangan, pada prinsipnya sehubungan dengan cara bergeraknya pada berbagai spesies burung tidak sama (Radiopoetro 2000: 205).
Aves tidak memiliki vesica urinaria, zat-zat ekskresi setengah padat, pada hewan betina biasanya memiliki ovarium kiri dan oviduct kiri, yaitu saluran yang menghubungkan indung telur dengan rahim. Suhu tubuh tetap (homoiothermis). Memiliki 12 nervi cranialis. Fertilisasi terjadi di dalam tubuh (Sukra 2000: 132).
Burung mempunyai dua cara pengambilan udara pernapasan, yaitu pernapasan yang dilakukan  pada waktu tidak terbang dapat dijelaskan sebagai berikut, perlekatan tulang rusuk pada tulang dada dan tulang belakang tidak secara persendian, sehingga tulang-tulang rusuk bergerak kemuka kearah bawah, rongga dada membesar dan              paru-paru mengembang sehingga udara dari luar masuk kedalam paru-paru melalui saluran alat pernapasan. Pada weaktu udara masuk kedalam paru-paru, sebagian dari oksigen udara diambil dan sebagian masuk kedalam kantong-kantong udara                             (Campbell 2000: 112).

1.2.Tujuan Praktikum
               Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari struktur morfologi dari anggota kelas aves.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata aves berasal kata Latin dipakai sebagai nama kelas, sedangkan Ornis dari kata Yunani dipakai dalam Ornithology yang dapat berarti ilmu yang mempelajari burung-burung. Aves merupakan hewan yang bertulang belakang yang sebagian besar permukaan tubuhnya ditutupi oleh lapisan atau oleh bulu. Aves juga adalah satu-satunya vertebrata yang dapat terbang karena memiliki sayap yang jumlahnya sepasang. Sayap ini merupakan modifikasi anterior dari anggota gerak. Eksokleton pada burung antara lain adalah bulu, sisik pada kaki dan kuku. Bulu pada burung berfugsi untuk melindungi badan terhadap cuaca yang tidak cocok dan berfungsi juga untuk terbang. Oleh karena itu bulu pada aves  memiliki bentuk tersendiri jika dibandingkan dengan bulu-bulu vertebrata lain. Menurut susunan anatominya, bulu dapat dibedakan ke dalam plumae, plumumae, dan filoplumae. Pada waktu bulu masih muda, kedua umbiculus dilalui oleh pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makanan kepada bulu-bulu yang masih muda (Brotowidjoyo 1996: 223).
Warna bulu aves terbagi 2 golongan, warna bulu yang disebabkan oleh biochrome yang menyerap dan memantulkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu, yaitu bulu dengan warna merah, jingga, kuning, hitam, kelabu, coklat dan hijau. Warna bulu yang disebabkan oleh adanya elemen fisik, yaitu bulu dengan warna putih, biru dan gemerlapan. Paruh aves mempunyai ciri-ciri seperti (panjang-lurus - pipih datar), (pendek – bergigi), (berkait - berkantung leher). Sayap aves mempunyai beberapa ciri-ciri, (panjang – bulat), pendek – runcing (Syahrum 1998: 31).
Sistem makanan pada burung dapat dibedakan menjadi tractus digestivus dan glandula digestoria. Extremitas posterior berupa kaki, otot daging paha kuat, sedang bagian bawahnya bersisik dan bercakar. Mulut mempunyai rostum (paruh) yang terbentuk oleh maxilla pada ruang atas dan mandibula pada ruang bawah. Bagian dalam rostum dilapisi oleh lapisan yang disebut cera, sedang sebelah luar dilapisi oleh pembungkus selaput zat tanduk. Pada atap paruh atas terdapat lubang hidung (nares interna pada sebelah dalam dan nares externa sebelah luar). Organon visus relatif besar dan terletak sebelah lateral pada kepala dengan kelopak mata yang berbulu. Pada sudut medial terdapat membrana nicitan yang dapat ditarik menutup mata. Di belakang dan di bawah tiap-tiap mata terdapat lubang telinga yang tersembunyi di bawah bulu khusus. Di bawah ekor terdapat anus              (Sukra 2000: 132).
Pernapasan pada burung dapat dibedakan menjadi, pernapasan pada waktu istirahat dan pernapasan pada waktu terbang. Pada waktu terbang, organ yang sangat berfungsi atau memegang peranan yang sangat penting adalah saccus interclavicularis dan saccus axillaries. Apabila sayap diturunkan saccus axilaris terjepit, sehingga saccus interclavicularis menjadi longgar dan sebaliknya apabila sayap diangkat, saccus axillaries membesar sedangkan saccus servicalis mengecil. Suara pada burung dihasilkan dari getaran membrane semilunaris. Getaran ini terjadi hasil dari kerja otot-otot.  Badan burung terdiri dari caput, servix, truncus dan caudal. Caput relatif kecil dan padanya terdapat rosrum bagian atas, cera adalah suatu tonjolan kulit yang berbulu, padanya antara lain terdapat iris yang berwarna kuning atau jingga kemerah-kemerahan (Brotowidjoyo 1996: 223).
Burung berdarah panas dan berkembang biak melalui telur. Tubuhnya tertutup bulu dan memiliki bermacam-macam adaptasi untuk terbang. Kedua tungkai depannya telah berubah menjadi sayap. Ciri-ciri khusus aves antara lain, tubuh terbungkus oleh bulu, mempunyai dua pasang anggota (extremitas), anggota anterior (sepasang) mengalami modifikasi sebagai sayap, sedangkan sepasang anggota posterior disesuaikan untuk hinggap dan berenang. Pada kaki terdapat 4 jari, 3 di depan dan 1 dibelakang. Cakar terbungkus oleh kulit yang menanduk dan bersisik (Anonimb 2012: 1).
Sternum atau tulang dada, memiliki suatu crista medialis yang disebut dengan carina sterni, dimana fungsi dari carina sterni ini adalah untuk atau sebagai tempat melekatnya otot-otot untuk terbang. Sistem peredaran darah pada aves. Alat-alat transportasi pada burung merpati terdiri atas jantung dan pembuluh darah. Jantung terdiri atas empat ruang yaitu serambi kiri, serambi kanan, bilik kiri dan bilik kanan. Darah yang banyak mengandung oksigen yang berasal dari paru-paru tidak bercampur dengan darah yang banyak mengandung karbondioksida yang berasal dari seluruh tubuh. Peredaran darah burung merupakan peredaran darah ganda yang terdiri atas peredaran darah kecil dan peredaran darah besar   (Sukra 2000: 130).
Pada burung alat sekresinya terdiri dari ginjal, paru-paru dan kulit. Burung mempunyai sepansang ginjal, yang berwarna coklat. Saluran ekskeri ginjal dan saluran kelamin bermuara pada bagian khir dari usus (kloaka). Kloaka ini merupkan tempat paertemuan saluran ginjal, saluran kelenjar kelamin dan usus. Burung hampir sama sekali tidak mempunyai kelenjar kulit, tetapi mempunyai kelenjar minyak, yang terdapat pada tunggingnya, yang berguna untuk meminyaki bulu-bulunya. Sistem peredaran darah pada burung, terdiri dari jantung dan pembuluh-pembuluh darah. Jantung burung berbentuk kerucut dan dibungkus oleh suatu selaput yang disebut pericardium. Jantung burung terdiri dari empat bagian, yaitu atrium kiri, atrium kanan, ventrikel kiri dan ventrikel kanan. Aterium dan bilik dibatasi oleh suatu sekat yang disebut dengan klep                             (Campbell 2000: 112).
Bulu mempunyai 3 tipe, yaitu, bulu kontur (plumae), untuk terbang dan mengandung sebuah baling-baling (vane) yang tersebar dengan pola tertentu yang disebut pteril. Bulu kapas (plumulae), tidak ada vane, mengandung serabut-serabut yang tidak terikat satu dengan lainnya, dan tersebar diseluruh tubuh. Filoplumae, kecil-kecil dengan batang bentuk benang berakhir dengan beberapa serabut, tumbuh di sekitar pangkal bulu kontur. Bulu-bulu itu diganti tiap tahun, sehabis musim perkawinan. Hanya ada sebuah kelenjar yang terdapat pada kulit (Radiopoetro 1998: 315).
Endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia. Aves tergolong pada hewan jenis amniota, karena janinnya mempunyai selaput embrional yang dinamakan amnion. Tipe telur burung adalah telolecithal, tetapi oleh karena detoplasmanya banyak sekali, maka dinamakan megalecithal. Bagian aktif pada sel telur atau pada pembelahan sel telur burung, yaitu keping lembaganya atau blastidiscnya. Pembelahan bertujuan untuk mendapatkan banyak sel yang semuanya mengandung perangkat gen yang identik. Sel ini berdiferensiasi membentuk bermacam-macam sel yang berbeda fungsi. Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh (Campbell 2004: 94).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 27 Oktober 2012, pada pukul   08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki bedah, kertas catatan, sedangkan bahan yang digunakan adalah beberapa anggota kelas aves yaitu Columba livia, Gallus gallus, Orthotormus sp, Turnix suscicator.

3.3 Cara Kerja
Disiapkan bahan yang akan diamati dan diletakkan diatas baki bedah, diamati morfologi yang menjadi ciri khas masing-masing bahan, seperti jenis bulu, jenis paruh, jenis kaki, dan lainnya, lalu digambar dan diberi keterangan.











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
            A. Columba livia             

Klasifikasi      :
                                                                        Kingdom         : Animalia
                                                                        Filum               : Chordata
                                                                        Kelas               : Aves
                                                                        Ordo                : Columbae
                                                                        Famili              : Columbidae
                                                                        Genus              : Columba
                                                                        Spesies            : Columba livia
                                                                        Nama Umum   : Merpati
Keterangan Gambar :
1.      Cervix
2.      Remiges
3.      Organon visus
4.      Fascula
5.      Caput
Deskripsi :
            Columba livia merupakan nama latin dari burung merpati. Burung ini berukuran sedang yaitu sekitar 30 centimeter dan berwarna hitam kebiruan. Menurut           Soewarsono (1991: 132), bahwa Iris berwarna kuning atau jingga kemerah-merahan, dikelilingi oleh kulit yang berbulu. Pupil, jika dibandingkan dengan besarnya mata relatif besar. Dada dari Columba livia  berwarna biru kemerahan.
B. Orthotormus sp              

Klasifikasi      :
                                                                        Kingdom         : Animalia
                                                                        Filum               : Chordata
                                                                        Kelas               : Aves
                                                                        Ordo                : Passeriformes
                                                                        Famili              : Orthotormidae
                                                                        Genus              : Orthotormus
                                                                        Spesies            : Orthotormus sp
                                                                        Nama Umum   : Pipit

Keterangan Gambar :
1.                Organon visus
2.                Falcula
3.                Caput
4.                Postrum
5.                Femur
6.                Truncus

Deskripsi :
Orthotormus sp merupakan nama latin dari burung pipit. Burung ini suka bertengger, jari-jari tiga ke depan dan satu ke belakang, biasanya sayap dengan sembilan atau sepuluh primer. Burung yang berukuran kecil ini yaitu 11 cm, berwarna coklat dan kepala putih. Orthotormus sp memiliki mahkota yang berwarna putih serta bagian sisi dari kepala dan bagian belakang dari leher berwarna putih kecoklatan. Dagu, kerongkongan dada atas dan bagian tengah dari perut berwarna hitam, setelahnya berwarna coklat pucat (Brotowidjoyo 1996: 223).

BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Tiga tipe bulu berdasarkan anatominya adalah plumae, plumulae, dan filoplumae.
2.      Pada burung jenis tertentu terdapat sera yang merupakan bulu pada hidungnya, yang berfungsi sebagai alat adaptasi fisiologinya.
3.      Fungsi bulu-bulu aves untuk melindungi kulit terhadap cuaca yang tidak cocok, menjaga suhu agar tetap konstan, mengetahui predator, membaur diri dengan lingkungan, membantu terbang, serta menarik pasangan.
4.      Ekstremitas anterior sebagai sayap untuk terbang di bagian dorsal dan mempunyai bulu agak panjang, berfungsi untuk terbang.
5.      Extremitas posterior berupa kaki, otot daging paha kuat, bagian bawahnya bersisik dan bercakar.








DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Morfologi aves. rykibio046.blogspot.com/2011/05/behaviorurldefaultvml-o.html. Diakses 25 Oktober 2012.

Brotowidjoyo. 1996. Zoologi Dasar. Jakarta. Erlangga: xii + 349 hlm.

Campbell, et all. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta. Erlangga: xxi + 404 hlm.

Radiopoetro. 1996. Zoologi. Erlangga : Jakarta.

Storer. 1991. General Zoology. Mc. Graw Hill book company. United States : America.

Syahrum. 1998. Hewan Aves. Yrama Widya. Bandung : v + 260 hlm.
















LAMPIRAN
 






                       Gbr 1. Turnix suscitator                       Gbr 2. Gallus gallus

 









                      Gbr 3. Orthotormus sp.


                                                                                     Gbr 4. Columba livia


















ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “Aves”. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari struktur morfologi dari anggota kelas aves. Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 27 Oktober 2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki, dan kertas catatan. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Columba livia, Gallus gallus, Orthotormus sp, dan Turnix suscitator. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah struktur morfologi dari beberapa anggota kelas aves, sedangkan kesimpulan yang diperoleh adalah morfologi kelas aves sebagian besar terlindungi dengan bulu, dimana tetrices merupakan bula dada, retrices merupakan bulu ekor, remiges merupakan bulu sayap, dan parpterum merupakan bulu pada punggung.

LAPORAN  PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
“MAMALIA”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  X (SEPULUH)
ASISTEN       : M. IQBAL ROBYANTO




LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar Teori
Mamalia berasal dari kata mammal yang berarti menyusui. Semua mamalia memiliki ciri yang sama yaitu semua memiliki rambut walaupun kadang-kadang rambut ini tidak begitu nyata. Yang kedua adalah bahwa semua spesies dari semua mamalia ini menyusui anaknya. Hewan mamalia memiliki persamaan yang sama dengan manusia misalnya dalam system peredaran darahnya, reproduksi, pernapasan dan pencernan makanan. Sistem rangka pada mamalia pada umumnya yaitu pada setiap rahang terdapat gigi seri yang berjumlah dua buah di bawah dan dua buah di atas. Kulit yang menutupi tubuh mamalia terdiri dari dua lapisan yaitu corium lapisan di bagian dalam dan epidermis yang merupakan lapisan di bagian luar tubuh dari mamalia.            (Storer 1991: 775).
Mamalia merupakan hewan yang bersifat homoioterm atau sering disebut hewan berdarah panas, karena kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Pada betina mempunyai kelenjar mamae (air susu) yang tumbuh baik. Anggota gerak depan pada mammalia ini bisa bermodifikasi yang digunakan untuk berlari, berenang juga menggali lubang dan terbang. Pada jari-jarinya terdapat kuku dan cakar. Pada kulitnya terdapat banyak kelenjar yaitu kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Mamalia diduga berasal dari reptil sinodon yaitu periode triassik yang giginya berdiferensiasi. Dimasa itu mammalia itu kecil, tapi kemudian terbentuk mammalia yang besar-besar. Mammalia berplesenta berasal dari mammalia insektivora (Mukayat 1990 : 233).
Alasan mengapa mammalia itu diduga berasal dari reptil yaitu memilki dua kondil oksipetal; buka satu rahang bawah bersendi dengan tengkorak; tidak ada pada tulang kuadrat, giginya hanya dua golongan gigi yaitu gigi susu dan gigi permanen dan tidak dalam satu golongan serta berganti-ganti. Diproses menulangnya, vertebrata dan tulang panjang yang berasal dari tiga buah pusat, jadi tidak seperti pada reptilia yang menulang vertebrae dan tulang panjangnya berasal dari satu pusat proses penulangan. Walupun mamalia jantan tidak menyusui anaknya, bukan berarti mereka tidak memiliki kelenjar mamae. Semua mamalia memiliki kelenjar mamae , tetapi pada mamalia jantan kelenjar ini tidaklah berfungsi sebagaimana pada mamalia betina (Brotowidjoyo 1993: 180).
Berdasarkan ciri-ciri dasarnya hewan menyusui dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu mamalia monotrema, mamalia marsupialia, dan mamalia plasenta. Mamalia monotrema adalah hewan menyusui yang mengerami telurnya. Merupakan kelompok hewan menyusui yang jumlahnya paling sedikit, hanya dua jenis yang masih hidup saat ini, yaitu platipus dan echidna. Mamalia marsupialia adalah hewan menyusui yang berkantong. Kelompok hewan ini melahirkan anaknya yang masih lemah, kemudian dibesarkan di dalam kantongnya. Terdapat sekitar 266 anggota kelompok ini diantaranya kanguru, koala, dan oposum. Mamalia plasenta adalah hewan menyusui yang mengandung dan melahirkan anaknya. Mempunyai bentuk dan ukuran tubuh beragam (Radiopoetro 1996: 420).
Alat pernapasan pada manusia terdiri dari hidung, rongga hidung sampai pada paru-paru, biasanya mamalia hampir seluruh spesiesnya bernapas dengan paru-paru termasuk paus dan hiu yang hidup di air. Mamalia memiliki indra yang digunakan oleh tubuh untuk mengenal dunia luar. Selain memiliki indera seperti indera pengecap, perasa, pendengar, peraba, penglihatan, mamalia juga memiliki reseptor reseptor yang ada pada masing-masing indera, reseptor ini juga berfungsi sebagai upaya untuk mengatasi gangguan-gangguan dari luar tubuh. Proses pengeluaran atau sekresi atau pengeluaran yang berguna bagi tubuh, pada mamalia dan manusia memiliki persamaan, pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme dalam tubuh yang tidak berguna dikeluarkan melalui ginjal, kulit, paru-paru, dan seluruh pernapasan (Kimball 1999: 492).

1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati  morfologi dan anatomi anggota kelas mamalia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mamalia merupakan salah satu kelas dari kingdom animalia yang memiliki sejarah evolusi hampir sempurna dibandingkan dengan kelas yang yang lain. Mamalogy adalah bagian dari ilmu zoologi yang mempelajari tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan hewan mamalia. Mamalia merupakan salah satu hewan vertebrata yang berperan penting dalam kelangsungan dan kelestarian alam semesta. Secara umum ciri-ciri dari mamalia selain memiliki kelenjer mamae dan rambut mamalia juga memiliki kelenjer keringat, melahirkan anak, gigi umumnya heterodont, terdiri dari dua set gigi, yaitu gigi susu dan gigi permanent, mempunyai daun telinga, rangkanya mengalami penyederhanaan, mempunyai cerebrae-cortex yang telah mengalami pengembangan, serta mempunyai anus dan bukan kloaka (Pratigno 1992: 67).
Tubuh mamalia memiliki bagian utama yaitu caput (kepala),  truncus (badan), cauda (ekor) dan extrimitas liberae (alat gerak). Pada bagian caput  terdapat auriculae (telinga), porus acusticus externa, organon visus, nares (lubang hidung), fibrisae dan rima oris. Auricularae telah berkembang dengan sempurna memiliki  daun telinga yang membantu untuk proses pendengaran. Organon visusnya terdapat palpebra superior (pelupuk mata atas) dan inferior (pelupuk mata bawah), selain itu juga terdapat plica semilunaris yang terletak di sudut mata sebelah medial. Rima oris dibatasi oleh labium superius, serta terdapat palantum durum (langit-langit keras) dan palantum molle (langit-langit lunak). Rima oris pada Rattus norvegicus terdapat insisivus (gigi seri) yang termodifikasi sebagai hewan pengerat (Radiopoetro 1996: 424).
Sistem pencernaan pada mamalia dibedakan menjadi dua yaitu tractus digestivus (saluran pencernaan) dan Glandula digestoria (kelenjar pencernaan). Tractus digestivus disusun oleh cavum oris, lingua, pharynk, esophagus, ventrikulus, intestinum tenue, coecum,  intestinum crasum, dan anus. Glandula digestoria terdiri dari hepar (hati) yang berwarna merah coklat, vesica fellea (kantong empedu), dan pancreas yang terdapat pada mesentrium (Anonima 2012: 1).

Anggota gerak depan pada mammalia dapat bermodifikasi untuk berlari, menggali lubang, berenang dan terbang. Pada kulit banyak mengandung kelenjar, yaitu kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Mammalia umumnya dapat dibedakan dengan nyata antara caput, truncus dan caudal. Kecuali binatang yang berparuh bebek (ornithorynchus) yang termasuk ordo monp tremata, semua mammalia melahirkan (vivipar). Ornithohynchus terdapat di benua Australia. Hewan tersebut bertelur, dari telurnya menetaslah anak yang berambut pada seluruh permukaan tubuhnya, seperti mammalia yang lain. Anak-anak yang masih kecil menyusui pada induknya. Hewan mamalia mencakup tikus, monyet, paus, kelelewar, kucing, manusia dan bentuk kehidupan lain (Soewasono 1983 : 139).
Disamping sekelompok besar dari spesies langka. Semuanya kurang lebih ditubuhnya tertutupi oleh adanya rambut dan berdarah panas. Beragam jenis mammalia hidup di berbagai bentuk habitat dari daerah kutub sampai ke gurun atau hutan. Banyak yang mempunyai kebiasaan hidup malam hari dan istirahat pada siang hari, sehingga jarang terlihat. Beberapa spesies yang liar diburu untuk kesenangan dan lainnya untuk diambil bulunya. Mamalia selain primata tidak mengalami menstruasi, dan siklus mereka disebut dengan siklus estrus. Siklus ini diberi nama dengan siklus estrus karena adanya periode “panas” (estrus) yang mencolok pada saat ovulasi yang biasanya merupakan satu-satunya waktu ketika terjadi peningkatan keinginan seksual pada hewan betina                      (Ganong 2003 : 423).
Pada wanita, kegiatan seksual terjadi sepanjang siklus menstruasi, tetapi melalui penelitian yang lebih teliti tampak bahwa seperti juga pada golongan primate yang lainnya. Kegiatan seksual wanita yang bersifat spontan lebih sering terjadi pada saat ovulasi. Birahi atau estrus adalah keadaan yang menunjukkan bahwa seekor hewan betina memperlihatkan naluri atau keinginan kawin. Pada sapi, estrus terjadi dengan adanaya perubahan alat kelamin luar, seperti vulva membengkak, selaput lender vulva memerah dan berlendir. Pembengkakkan vulva jelas terjadi pada babi selain itu hewan kurang nafsu makan, nervous, sering kencing dan juga bersuara. Lain halnya dengan anjing karena pada anjing estrus terjadi adanya keluar darah dari vulva (Sukra 2000 : 64).
Sistem sirkulasi pada mamalia terdiri dari jatung, pembuluh nadi, pembuluh balik, dan kapiler-kepiler darah. Jantung terbagi manjadi empat ruangan yang terdiri dari dua serambi dan dua bilik. Sistem reproduksi mamalia terjadi secara internal dan terjadi di dalam tubuh. Perkembangan embrio terjadi di dalam uterus, dimana plasenta terbentuk dari persatuan antara karion dan allantois. Terbentuknya plasenta merupakan saran mekanisme difusi makanan dan oksigen kepada embrio atau fetus yang membuang sisa atau hasil metabolism. Marmut, mencit dan hamster anggota dari kelas mamalia umumnya merupakan hewan vertebrata yang memiliki tulang belakang yang berfungsi untuk menopang tubuhnya dan melindungi organ-organ di dalam tubuhnya yang lunak (Brotowidjoyo 1996: 219).
 Bulu-bulu pada mamalia berfungsi untuk melindungi terhadap perubahan suhu lingkungannya. Mencit digunakan sebagai medium percobaan terhadap zat-zat atau senyawa-senyawa sebelum digunakan oleh manusia. Marmut dan hamster adalah hewan hewan sejenis dengan kelinci hanya saja ukuran tubuhnya lebih kecil dibandingkan dengan kelinci. Hamster ini sangat mudah mengalami depresi jika berada dalam kondisi yang tidak sesuai. Sistem reproduksi pada mamalia yaitu untuk fertilisasi internal pada yang jantan ada organ intro mitten (penis). Testis terdapat pada skrotum, perkembangan terjadi dalam uterus, plasenta terbentuk dari persatuan antara korion dan allantios, terbentuknya plasenta merupakan sarana mekanisme difusi makanan dan makanan minuman dan oksigen kepada embrio atau fetus dan membuang sisa metabolisme (Campbell 2000  112).
Grandula mamae pada Homo sapiens ada pasangan dan terdapat pada dinding internal thorax. Bagian yang menghasilkan secret berbentuk kandungan-kandungan kecil atau alveoli. Alveoli ini terbagi 15 – 20 lobi. Dari alveoli berjalan saluran-saluran keluar atau ductus lactiferi. Sebelum ductus ini bermuara keluar mereka melebar menjadi sinus lactiferi. Karakteristik dari mammalia adalah betinanya memiliki kelenjar mammae yang tumbuh sangat baik, pada jari-jarinya terdapat kuku dan cakar, gigi umumnya terdiri dari 4 tipe yaitu gigi seri, taring, premolar, dan molar, temperatur badannya tetap (homoiterm), ginjalnya bertipe mesonefros, terdapat 12 pasang syaraf cranial, membran niktitans mungkin vestigial, respirasi melalui paru-paru, memiliki 3 buah osikel auditori, vertebrata servikal biasanya 7 buah, anggota gerak depannya bermodifikasi untuk berlari, berenang, menggali lubang dan terbang, lubang genital dan anusnya terpisah baik jantan dan betina dan fertilisasinya secara internal (Mukayat 1990 : 232-233).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 4 Oktober 2012, pada pukul   08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki, dan kertas catatan, gunting bedah. Sedangakan bahan yang dibutukan adalah Cavia cobaya,    Felis domestica dan Mus musculus.

3.3 Cara Kerja
Alat dan bahan disiapkan diletakkan diatas baki bedah, kemudian diamati morfologi tiap-tiap bahan satu persatu. Kemudian Mus musculus diambil, dibedah, diamati bagian-bagian anatominya, digambarkan di kertas catatan, dan diberi keterangan.










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
A.    Cavia cobaya
.                                                          
Klasifikasi      :
                                                                        Kingdom         : Animalia
                                                                        Filum               : Chordata
                                                                        Kelas               : Mamalia
                                                                        Ordo                : Rodentia
                                                                        Famili              : Caviidae
                                                                        Genus              : Cavia
                                                                        Spesies            : Cavia cobaya
                                                                        Nama Umum   : Marmut

                                                                                    Keterangan Gambar :
1.      Caput
2.      Abdomen
3.      Digiti
4.      Organon visus
Deskripsi :
Pengamatan yang telah dilakukan pada Cavia cobaya perbedaan yang terlihat jelas antara hewan Cavia cobaya ini dengan hewan yang lain yaitu terletak pada ekornya. Ekor Cavia cobaya ini memang tidak terlihat. Menurut Kimball (1999: 492), bahwa makanan Cavia cobaya ini adalah tumbuhan. Hewan ini juga dikenal dengan hewan pengerat.

B.     Felis domestica
.                                                          
Klasifikasi      :
                                                                        Kingdom         : Animalia
                                                                        Filum               : Chordata
                                                                        Kelas               : Mamalia
                                                                        Ordo                : Karnivora
                                                                        Famili              : Felidae
                                                                        Genus              : Felis
                                                                        Spesies            : Felis domestica
                                                                        Nama Umum   : Kucing

                                                                                    Keterangan Gambar :
      1.   Auriculate
2.      Abdomen
3.      Organon visus
4.      Caudal

Deskripsi :
Pengamatan yang dilakukan terhadap Felis domestica dapat terlihat bagian-bagian tubuhnya seperti auriculate, abdomen, glutae, dorsum, fibrise, dan juga anus. Pada            Felis domestica betina memiliki kelenjar mamae dan juga puting susu yang digunakan untuk menyusui anaknya. Menurut Storer (1991: 775), bahwa ciri dari mamalia yaitu semua spesies mamalia menyusui anaknya. Susu dikeluarkan oleh kelenjar-kelenjar susu dalam kulit mamalia. Kelenjar susu yang menghasilkan susu hanya terdapat pada mamalia betina saja. Pada mamalia jantan kelenjar susu tidak berfungsi. Rambut dan kelenjar susu dan beberapa ciri rangka tubuh yang lain memisahkan mamalia dari golongan hewan yang lainnya

C.    Mus musculus
.                                                          
Klasifikasi      :
                                                                        Kingdom         : Animalia
                                                                        Filum               : Chordata
                                                                        Kelas               : Mamalia
                                                                        Ordo                : Rodentia
                                                                        Famili              : Muridae
                                                                        Genus              : Mus
                                                                                                Spesies            : Mus musculus
                                                                        Nama Umum   : Mencit

                                                                                    Keterangan Gambar :
1.      Abdomen
2.      Organon visus
3.      Digiti
4.      Crus
5.      Femur
6.      Caudal
Deskripsi :
Pengamatan yang dilakukan terhadap Mus musculus ini dapat terlihat bagian-bagian tubuhnya seperti auriculate, abdomen, glutae, dorsum, fibrise, dan juga anus. Pada bagian tubuh Mus musculus dapat terlihat rambut. Menurut Radiopoetro (2000: 246), bahwa rambut merupakan ciri dari mamalia. Biarpun kadang-kadanhg rambut ini tidak begitu nyata. Semua spesies mamalia menyusui anaknya. Susu dikeluarkan oleh kelenjar-kelenjar susu dalam kulit mamalia. Kelenjar susu yang menghasilkan susu hanya terdapat pada mamalia betina saja. Pada mamalia jantan kelenjar susu tidak berfungsi. Rambut dan kelenjar susu dan beberapa ciri rangka tubuh yang lain memisahkan mamalia dari golongan hewan yang lainnya.
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Pada mammalia secara garis besar ada 3 sistem peredaran darah yaitu circulatio magna (peredaran darah besar), circulatio parva (peredaran darah kecil) dan system portae.
2.      Cor pada mammalia termasuk pada Mus musculus dan Felis domestica terdiri dari empat ruang yang sudah terbagi sempurna.
3.      Sistem urogenital Mus musculus pada jantan dan betina terdiri dari dua macam, yaitu sistem urogenital externa dan sistem urogenital interna.
4.      Pada bagian tubuh Mus musculus dapat terlihat rambut. Rambut merupakan salah satu ciri dari mamalia.
5.      Mamalia berdarah panas, artinya dapat mempertahankan panas tubuhnya pada suhu tertentu, tanpa dipengaruhi suhu lingkungan.















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Jaringan Dasar Hewan. http://www.sith.itb.ac.id/profile/pdf/Jaringan %20%Dasar%20%Hewan.pdf. Diakses pada tanggal 2 November 2012.

Bresnick, S. 2003. Intisari Biologi. Hipokrates : Jakarta.
Campbell, N.A. 2003. Biologi Jilid II. Erlangga : Jakarta.
Cormack, D.H. 1994. HAM Histologi. Binarupa Aksara : Jakarta.
Geneser, F. 1994. Buku Teks Histologi. Binarupa Aksara : Jakarta.
Miller, S.A. dan Jhon, P.H. 1992. Zoologi. McGraw-Hill Book Company, Inc : The United States of America.

Syarifuddin, B.Ac. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. EGC : Jakarta.


ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “Mamalia”. Praktikum ini bertujuan untuk mengamati morfologi dan anatomi anggota kelas mamalia. Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 4 November 2012, pada pukul 08.15 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Alam, Universitas sriwijaya , Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki, dan kertas catatan, Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Cavia cobaya, Felis domestica, dan Mus musculus. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah struktur morfologi dari keempat bahan, sedangkan kesimpulan yang diperoleh adalah ciri khusus kelas mamalia adalah terdapat kelenjar susu, kelenjar keringat, kelenjar minyak, dan rambut.

LAPORAN  PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI I
“MORFOLOGI JAMUR BENANG”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  7 (TUJUH)
ASISTEN       : NOVITA APRIYANTI




LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
LEMBAR HASIL KERJA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul Praktikum :  Morfologi Jamur Benang
Nama/NIM           :  Risma Vivi Amalia/08111004037       Kelompok      :  VII
Asisten                   :  Novita Apriyanti                                 Tanggal          :  28 Nov 2012
I.     TUJUAN PRAKTIKUM
   Tujuan praktikum ini adalah untuk melakukan pengamatan terhadap morfologi jamur benang sekaligus membuat preparat jamur benang.

II.  LANDASAN TEORI
Jamur benang merupakan jamur yang berbentuk benang multiseluler tidak berklorofil, dan sel-sel nya mengalami differensiasi dalam jaringan jamur benang. Kalau kita pertama kali mengadakan piaraan biasanya yang kita peroleh itu suatu piaraan campuran misal kita ambil bahan (sample) dari udara, tanah, dan kotoran tumbuhan beraneka koloni yang masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, jika kita mengambil bahan dari salah satu koloni tersebut, kemudian bahan itu kita tanam pada medium baru yang steril (Dwidjoseputro 1998: 36).
Piaraan-piaraan yang diperoleh dari piaraan pertama disebut piaraan turunan (Sub-culture). Jamur benang tambah seperti massa benang yang bercabang-cabang dan disenut misellium. Jamur benang membentuk dua hifa yaitu hifa fertil dan hifa vegetatif. Dalam pengamatan mikroskopis perlu diperhatikan ada atau tidaknya sekat pada hifa berbentuk spora, badan buah, dasar buah, pendukung badan buah, stolon, sel kaki, dan lain sebagainya. Banyak dari mikroorganisme dapat dengan mudah kita jumpai hampir setiap hari (Hastowo 1992: 101).
Bakteri yang pada usia tertentu berubah dari gram positif menjadi gram negatif atau sebaliknya. Bakteri yang demikian ini disebut gram variable. Jumlah bakteri yang gram variable tidaklah banyak. Bakteri gram positif lebih peka terhadap fenol penicilin dan resisten terhadap stroptomisin. Organisme ini ditandai oleh suatu stadium pada siklus hidupnya yang dikenal dengan plasmodium. Plasmodium dari jamur analog dengan misellium jamur. Keduanaya adalah coenocytic. Selanjutnya aliran sitoplasma dibatasi oleh jaringan bercabang  (Jawetz et.al. 2005: 8).
Keragaman yang luar dalam hal tipe, nutrisi diantara bakteri diimabngi oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivasinya macam media yang tersedia dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Tipe media kimiawi, tidak digunkan untuk kultivasi rutin bakteri, melainkan, substansi-substansi rumit tertentu, seperti pepton. Ekstrak daging, dan kadang-kadang ekstrak khamir dilarutkan dalam air dengan jumlah bermacam-macam sehingga menghasilkan media yang menunjang pertumbuhan berbagai (Pelczar 2005: 135).
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, Jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudain menyimpannya dalam bentuk glikogen (Winarno 1991: 40).
Oleh karena jamur merupakan konsumen, maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrta, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. Jamur benang yang berukuran kecil dan biasanya bersifat uniseluler dapat diamati dengan mikroskop. Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Penumoniacarinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS). Parasit fakultatif adalah jamur yang ersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok. Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati (Anonim 2012: 1).
Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi austoria yang merupakan organ penyerap makanan dari sustrat, haustoria dapat menembus jaringan substrat. Jamur dapat berkembang biak secara vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual) (Hastowo 1992: 101).
Perkembang biakan asekusal dapat dilakuakn dengan fragmentasi miselium (tahlus) dan pembentukkan spora aseksual. Ada empat cara perkembangbiakan dengan fragmentasi thalus, yaitu dengan pemebntukkan tunas, misalnya pada khamir, dengan blastospora, yaitu tunas yang tumbuh menjadi spora, misalnya pada Candida sp., dengan arthospora, yaitu terjadinya segmentasi pada ujung-ujung hifa, kemudian membulat dan akhirnya lepas menjadi spora, misalnya pada Geotrichum sp., dan dengan chlamydospora, yaitu pembulatan dan penebalan dinding sel apda hifa vegetatif,misalnya pada Geothrichum sp. Phycomytes termasuk jamur benang yang mempunyai hifa tidak bersepta, sel vegetatif multinukleat, atau disebut thalus senositik (Anonim 2012: 2).
Secara vegetatif dapat memeperbanyak diri dengan potongan-potongan hifa, dan menghasilkan spora seksual dalam sporangium (Sporangiospora). Perkembangbiakan secara generatif dengan membentuk spora seksual. Berdasarkan cara terbentuknya spora dibagi menjadi duad macam, Oospora, hasil peleburan antara gamet-gamet yang tidak sama besarnya, dan Zygospora, hasil peleburan gamet-gamet yang sama besarnya. Berdasarkan tipe sporanya, aka jamur ini juga dapat dikelompokkan dalam Oomycetes dan Zygomycetes (Winarno  1991: 41).
Suatu larutan biak yang dapat dibuat dari senyaw-senyawa kimia tertentu, disebut media biak sintetik. Hal ini harus diusahakan agar untuk setiap mikroorganisme dapat ditettapkan bahan makanan dan minuman dan mengembangkan medium minimum untuk banyak miroorganisme bertuntunan tinggi belum dikenal benar bahan-bahan makanan yang diperlukan. Biasanya larutan-larutan biak yang diperlukan tidak terbentuk, dan lebih disukai untuk menggunkan zat-zat kompleks, media biak seperti ini disebut media biak kompleks. Fungi terdiri dari khamir dan kapang khamir biasanya uniselluler sedangkan kapang berfilamen, kesamaanya adalah mikroorganisme heterofilik. Beberapa adalah saprofit sedangkan yang lain adalah parasit, fungi bereproduksi dengan berbagai cara meliputi penguncupan, pembelahan atau sporulasi (Anonim 2012: 2).

III.   CARA KERJA
Morfologi Jamur
Diletakkan setetes larutan laktofenol pada gelas benda yang telah dibersihkan dengan alkohol dan sudah dibakar di atas lampu spritus, setelah itu diambil sedikit demi sedikit miselium dari jamur yang akan diamati dan diletakkan pada larutan laktofenol dan diratakan dengan jarum preparat agar miseliumnya terpisah. Kemudian diamati dan digambar.






















IV.   HASIL PENGAMATAN
1.      Morfologi Jamur
Genus
Deskripsi Koloni
Pengamatan Mikrokopis
Rhizopus oryzae
Hifanya tidak bersekat dan miselium yang bercabang-cabang. Dinding sel tersusun atas zat kitin, dan multiseluler. Reproduksi vegetatif membentuk spora dan generatif dengan konjugasi menghasilkan zigospora.

Hifanya bercabang banyak, tidak bersekat, dan kotak spora sudah pecah.
Neurospora sitophila
Hifa bersekat, memiliki inti haploid, membentuk badan buah yang disebut askokarp, dan tubuhnya bisa uniseluler dan multiseluler. Dinding selnya tersusun atas zat kitin. Reproduksi vegetatif membentuk konidiospora dan generatif menghasilkan askospora.

Hifa  bersekat dan sebagian kotak spora sudah pecah.
Rhizopus nigricans
Hifa nya bersepta, pembiakan seksual menghasilkan askospora. Tumbuh bulatan hitam yang disebut sporangium, tubuhnya ada yang uniseluler dan multiseluler.

Hifa tidak bersekat dan kotak sporanya sudah pecah.









V.      PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu morfologi jamur benang, didapatkan jenis jamur pada roti adalah tipe jamur benang yaitu Rhizopus nigricans. Jamur ini mensekresikan enzim pencernaan yang bekerja menguraikan gula dan tepung yang ada pada roti. Gula tersebut kemudian diserap oleh rhizoid ke dalam hifa sehingga pada roti terjadi perubahan warna, bau, dan rasa akibat perubahan senyawa kimia hasil aktivitas enzim. Menurut Anonim (2012: 1), bahwa jamur Rhizopus nigricans hifa nya bersepta, pembiakan seksual menghasilkan askospora. Tumbuh bulatan hitam yang disebut sporangium.
Rhizopus nigricans tubuhnya ada yang uniseluler dan ada juga yang multiseluler. Dalam pengamatan mikroskopis hifa tidak bersekat dan kotak sporanya sudah pecah.  Golongan jamur mencakup spesies yang jumlahnya melebihi jumlah spesies bakteri. Bakteri dan jamur merupakan golongan organisme yang tubunya tidak mengalami diferensiasi. Morfologi pada jamur yang terdapat pada roti, berbentuk seperti tangkai bunga. Di atasnya terdapat hifa yang bersekat dan berwarna hijau kehitaman. Menurut Anonim (2008: 1), bahwa disetiap bundaran vesikualnya ada konidia yang terdiri dari satu tingkat yang mengelilingi vesikelnya.
Jamur bennag dapat hidup sebagai saprofit dan parasit. Jamur yang berupa organisme multiseluler berbentuk seperti benang atau filamen, tidak memiliki klorofil. Masing-masing benang dapat disebut sebagai hifa. Filamen-filamen ini akan membentuk miselium. Warna dari jamur pada roti berwarna coklat kehitam-hitaman atau hijau kecoklat-coklatan  pada koloni yang telah menghasilkan spora. Menurut Winarno (1991: 40), bahwa jamur memiliki hifa yang bercabang-cabang, berwarna kecoklatan, transparan serta terdapat bintik-bintik hitam yang merupakan spora.
Miseliumnya semula berwarna putih pada beberapa spesies berkelompok dan hidup dalam kisaran yang luas.  Spora terbentuk karena protoplasma dalam satu sel berkelompok. Fungi hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar jamur hidup di tempat yang lembab. Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan di tempat lembab. Meskipun demikian banyak pula fungi yang hidup pada organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau di air tawar. Menurut Anonim (2012: 1), bahwa jamur juga dapat hidup di lingkungan yang asam.
Rhizopus oryzae hifanya tidak bersekat dan miselium yang bercabang-cabang. Dinding selnya tersusun atas zat kitin, dan multiseluler. Reproduksi vegetatif membentuk spora dan generatif dengan konjugasi menghasilkan zigospora. Pada pengamatan mikroskopis hifanya bercabang banyak, tidak bersekat, dan kotak spora sudah pecah. Neurospora sitophila, hifa bersekat, dan memiliki inti haploid, membentuk badan buah yang disebut askokarp, dan Menurut Winarno (1991: 40), bahwa tubuhnya bisa uniseluler dan biasa juga multiseluler. Dinding selnya tersusun atas zat kitin. Reproduksi vegetatif membentuk konidiospora.
Neurospora sitophila juga bereproduksi secara generatif menghasilkan askospora. Pada saat pengamatan mikroskopis, hifa  bersekat dan sebagian kotak spora sudah pecah. Jamur roti merupakan Ascomycota bersel satu, yang dikenal dengan nama yeast atau ragi atau khamir yang biasanya digunakan sebagai pengembang roti. Menurut Anonim  (2008: 2), bahwa  jamur N. Sitophilia dikenal pula sebagai kontaminan, terutama di dalam laboratorium.
Jamur dari genus Saccharomices ada yang uniseluler dan ada pula yang multiseluler, ada yang membentuk tubuh buah (askokarp), miselium terdiri dari hifa yang bersekat (asenositik) dan berinti banyak, hidup sebagai saprofit dan parasit. Beberapa jenis bersimbiosis dengan ganggang biru atau ganggang hijau bersel satu membentuk liken/lichenes/lumut kerak, reproduksi :  Aseksual dengan membentuk tunas, membentuk konidia; Seksual dengan konjugasi, membentuk askospora. Spesies Rhizopus sp. dapat menghasilkan spora seksual dan aseksual. Spora aseksualnya sering disebut sporangiophore dan dihasilkan di dekat sporangium. Secara genetik, sifat spora ini identik dengan induknya. Menurut Hastowo (1992: 102), bahwa pada Rhizopus, sporangium didukung oleh sebuah kolumela yang besar.
Rhizospora yang berwarna gelap dihasilkan saat terjadi fusi antara dua miselia yang sesuai. Fusi ini terjadi saat berlangsungnya reproduksi seksual. Menurut Anonim (2012: 1), bahwa keturunan yang dihasilkan melalui reproduksiseksual dapat memiliki perbedaan sifat dari induknya secara genetik. Bagian tubuh Rhizopus oryzae seperti sporangium yang mengandung spora, sporangiofor atau tangkai spora, kolumela, stolon, dan rhizoid.
VI.    KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Jamur benang membentuk dua hifa yaitu hifa vegetatif dan hifa generatif.
2.      Jamur benang merupakan jamur yang berbentuk benang, multiseluler, tidak berklorofil dan selnya tidak berdiferensiasi.
3.      Spora dibentuk karena protoplasma yang ada pada suatu sel berkelompok.
4.      Hifa vegetatif berfungsi untuk menyerap makanan dari substrat.





















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Klasifikasi jamur. Thesinau.blogspot.com/2008/12/klasifikasi.jamur.html.      
            23 November 2012. 
Dwidjoseputro. 1998. Dasar-dasar mikrobiologi. Bandung.  Djambatan: Vii + 300 hlm.
Hastowo. 1992. Mikrobiologi. Binarupa Aksara : Jakarta.
Jawetz, Melnick & Adelberg. 2005. Medical Microbiology.  Twenty second. Mc Graw Hill
Companies, Inc. Inggris. Xii + 372 hlm.

Pelczar. 2005. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta. UI Press: iii + 300 hlm.

Winarno, F.G. 1991. Kimia pangan dan gizi. Gramedia. Jakarta. 599 hlm.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar